Bab 5 Kecurigaan

Aku curiga, manager saja tidak percaya padaku. Bahkan, ia terkesan cuek. Mungkin ia menganggapku ini masih karyawan baru. Bisa jadi seperti itu. Aku tak harus memikirkan pendapat orang seperti Banyu ini. Jangan sampai aku tersesat karena dia.

"Maurine!"

"Apa sih?"

"Kamu ini diam saja. Ya sudahlah."

"Selesaikan saja sana pekerjaanmu!"

"Kamu ini payah. Tadi kamu yang mintaku untuk sadar."

"Sadar gimana maksudmu?"

"Kalau seandainya ini akan menjadi kasus, Bagaimana?"

"Manager saja bilang tidak ada apa-apa."

"Kamu tidak bilang ada bu Arifa?"

"Sudah. Dia bilang mungkin itu orang lain yang mengaku-ngaku."

"Ya sudahlah. Aku banyak kerjaan."

Banyu tampak kecewa, aku pun masih ragu. Rasanya memang ada yang mengganjal. Mustahil sekali di tengah malam itu, ada orang lain yang menyusup. Aku lekas mencari tahu bukti lain. Satu-satunya orang yang bisa kumintai tolong hanya Banyu. Tapi ia seperti sudah sangat kecewa padaku.

Aku memperhatikan di sekitarku. Setiap sudut kuperhatikan dengan detail. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku jadi ingin lebih tahu tentang manager. Kurasa manager terlibat dengan kejadian malam itu. Hujan di kala itu sangat deras. Aku kurang jelas mendengar apa yang terjadi.

"Hey, Maurine!"

"Banyu."

"Banyu?"

"Oh, Tami!"

"Kok Banyu, sih? Ada apa ayo sama Banyu?"

"Ada apa? Gak kenapa-napa kok."

"Hahaha."

"Idih! emang kenapa sama cowok tengil itu?"

"Kamu tiba-tiba panggil dia. Kulihat kamu ngelamun aja dari tadi. Kupanggil malah sebut Banyu."

"Peduli amat, gak penting dia."

Aku jadi kaget, Tami memanggilku sedari tadi. Tapi naifnya kenapa aku kira Banyu. Mungkin otakku sudah dipenuhi oleh masalah ini. Banyu pun sampai tahu semuanya. Tapi ia sekarang seolah menyerah.

"Kamu tadi ke ruang manager yah?" Tanya Tami.

"Iya. Kamu lihat aku masuk ke ruangan manager?" Tanyaku balik.

"Gak. Banyu tadi bilang kepadaku."

Aduh! Banyu kok bilang ke Tami. Nanti Tami malah banyak tanya ke aku. Memang anak itu tidak bisa jaga rahasia. Tapi sudahlah, manager juga akan membicarakan kepada yang lainnya. Kelak orang seisi kantor juga akan tahu.

"Tidak usah dipikirkan omongan Banyu. Kamu gak tahu aja dia kayak gitu."

"Masa iya Banyu gak bagus orangnya. Anaknya ganteng kok. Memang sih agak sedikit urakan. Orangnya juga baik banget."

"Kamu yakin bilang dia baik, Mi?"

"Memang iya, dia sangat manis orangnya."

"Jangan-jangan kamu suka sama dia..hayo!"

"Aku suka lihat kepribadiannya aja."

"Hati-hati, nanti dari suka sifatnya malah ke orangnya."

"Masa iya?"

"Hahaha."

Sekarang malah aku yang berbalik meledek Tami. Tapi bisa jadi ia memang suka. Wajar saja, mereka juga sama-sama single. Jadi tak apa kalau saling suka. Malah aku yang aneh. Idih, jangan sampai aku suka orang kayak gitu. Aku ini sadar sudah jadi istri orang.

"Aku ke meja kerja dulu yah. Ada laporan yang harus kuselesaikan." Ujar Tami

"Yah." Jawabku.

Dari kejauhan, aku melihat Banyu. Ia tampak seperti orang yang galau. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkinkah ia masih bimbang memikirkan masalah ini?

Masa sampai segitunya ia memikirkannya. Seharusnya aku yang bimbang dengan masalah ini. Aku sangat kaget ketika Banyu melihat ke arahku. Sepertinya ia sadar kalau aku melihatnya dari tadi.

***

Saat pulang, aku tak mendapati mas Alan di rumah. Tak tahu dia kemana saat ini. Aku coba menyakanya pada mamaku.

"Ma, mas Alan kemana yah?"

"Gak tahu. Dia belum pulang dari tadi."

"Belum pulang?"

"Ya. Kamu itu harusnya jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Aku pulang sendiri pakai mobil. Alan juga, Mama heran kalian jalan masing-masing. Mama bukannya mau nakuti kamu. Zaman sekarang ini berbeda dengan dulu. Sekarang ini pelakor sudah menyebar dimana-mana. Mama takut kalau kamu jarang jalan sama Alan. Hati-hati loh, Maurine!"

"Duh Mama, jangan bilang kayak gitu. Aku jadi parno kan jadinya."

"Mangkanya kamu itu harus terus waspada. Mau secantik apapun kamu. Kalau yang namanya pelakor tetap pelakor. Tidak ada ruang batasnya."

"Yah, Ma. Makasih sudah ingatin aku."

Mama terus menasehatiku tentang hubungan kami. Aku sadar hubungan aku dan mas Alan sedikit merenggang. Rasanya jadi khawatir mas Alan bisa berubah. Aku juga seharusnya lebih pengertian. Tak seharusnya aku sesibuk ini.

Di kamar, aku masih melihat rekaman cctv itu. Berulang kali terus memutarnya. Masalah ini sungguh rumit. Benar-benar membuatku kehabisan nyali. Tanpa kuketahui, tiba-tiba ada seseorang yang melempar jendela kamar.

Tek!

Aku langsung berlari melihat asal suara itu.

"Hey, siapa?"

Aku langsung membuka gordyen jendela. Kuperhatikan di sekitar pekarangan rumah. Tak ada satupun orang. Detak jantungku berdenyut kencang. Tubuhku ini rasanya gemetaran. Mungkinkah aku mulai mengalami teror?

Aku langsung berlari keluar kamar. Kemudian kuambil segelas air putih dan meneguknya. Nafasku terasa sesak dan berkeringat.

"Ada apa Maurine? Kenapa kamu ngos-ngosan gitu?" Tanya Mamaku.

"Tadi ada orang yang melempar jendela kamar, Ma. Aku gak tahu siapa. Dia sepertinya melempar pakai benda tumpul.

"Coba lihat keluar, barangkali ada orang diluar sana!"

"Iya coba lihat, Ma."

Secara bersamaan, mas Alan pulang. Mobilnya tampak baru masuk ke dalam pagar. Aku langsung khawatir dan spontan membuka pintu. Mamaku jadi mengurungkan niatnya mengintip dari jendela. Aku takut terjadi apa-apa pada mas Alan.

"Mas!" Panggilku.

Ia langsung turun membuka pintu mobilnya.

"Ada apa? Ayo cepat buka garasinya!" Pinta Mas Alan.

"Tadi kayaknya ada orang mau menerorku."

"Masa sih? Jangan berpikir yang aneh-aneh deh."

"Benar Mas."

Aku langsung keluar mendekat ke arah mas Alan.

"Mas tahu gak? Tadi ada yang melempar jendela kamar."

"Mungkin angin."

"Coba kita lihat ke arah luar jendelanya."

"Ayo."

Kami langsung melihat ke arah jendela. Aku kaget bukan kepalang. Ada sebuah balok kayu kecil tergelatak. Benda tergelatak di depan jendela kamar.

"Ini ada. Siapa yang lempar?"

"Mungkin sudah ada dari tadi."

"Tapi jelas ada yang melempar, Mas."

"Sudahlah ayo masuk! Gak baik lama-lama diluar."

"Yah."

"Tolong bukakan pintu garasinya!"

"Sebentar."

Aku secepat mungkin membuka pintu pagar. Setelah pintu terbuka, mas Alan langsung memasukkan mobilnya.

"Lain kali dilihat yang jelas. Jadi kamu tak salah kira."

"Tapi benar kok ada yang lempar jendelanya, Mas."

"Ya sudah. Kamu hati-hati saja. Kalau ada yang lempar lagi, kamu langsung lihat!"

"Tadi itu aku langsung lihat, Mas. Tapi tak ada orang diluar."

"Mungkin benar perasaanmu saja."

"Gak mungkin!"

"Besok-besok aku mau pasang cctv saja."

"Yah terserah kamu."

Aku benar-benar takut dengan kejadian ini. Aku merasa terancam. Bagaimana kalau ini ada hubungannya dengan Bu Arifa?

Terpopuler

Comments

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

hayuuu... siapa yaaa

2023-10-24

0

Kustri

Kustri

mantabb

2023-10-12

0

Cesar Cesar

Cesar Cesar

Kagum maksimal😍

2023-09-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Peristiwa Malam
2 Bab 2 Hal Tak Terduga
3 Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4 Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5 Bab 5 Kecurigaan
6 Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7 Bab 7 Sedikit Petunjuk
8 Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9 Bab 9 Dilema
10 Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11 Bab 11 Teror yang Berlanjut
12 Bab 12 Menemukan Jejak
13 Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14 Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15 Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16 Bab 16 Kedatangan Sosok
17 Bab 17 Siapa?
18 Bab 18 Akibat dari Teror
19 Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20 Bab 20 Bertemu dengannya
21 Bab 21 Hilang Rasa
22 Bab 22 Perlahan Terungkap
23 Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24 Bab 24 Jejak yang Terhapus
25 Bab 25 Mengambil Kesempatan
26 Bab 26 Jawaban
27 Bab 27 Bukan Dia
28 Bab 28 Bisikan
29 Bab 29 Kembali Terulang
30 Bab 30 Maafkan
31 Bab 31 Aku Masih Penasaran
32 Bab 32 Ternyata Selama ini
33 Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34 Bab 34 Pasrah
35 Bab 35 Bebas
36 Bab 36 Kembalinya Manager
37 Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38 Bab 38 Telepon Misterius
39 Bab 39 Ancaman
40 Bab 40 Trauma
41 Bab 41 Penyesalan
42 Bab 42 Kesaksian Pertama
43 Bab 43 Tentang Dia
44 Bab 44 Patung Briana
45 Bab 45 Mencari Tahu
46 Bab 46 Mengungkap Misteri
47 Bab 47 Tak Menyangka
48 Bab 48 Aku Melihatnya
49 Bab 49 Kejadian Aneh
50 Bab 50 Kesaksian Kedua
51 Bab 51 Pengakuan Asisten
52 Bab 52 Sebuah Pilihan
53 Bab 53 Menyerahkan Bukti
54 Bab 54 Weekend
55 Bab 55 Pindah Kantor
56 Bab 56 Bangkit
57 Bab 57 Pertama Disini
58 Bab 58 Kiriman
59 Bab 59 Gambar dan Kode
60 Bab 60 Alamat
61 Bab 61 Mencoba Mengartikan
62 Bab 62 Memberi Alasan
63 Bab 63 Menjenguk Tami
64 Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65 Bab 65 Tak Bersua
66 Bab 66 Resign
67 Bab 67 Mulai Terbaca
68 Bab 68 Arti dari Surat
69 Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70 Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71 Bab 71 Di Sebuah Villa
72 Bab 72 Peristiwa di Villa
73 Bab 73 Pulang
74 Bab 74 Jejak
75 Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76 Bab 76 Hubungan Rahasia
77 Bab 77 Terulang Lagi
78 Bab 78 Prasangka
79 Bab 79 Siapa Pelakunya?
80 Bab 80 Misteri Gudang
81 Bab 81 Alibi
82 Bab 82 Happy Ending
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Peristiwa Malam
2
Bab 2 Hal Tak Terduga
3
Bab 3 Terjebak Dalam Rasa Penasaran
4
Bab 4 Pengakuan Yang Tak Digubris
5
Bab 5 Kecurigaan
6
Bab 6 Perbuatan Orang Dalam (POV : Banyu)
7
Bab 7 Sedikit Petunjuk
8
Bab 8 Penghianatan Di Tengah Masalah
9
Bab 9 Dilema
10
Bab 10 Upaya Tak Sia - Sia
11
Bab 11 Teror yang Berlanjut
12
Bab 12 Menemukan Jejak
13
Bab 13 Menyelidiki Keluarga Direktur
14
Bab 14 Kontak Ponsel Direktur
15
Bab 15 Melacak Keberadaan Direktur
16
Bab 16 Kedatangan Sosok
17
Bab 17 Siapa?
18
Bab 18 Akibat dari Teror
19
Bab 19 Orang Dalam yang Tak Disangka
20
Bab 20 Bertemu dengannya
21
Bab 21 Hilang Rasa
22
Bab 22 Perlahan Terungkap
23
Bab 23 Aku Tak Ingin Pulang
24
Bab 24 Jejak yang Terhapus
25
Bab 25 Mengambil Kesempatan
26
Bab 26 Jawaban
27
Bab 27 Bukan Dia
28
Bab 28 Bisikan
29
Bab 29 Kembali Terulang
30
Bab 30 Maafkan
31
Bab 31 Aku Masih Penasaran
32
Bab 32 Ternyata Selama ini
33
Bab 33 Praduga Tak Bersalah
34
Bab 34 Pasrah
35
Bab 35 Bebas
36
Bab 36 Kembalinya Manager
37
Bab 37 Ingin Tahu Tentangnya
38
Bab 38 Telepon Misterius
39
Bab 39 Ancaman
40
Bab 40 Trauma
41
Bab 41 Penyesalan
42
Bab 42 Kesaksian Pertama
43
Bab 43 Tentang Dia
44
Bab 44 Patung Briana
45
Bab 45 Mencari Tahu
46
Bab 46 Mengungkap Misteri
47
Bab 47 Tak Menyangka
48
Bab 48 Aku Melihatnya
49
Bab 49 Kejadian Aneh
50
Bab 50 Kesaksian Kedua
51
Bab 51 Pengakuan Asisten
52
Bab 52 Sebuah Pilihan
53
Bab 53 Menyerahkan Bukti
54
Bab 54 Weekend
55
Bab 55 Pindah Kantor
56
Bab 56 Bangkit
57
Bab 57 Pertama Disini
58
Bab 58 Kiriman
59
Bab 59 Gambar dan Kode
60
Bab 60 Alamat
61
Bab 61 Mencoba Mengartikan
62
Bab 62 Memberi Alasan
63
Bab 63 Menjenguk Tami
64
Bab 64 Upaya Keluar dari Teror
65
Bab 65 Tak Bersua
66
Bab 66 Resign
67
Bab 67 Mulai Terbaca
68
Bab 68 Arti dari Surat
69
Bab 69 Arti Kode Berikutnya
70
Bab 70 Telah Lama Tak Bertemu
71
Bab 71 Di Sebuah Villa
72
Bab 72 Peristiwa di Villa
73
Bab 73 Pulang
74
Bab 74 Jejak
75
Bab 75 Benar Pelaku Orang Dalam (POV : Banyu)
76
Bab 76 Hubungan Rahasia
77
Bab 77 Terulang Lagi
78
Bab 78 Prasangka
79
Bab 79 Siapa Pelakunya?
80
Bab 80 Misteri Gudang
81
Bab 81 Alibi
82
Bab 82 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!