Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)

Sebenarnya apa yang terjadi disini? Aku jadi kehilangan hasrat bekerja. Aku ingin melanjutkan menyelidiki peristiwa ini. Tapi Maurine itu keras kepala sekali. Aku berharap mendapatkan petunjuk. Andai saja Maurine mau mendengarkan kataku, bukan manager.

"Banyu!"

"Apa? Maurine!"

"Kenapa kaget gitu lihat aku?"

"Kamu mau ganggu pekerjaanku yah?"

"Itu mangkanya aku gak suka kamu. Baru mau bicara, pikiranmu sudah negatif gitu."

"Bicara apa?"

"Gak jadi."

"Eh tunggu!"

"Apa?"

"Ayo bicara!"

"Aku berubah pikiran. Manager terkesan cuek dengan masalah ini. Bagaimana kalau kita berdua cari barang buktinya dulu?"

"Hahaha. Akhirnya kamu sadar juga."

"Sudahlah Banyu, ayo serius!"

"Aku serius kok."

Rasanya hanya membuang - buang waktuku saja. Si Maurine ini bisa-bisanya bertemu bu Arifa. Entah itu bu Arifa apa bukan. Ini akibat dia lembur sendirian di kantor. Maurine ini kadang lucu juga. Kalau bertengkar dengan dia, tanduknya sampai keluar. Biar saja kucandain dia terus. Bahkan sampai kepepet pun bakal kukerjai dia. Tapi kasihan juga, tak ada orang yang bisa dia bagi cerita. Aduh, Maurine! Masa iya aku ini seolah pahlawanmu. Apa lebih tepatnya angel buat kamu? Aduh.

"Mikir apa aku ini?"

"Pikiranmu itu kotor terus."

"Tuh bener kan, lagi-lagi si Maurine!"

"Kenapa salah?"

"Sedikit."

"Dasar Banyu!"

Aku tak kuasa menahan tawaku ini. Setiap dekat Maurine aku selalu ingin tertawa. Dia ini sebenarnya tidak terlalu lucu. Mukanya juga bukan muka komedian. Benar saja, aku suka dia? Tidak, Maurine ini sudah punya suami. Ih, masa aku suka sama istri orang. Kayaknya pikiranku lagi kacau. Sebaiknya aku cuci muka dulu.

"Mau kemana kamu?"

"Ke kamar mandi, mau ikut?"

"Ih jorok."

"Ke kamar mandi cuci muka kok."

"Pikiranmu maksudku."

"Hahaha. Sana kerja!"

***

Siang ini aku meeting di ruang rapat. Sangat menjenuhkan sekali hari ini.Seolah tidak terjadi apa-apa disini. Sikap manager pun sangat tenang. Tidak ada satupun gelagat yang mencurigakan. Aku yakin, kejadian di rekaman itu pasti ada orang dalam. Ada satu rekaman yang membuatku curiga. Tapi, nanti aku lihat lagi setelah meeting. Maurine pulang duluan gak yah? Atau sebaiknya aku ajak dia ke cafe dulu sambil tukar pikiran. Hey, Banyu! Kenapa seolah-olah aku ingin mengajak dia ngedate sambil pedekate?

"Maurine!"

"Ada apa?"

"Pulang nanti, kamu mau perlihatkan videonya lagi?"

"Kenapa?"

"Aku penasaran dengan video yang terpotong itu."

"Sama, aku juga. Kemungkinan itu kejadian saat bu Arifa teriak."

"Teriak?"

"Yah, dia minta tolong."

"Aku tidak aman kalau kita lihat disini. Gimana kalau kita lihat di tempat lain?"

"Dimana?"

"Cafe atau dimana?"

"Oke. Cafe coffee aja yah."

"Sip!"

Aduh, kok aku jawabnya semangat sekali. Sudahlah jangan berpikiran aneh. Ini untuk urusan dan kebaikan kantor.

"Maurine, kamu ada bicarakan lagi sama manager tentang ini?"

"Percuma. Manager seolah tak peduli dengan masalah ini. Hubungannya sama bu Arifa itu sangat dekat. Pikirku mustahil juga kalau ia tak tahu kabarnya. Kalau bu Arifa kesini, ia pasti tahu lebih dulu."

"Mereka itu kan tidak sedekat dulu lagi. Kamu gak tahu hubungan keduanya sudah berbeda."

"Tahu dikit sih. Tami pernah cerita padaku. Memang masalah apa yang membuat hubungannya renggang? Manager masih tetap mau bertahan di kantor ini. Mereka kan tidak sedekat dulu lagi."

"Kalau pun merenggang bukan berarti pak Kusuma akan berhenti. Tapi entahlah kalau seiring berjalannya waktu. Bisa jadi dia dipecat, bisa juga dia mengundurkan diri."

"Apa tidak tanyakan saja sama orang terdekat bu Arifa? Ada gak kira-kira orang yang bisa kita tanya tentang keberadaannya?"

"Ada. Aku bisa tanya mbak Trista, asisten bu Arifa. Dia katanya lagi ada di kantor pusat. Tapi aku takut, dia itu orang kepercayaan. Takutnya bu Arifa bisa saja pesan kepadanya untuk jaga rahasia."

"Benar juga. Gak ada yang lain yah?"

"Percuma. Mau ditanyakan, jawabannya pasti sama. Sama kayak aku."

"Kalau Tami?"

"Tami itu cuma tim creative. Masa iya, masih mending aku lah. Jabatanku di atas dia."

"Cuma jadi kepala cabang aja sombong."

"Apa sih, memang kenyataannya begitu."

"Huh!"

"Kenapa kesal gitu?"

"Gak lah. Pengen bilang huh aja."

"Kamu ini lucu."

"Lucu dari mananya?"

"Semuanya. Kamu itu koplak, suka aneh sendiri."

"Itu mangkanya bete kalau ngomong sama kamu!"

"Memang ngomongku kayak apa?"

"Kayak ngomong sama batu!"

"Hahaha. Bisa aja."

"Kok gak marah?"

"Kenapa harus marah?"

"Aku becandain kamu keras gitu loh."

Maurine ini aneh, dia becandanya keras begitu. Tapi, dia malah kaget sendiri. Takut kalau aku marah. Pantas saja dia dapat masalah serumit ini. Harus kuapakan dia sebaiknya biar bersikap wajar? Hahaha.

Tapi dia sendiri menilaiku selalu aneh. Mungkin kami berdua sama-sama aneh. Jangan sampai karena keanehan, masalah ini bertambah rumit.

"Diam aja kamu Banyu. Mikirin apa?"

"Aku ragu masalah ini bisa cepat kita ungkap."

"Kenapa bisa ragu sih?"

"Kita tidak ada orang yang tepat untuk membantu masalah ini."

"Kamu mau libatkan siapa lagi? Pak Yanip atau pak Budian?"

"Kalau bisa mereka rekan kerja kita."

"Jadi kamu mengharapkan siapa? Pak Yanip dan Budi menurutmu bukan rekan kerja?"

"Selain mereka."

"Kamu kok kayak gak yakin gitu bisa kita ungkap. Aku takut semakin banyak saksi, semakin banyak masalah yang berkembang."

"Kamu kok takut gitu. Kita ini sepertinya sama-sama aneh. Aku gak mau masalah ini sulit selesai."

"Kamu aja yang aneh. Masa aku dibawa-bawa. Aku normal yah, selama ini aku sudah berusaha menghadapimu!"

"Iya jujur, kita ini sama-sama aneh. Jadi kalau untuk mengungkap hal ini harus cerdas. Kalau aneh, masalah ini akan mengambang."

"Mengambang apanya? Kamu ajak saja Tami. Bila perlu seisi kantor kamu ajak. Gak habis pikir aku sama pemikiranmu."

"Haha. Yah sudahlah nanti kuurusi sendiri. Biar tidak ada banyak keanehannya."

Maurine langsung memukul bahuku dengan buku. Ia tampak kesal sekali. Sepertinya dia memang tidak mau dianggap aneh.

"Sudahlah. Bicara sama kamu kepalaku jadi berputar-putar. Hingga aku gak tahu harus finish sampai mana?! Coba saja jangan kamu yang tahu masalah ini. Biar aku ajak pak Yanip dan pak Budi saja. Berurusan sama kamu tambah rumit."

"Aku memang rumit. Tapi hanya aku saja yang tahu masalahmu kan? Bahkan tanpa kamu beri tahu."

"Gak usah bangga sampai senyum-senyum gitu! Kamu itu memang kepo, mangkanya ada saja masalah. Gak ada masalah, kamu malah cari-cari sendiri Banyu."

Maurine ini benar-benar melawanku. Padahal jabatanku di atasnya. Herannya aku tidak bisa marah sama dia.

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

masih abu abu

2023-10-24

0

Maria Elizabeth Pereira

Maria Elizabeth Pereira

Kepayang

2023-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!