Bab 11

Kini mereka semua berada di meja makan, mata Keyna bolak balik menatap Akbar dan Mei. Akbar yang merasa risih langsung berkomentar,

"Lo ngapain? natap terus ntar suka lo," ucap Akbar.

"ih apaan sih lo, gue cuman heran aja, padahal kalo diliat-liat kalian emang mirip, tapi kenapa gue gak menyadarinya ya kalo kalian saudara, pantesan aja awal ketemu Akbar kayak gak asing gitu wajahnya," ucap Keyna sambil melirik Akbar.

"Emang lebih baik lu nggak sadar Key," jawab Mei.

"Tapi lebih dulu mana, lo kenal Mei sama kenal Akbar?" lanjut tanya Yasmin.

"Lo nggak merhatiin kata-katanya ya Min, kan dia bilang pantesan aja awal ketemu kayak gak asing, ya berarti dia duluan kenal Mei lah," sahut Akbar menjawab Yasmin.

"Iihh aku kan tanya Keyna Bar bukan kamu!" jawab Yasmin.

"Ehem!" celetuk Mei.

Semua pun tertawa, suasana di meja makan sangat ceria. Selanjutnya Bi Ani pun datang membawa makanan terakhir yang ia masak. Kini dimeja makan sudah penuh dengan makanan,

"Bi Ani masak banyak sekali Bi," ucap Keyna.

"Kan kita makan rame-rame non jadi Bi Ani harus masak banyak hehe," ucap Bi Ani yang senang.

"Lo jadi bisa makan banyak Key hahaha," ucap Yasmin.

"Kalo lo mau habisin Key, ibuk gue juga bakal seneng," sahut Mei juga ikut menggoda Keyna.

"Apaan sih kalian," ucap Keyna sambil melirik Yasmin dan Mei.

"Sudah-sudah ayo makan, gak baik banyak omong di meja makan," tutur Bi Ani menasehati gadis-gadis tersebut.

Keyna pun tersenyum, ia merasa sangat senang karena baru kali ini ia makan di tempat orang dengan banyak teman bersamanya, kali ini Keyna tidak makan malam sendiri. Keyna merasa suka dengan kehangatan keluarga Bi Ani, tetapi ada satu hal yang mengganjal pikirannya yaitu, dimana bapaknya Mei dan Akbar? Kenapa beliau tidak ikut makan bersama?

Tetapi Keyna menyimpan pertanyaan itu terlebih dulu, ia berpikir bahwa tidak baik jika hal itu ia tanyakan sekarang. Keyna pun melanjutkan makannya.

Selang beberapa menit, mereka semua pun selesai makan. Keyna ikut membantu Bi Ani membersihkan meja makan, walaupun awalnya Bi Ani melarangnya, tetapi Keyna akan merasa tidak enak jika tidak membantu, karna Bi Ani sudah banyak membantunya, jadi ia pikir saat ini kesempatannya untuk membantu Bi Ani.

"Bi...," panggil Keyna.

"Ya non?" sahut Bi Ani.

"suaminya Bi Ani kok gak ikut makan malam juga tadi Bi?" tanya Keyna sambil melanjutkan mengambil piring dari meja makan.

"Suami Bi Ani sudah meninggal non," jawab Bi Ani.

Mendengar itu, tangan Keyna tiba-tiba lemas dan menjatuhkan piring yang ia bawa.

Pyarrrr... Suara piring pecah, sontak semuanya kaget. Mereka yang duduk didepan masuk untuk melihat, Bi Ani menoleh ke arah Keyna. Dan Keyna sendiri gugup sehingga ia mencoba mengambil pecahan piringnya, namun dihentikan oleh Bi Ani.

Mei, Akbar, dan Yasmin pun juga ikut panik mendengar suara piring pecah. Mereka pun datang bersamaan. Mei melihat tepat didekat kaki Keyna terdapat pecahan piring.

"Awas Key, kakimu nanti bisa kena pecahan itu," ucap Mei yang khawatir Keyna menginjak pecahan piring.

"Ada apa buk, ibuk gak kenapa-kenapa?" tanya Akbar yang menghawatirkan ibunya.

"Ibu gak kenapa-kenapa Bar, lagian ini cuman piring kok," ucap Bi Ani.

"Bi Ani, maafin Keyna ya, tiba-tiba tangan Keyna mati rasa tadi," ucap Keyna.

Akbar pun kaget. Akbar pikir selama ini sikap Keyna dingin dan tidak peka. Namun dengannya meminta maaf kali ini ia yakin bahwa Keyna tidak seburuk yang ia pikirkan.

"Tidak apa-apa non," ucap Bi Ani.

Akbar pun dengan segera membersihkan pecahan piring itu agar tidak memakan korban, ia dengan teliti melihat ke lantai ditambah sorotan lampu dari ponselnya.

Saat itu Keyna langsung dibawa ke ruang tamu oleh Mei dan Yasmin.

"Key lo baik-baik aja kan?" tanya Mei.

"Iya Mei, gue baik baik aja," jawab Keyna.

Melihat Mei dan Keyna sebenarnya membuat hati Yasmin sedikit kesal, namun ia mencoba menahan dan mengabaikan perasaan nya itu.

"Mau gue ambilin minum nggak?" tanya Yasmin menatap Keyna.

"Nggak usah Yas, gue serius gak papa," jawab Keyna.

"Yaudah," jawab Yasmin sambil melihat jam yang saat itu sudah pukul 20.00

"Waduh, Mei sorry ya, gue udah harus pulang nih," lanjut Yasmin.

Mei dan Keyna pun ikut melihat jam.

"Oh iya Yas, lo harus pulang, jangan sampai kena lagi," ucap Mei.

Yasmin pun mengangguk dan berpamitan,

"Mei, Key, gue balik duluan ya, salam ke ibumu juga ya, makasih makanannya," ucap Yasmin.

"Oke Yas, hati-hati ya," ucap Mei sambil melambaikan tangannya kepada Yasmin.

"Kenapa dia buru-buru? Ini kan baru jam delapan malem?" tanya Keyna.

"Bapaknya dia garang," jawab Mei sambil menyipitkan matanya.

Keyna menatap Mei dan teringat jawaban Bi Ani tadi bahwa suaminya yang berarti bapak Mei dan Akbar itu sudah meninggal.

Keyna pun tiba-tiba memeluk Mei sambil berkata,

"Lo yang sabar yaa," ucapnya.

Mei yang bingung dengan sikap dan omongan Keyna saat itu, sontak ia langsung bertanya lagi,

"Gimana Key?" ucap Mei.

"Bapak lo, gue denger dari Bi Ani udah gaada," jelas Keyna.

"Hahaha," tawa Mei mendengar ucapan Keyna.

"Biasa aja kali, lagian si bapak juga meninggalnya udah lama, pas gue masih SMP dulu jadi gapapa," lanjut Mei.

"tetep aja, lo kuat bisa bertahan sampai sekarang," kata Keyna yang masih memeluk Mei.

Tubuh Mei masih belum terbiasa dipeluk oleh Keyna, jantungnya berdegup kencang dan ia masih malu. Namun Mei mulai merasa nyaman dengan itu. Selang beberapa saat, Keyna melepas kan pelukannya. Mei pun menatap Keyna dan mengatakan,

"Key lo nggak pulang? Ini udah larut," tanya Mei.

Keyna menunduk dan bilang, "gue masih belum mau pulang!" jawabnya spontan.

"Tapi nanti orang tua lo nyariin Key!" ucap Mei.

"Biarin aja!" celetuk Keyna.

Tidak lama setelahnya, ponsel Keyna pun terus berdering. Dilihatnya ternyata itu spam telepon dari Ibunya. Tetapi, bukannya diangkat, Keyna justru mengabaikannya.

"Mei, apa boleh gue nginep disini untuk malam ini?" tanya Keyna.

"Enggak!" jawab Mei tegas sambil menggelengkan kepala.

"Kenapa?" tanya Keyna.

"Karena lo terus-terusan nolak telepon nyokap lo, dan itu gue khawatir nanti akan berpengaruh sama kerjaan nya nyokap gue!" jelas Mei.

"Tapi justru kalo gue ditolak, hal itu yang akan terjadi," jawab Keyna.

Mei pun mulai berpikir, dan akhirnya Mei mengizinkannya. Tetapi dengan syarat bahwa Keyna harus jujur kalau ditanya ibu nya atau Bi Ani kenapa Keyna tidak mau pulang.

"Hmm tapi lo harus bilang dulu ke nyokap gue ntar kalo dia nanyain kenapa, lo cerita jujur ke nyokap gue biar nantinya ga ada salah paham," ucap Mei.

"Hmm ribet," jawab Keyna.

"Yaudah kalau gitu gak jadi," Ucap Mei sambil melipat kedua tangannya.

"hmm iya-iya," ucap Keyna pasrah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!