Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur

Ketika hendak menyerahkan kertas itu, perasaanku menjadi tidak enak. Aku takut kalau ada yang memata-matai kami. Aku langsung menarik kembali kertas itu. Banyu sampai terheran, ia baru saja ingin meraihnya.

"Apaan sih, Maurine?"

"Nanti saja!"

"Kenapa?"

"Aku takut ada mata-mata."

"Memang siapa?"

"Itu instingku saja."

"Wanita memang penuh insting yah."

"Semua makhluk punya insting kok!"

"Jadi kapan mau diperlihatkan? Jangan-jangan kamu salah kira tadi. Padahal sebenarnya gak ada kan?"

"Ada. Nanti sepulang kerja kuperlihatkan."

"Lama."

"Sabar. Eh ini makananmu datang. Ambil sana keluar!"

"Yah, bentar."

Setelah selesai istirahat siang, aku melanjutkan pekerjaan. Tugas yang sudah kucetak lagi, akan kuserahkan ke manager. Namun saat itu pak Kusuma tak ada di ruangan. Aku terpaksa menyerahkannya ke wakil manager. Aku pun berjalan agak jauh ke ruang wakil manager. Saat berjalan, aku melihat Tami dan Andiz tampak sibuk. Mereka pasti akan mengerjakan tugas tadi. Aku baru tersadar dengan nama yang disebut Tami. Errisa, mungkinkah dia yang bersama mas Alan?

Lalu, aku mengintip ke arah koridor. Aku terpaksa melakukan cara ini. Rasa penasaranku sangat besar untuk mengetahuinya. Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundakku. Aku langsung terkaget saat merasakannya.

"Siapa?"

"Kenapa kamu disini, Maurine?"

"Eh, Bu Elsa. Maaf, saya mau mengantarkan proposal ini ke ruangan anda."

"Ke saya?"

"Iya, pak Kusuma sedang tidak ada di ruangan, Bu. Katanya beliau sedang keluar."

"Oh, kalau ini sebaiknya kamu serahkan saja langsung. Lagipula kamu butuh tanda tangannya kan? Nanti kemungkinan pak Kusuma sudah kembali ke kantor."

"Yah, Bu."

Aku merasa malu dengan bu Elsa. Rasanya keringat dingin, ketika aku ketangkap basah olehnya. Ia pasti tahu jelas, aku sedang mengintip ke arah koridor.

"Kamu lihat apa disini?" Tanya Bu Elsa.

"Aku cuma mau...."

"Erissa, sudah tiba kamu disini? Sejak tadi kami tunggu."

Tiba-tiba bu Elsa menyapa seseorang di belakangku. Betapa kagetnya aku ketika mendengar namanya. Padahal belum lagi aku menjawab pertanyaan bu Elsa.

"Ini ruangannya, Bu?"

"Yah, benar. Ayo Erissa, masuk ke dalam!"

Aku tak kuasa untuk menoleh ke arah belakang. Takut jika itu benar wanita yang kumaksud. Lalu, kupejamkan mataku menahan rasa takut. Saat dia melintas di depanku, aku langsung membuka mata. Rasa penasaranku ternyata masih ada. Betapa terkejutnya aku, sosok wanita itu benar nyatanya Erissa. Dia wanita cantik dengan tinggi proporsional. Benar dialah saat itu yang bersama mas Alan.

***

Pandanganku terasa kaku, ternyata aku bisa bertemu dengannya disini. Tapi dia tak merasakan keberadaanku. Mungkin karena baru sekali kami bertemu. Aku langsung kembali ke ruangan kerja.

Di meja kerjaku, aku masih melamun saja. Pandanganku kaku, hingga aku tak tahu memulai darimana.

"Maurine, kenapa?"

"Banyu?"

"Kamu kok kayak stres gitu?"

"Ini masalahku. Gak ada hubungan sama kamu."

"Maksudnya?"

"Ini bukan tentang bu Arifa yah. Jadi kamu gak perlu banyak tanya."

"Huh. Yah sudahlah, aku kembali kerja. Kalau ada apa-apa bilang padaku!"

"Kenapa aku harus cerita ke kamu?"

"Apa?"

"Maaf, maksudku kalau bukan masalah bu Arifa mungkin aku gak cerita. Tapi kalau tetang bu Arifa, aku pasti cerita."

"Oke. Aku pergi dulu."

"Kemana?"

"Yah ke ruanganku. Melanjutkan pekerjaan yang menumpuk."

"Yah."

Dalam benakku bertanya-tanya. Memang wanita itu ada masalah apa? Sampai ia meminta mas Alan menjadi psikiaternya. Aku jadi cemburu begini. Rasanya naif juga jika aku cemburu. Hanya karena wanita itu sangat cantik. Dibandingkan denganku, rasanya aku tak sebagus dia. Cantik, proposional, muda, kaya, dan mapan. Setiap pria pasti akan jatuh hati pada wanita seperti itu.

***

Pulangnya aku mengajak Banyu untuk bertemu di suatu tempat. Aku hendak memperlihatkan kertas itu. Di sebuah taman kecil, aku menantinya. Tak berapa lama, Banyu menghampiriku yang duduk di kursi taman.

"Kok sampai segitunya ngajak janjian disini?" Tanya Banyu heran.

"Aku hanya tidak mau barang bukti ini terekam CCTV." Jelasku.

"Oh, coba perlihatkan padaku!" Pinta Banyu.

"Ini!"

Banyu melihatnya dengan detail. Ia seperti sudah tahu dengan noda di secarik kertas itu.

"Yah, ini memang bercak darah." Ungkap Banyu.

"Benar kan? Malam itu karena tergesa-gesa pulang, aku lupa menyimpannya. Jadi kubiarkan saja terkapar di atas meja. Besok paginya, kurapikan tanpa memperhatikan. Aku tidak menyepelekannya karena hanyalah kertas. Aku malah memperhatikan keadaan sekitar kalau ada yang mencurigakan. Tadinya kukira ini teror."

"Tidak. Kamu jangan kira dulu ini bukan teror!"

"Kenapa?"

"Bisa jadi ini memang teror. Kamu tidak perhatikan apa, sebelum kita kembali ke kantor. Seperti ada hal aneh yang terjadi. Aku yakin, semua ini perbuatan orang dalam. Pelakunya tidak lebih dari satu saja."

"Gawat kalau memang begitu!"

"Kamu harus tetap tenang. Biar urusan ini bisa selesai dengan baik. Sedari tadi kamu terlihat galau di kantor."

"Aku ada masalah pribadi. Tapi ini tidak ada sangkut pautnya dengan bu Arifa."

"Mangkanya kuminta kamu tenang."

"Yah."

"Kita harus menyelidiki keluarga bu Arifa."

"Kenapa harus keluarganya?"

"Kalau kita tahu keberadaan keluarganya, kita pasti tahu tentang bu Arifa. Kalau memang bukan bu Arifa yang kamu lihat itu, bisa jadi orang lain. Orang itu pasti ingin menjatuhkan bu Arifa atau perusahaan."

"Oh Tuhan. Andai saja aku tidak lembur. Jika aku tahu kantor ini bermasalah, aku memilih berhenti."

"Kamu mau mengundurkan diri?"

"Mungkin."

"Lantas kalau kamu mengundurkan diri, kamu yakin tidak akan ditangkap?"

"Maksudmu?"

"Tetaplah menjadi saksi. Kalau tidak, kamu akan menjadi tersangka."

"Kamu jangan menakutiku Banyu!"

"Mangkanya kamu harus tetap bertahan."

"Ya. Jadi bagaimana rencanamu ingin mencari tahu keluarga bu Arifa?"

"Nanti akan kucari tahu. Aku bisa saja bertanya dengan bu Trista atau manager. Bu Arifa pasti punya anak. Kalau pasangan, Bu Arifa setahuku seorang single parent."

"Apa coba kutanyakan saja pada Tami?"

"Jangan dulu! Tami pasti sama seperti karyawan lainnya. Kamu tahu kan bu Arifa itu sangat menjaga privasi. Jadi rasanya tidak mungkin semuanya tahu keluarga bu Arifa. Aku yang sudah lama bekerja disana saja tidak tahu."

"Menurutmu beliau tipikalnya seperti apa sih? Pasti kamu pernah bertemu dengannya kan, bahkan mengobrol?"

"Yah, pernah. Bu Arifa itu orangnya pendiam. Namun ia ramah senyum. Bertemu dengannya saja aku hanya sebentar."

"Keluarganya saja kamu gak pernah lihat?"

"Mana pernah. Beliau itu sangat tertutup. Rumah pribadinya saja aku tidak tahu."

"Ternyata memang sulit menyelidikinya. Semoga saja nanti ada petunjuk lagi."

"Yah, aku harap begitu."

"Andai saja bu Arifa pulang. Aku pasti bisa terlepas dengan semua belenggu masalah ini."

Belum lagi aku harus menjaga hati mas Alan. Kini aku harus menyelidiki keberadaan keluarga orang lain. Aku tak habis pikir semua ini menimpaku.

Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!