Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia

"Maurine!"

"Siapa?"

Di kala hujan, aku merasa getaran yang kembali memanggilku. Tapi ini bukanlah bu Arifa. Andai beliau, aku sangat senang sekali. Keberadaannya tentu menenangkanku. Lalu, aku akan bertanya, siapa yang menjerit di malam itu?

"Hey!"

"Aduh!" seruku sambil memegang pundak.

"Kamu ini budek apa Maurine?"

"Kamu kalau manggil aku gak usah sambil mukul gitu!"

"Kamu dipanggil dari tadi gak dengar-dengar."

"Iya maaf, aku melamun."

"Ngelamun bu Arifa terus?"

"Yah."

"Hahaha. Ngapain dilamuni? Manager saja tidak peduli."

"Aku hanya tak enak hati saja pada bu Arifa."

"Kamu itu baru sekali ketemu sama dia. Itu pun juga kalau dia yang kemarin."

"Perasaanku gak enak aja. Seandainya aku diamkan masalah ini, takutnya akan muncul."

"Maksudnya?"

"Kalau suatu saat ada tanda-tanda kalau bu Arifa hilang."

"Hilang?"

"Iya."

"Kita pastikan saja dulu keberadaan bu Arifa."

"Kapan mau ke kantor pusat?"

"Itulah aku bingung."

"Apa kita izin saja tidak masuk?"

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Bisa jadi keberadaan kita diketahui orang kantor sini."

"Jadi gimana?"

"Nanti aku akan upayakan bisa kesana."

"Sendiri?"

"Aku akan usahakan kita bisa kesana tanpa dicurigai."

"Baiklah. makasih yah Banyu."

"Sama-sama."

***

Dua hari telah berlalu, aku tak kunjung mendapatkan hasil. Setiap kutanyakan pada Banyu, ia bilang sabar. Aku hanya takut ia lupa akan janjinya. Di hari ketiga ini, aku menantikan ia dengan cemas.

"Maurine!"

"Yah, Banyu"

"Kok Banyu?"

"Aduh, Tami!"

"Kenapa hayo bilang Banyu?"

"Aku hanya ada urusan saja sama dia."

"Ini aku ada cokelat buat kamu. Semoga relax yah hari ini."

"Makasih Tami."

"Kamu kenapa mukanya cemas gitu?"

"Gak ada apa-apa."

"Ada masalah sama Banyu?"

"Ada urusan dikit aja."

"Urusan apa sih?" Tami bertanya sambil mengernyitkan dahinya.

"Dia..pinjam uangku."

"Oh, hahaha. Anak itu memang hobinya pinjam. Terus lupa balikin."

"Kamu pernah digituin?"

"Iya pernah."

Gawat, Banyu aja kayak gini sama Tami. Jangan-jangan dia lupa sama aku juga.

"Tami, kamu pernah ketemu bu Arifa yah?"

"Bu Arifa pimpinan?"

"Iya."

"Dia sering di kantor pusat."

"Katanya dia ke luar negeri kan?"

"Iya, ke Paris. Belum pulang kok."

"Belum?"

"Iya. Aku lanjut kerja dulu yah."

"Oke."

Aku celingak-celinguk saja di kantor. Kuperhatikan sekitar ruangan. Setiap kali aku mencari keberadaan Banyu. Dia tak ada di sekitar sini. Bahkan kucari di meja kerjanya pun tak ada. Apa dia ke ruangan lain yah atau meeting?

"Maurine!"

"Yah. Ada apa lagi Tam..?"

"Hey, gua Banyu."

"Kamu ini! Kemana aja sih?"

"Orang datang langsung marah-marah aja."

"Yah maaf. Aku cemas gak ada kabar dari kamu. Gimana?"

"Aku sudah bilang, sabar!"

"Ya."

"Kita bisa ke kantor besok."

"Gak ada yang curiga?"

"Aku sudah kasih alasan ke manager. Ceritanya panjang, pokoknya besok kita kesana berdua."

"Syukurlah. Makasih yah Banyu. Besok aja jelasin ke aku alasan boleh kesana."

"Yah."

Akhirnya aku bisa tenang. Walaupun Banyu orangnya sedikit usil, ternyata ia bisa diandalkan. Orangnya juga kelihatan sangat baik. Yah, meskipun kemarin uangku habis buat kasih ke dia. Hatiku sekarang sedikit tenang. Namun, rasa khawatir ini masih ada. Aku berharap, kisah yang kualami di balik hujan itu perlahan terungkap.

***

Besok harinya, kami ke kantor pusat. Rasanya tak percaya bisa kesini. Namun aku penasaran, alasan apa yang membuat bisa kesini. Manager pula yang tahu. Aku merasa cemas, langsung saja kutanyakan pada Banyu.

"Banyu, pak Kusuma kok bisa ngijinin kamu?" Tanyaku.

"Aku bilang, ada urusan mengembalikan data perusahaan pusat yang dipinjam. Semula sulit meyakinkan manager. Tapi kebetulan semua karyawan sedang sibuk. Jadi aku bisa bantu mengembalikannya kesini. Untung aku ini kepala cabang. Jadi aku bisa dipercayai."

"Yah memang kepala cabang top."

"Keren kan?"

"Aku gak tanya jabatanmu!"

"Hahaha."

"Lantas, manager kenapa bisa mengizinkanmu ajak aku?"

"Oh itu. Lantaran kamu masih anak bawang. Jadi aku ajak kamu sekalian mau kenalkan perusahaan pusat. Aku anggap kamu bisa dipercayai."

"Enak aja panggil aku anak bawang!"

"Kamu kan masih bau kencur. Hahaha."

"Sudah jangan ngeledek terus. Terpenting kita fokus sekarang. Kita sudah disini, ayo cari petunjuk!"

"Oke."

Kami mendatangi kantor pusat. Kemudian menuju ruang resepsionis. Pandanganku tak berkedip memperhatikan sekitar. Aku berharap mendapatkan petunjuk bu Arifa.

"Ayo, pantau apa?"

"Kita kesini kan memang mau memantau!"

"Hehehe. Kayak detektif dong, seru!"

"Kok kayak gak ada petunjuk yah. Biasa aja."

"Berarti memang gak ada."

"Duh, sia-sia dong kesini!" Kataku gusar.

"Sabar. Berdoa sama Tuhan. Semoga diberi petunjuk segera."

"Ya. Kamu bantuin Banyu. Kamu kan kepala cabang. Mungkin ada yang kamu tahu tentang ini."

"Nanti, sabar."

Saat aku di tengah kebingungan. Tiba-tiba muncul seorang wanita berpostur tinggi besar. Dia menghampiri kami berdua. Jantungku serasa berdetak kencang. Mungkinkah ini bu Arifa? Jika benar, berarti yang kulihat malam itu bukan bu Arifa. Kejadian malam saat hujan itu, ternyata yang kulihat orang lain.

"Selamat siang, Bu." Sapa Banyu sambil mengulurkan tangannya. Dia hendak berjabat tangan.

"Oh, Pak Banyu. Sejak kapan disini?"

"Kurang lebih setengah jam, Bu."

"Sudah menunggu agak lama yah?"

"Gak apa, Bu. Sudah biasa. "

"Mari masuk ke ruangan saya."

Aku seraya tak ingin hilang kesempatan. Langsung ingin berjabat tangan dengan beliau.

"Bu Trista, ini kenalkan Maurine! Dia karyawan baru di perusahaan, bagian agensi." Kata Banyu.

"Yah, salam kenal. Saya Trista."

"Saya Maurine. Senang bisa berkenalan dengan Bu Trista."

"Sama-sama."

Ternyata bukan ini, mungkinkah bu Arifa memang tidak ada?

"Ayo masuk ke ruangan saya!" Ajak Bu Trista.

"Baik, Bu." Pungkas Banyu.

Aku masih terdiam, serasa galau tentang Bu Arifa. Kami pun dipersilahkan duduk oleh bu Trista. Beliau ini sangat ramah. Bahkan dengan tangannya sendiri ia menyuguhkan kopi di ruangannya. Alat pembuat minuman kopi itu, memang ada di ruangannya. Jadi ia hanya tinggal menuangkan sendiri dalam cangkir.

"Silahkan duduk, tunggu sebentar, saya ambil minuman."

"Sudah, jangan repot-repot, Bu!"

"Oh gak apa-apa. Sudah biasa kok, setiap ada tamu pasti saya layani."

Aku memerhatikan di sekitar ruangannya. Barangkali saja, ada foto ibu Arifa.

"Ini silahkan diminum!" Ujar Bu Trista.

"Aduh repot-repot, Bu." Kataku.

"Gak apa-apa."

"Ibu pimpinannya dimana yah, Bu?" Tanyaku.

Aku langsung memberanikan diri bertanya pada bu Trista. Rasa penasaranku mau kukeluarkan karena ini.

"Pimpinan yang mana?" Tanya Bu Trista.

"Bu Arifa." Kata Banyu.

"Ibu Trista kan lagi ke Paris. Loh Pak Banyu gak bilang?" Jawab Bu Trista.

"Sudah, Bu. Tapi dia masih gak percaya. Maklumlah karyawan baru. Jadi kepo kepingin lihat wajah pimpinan perusahaan." Ujar Banyu.

"Apaan kepo!" Jawabku.

"Hahaha." Tawa Banyu.

Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!