nyonya-nyonya reseh

Dan rutinitas yang biasa di lakukan Ibu mertuanya kembali. Setelah Ayah dan suaminya pergi bekerja, rumah menjadi kurang seru hanya meninggalkan mereka berdua. Ibu mertuanya kemudian mengajak Jane jalan-jalan disekitaran. Menyapa tetangga-tetangga yang sebenarnya baru dikenal oleh Ibu mertuanya. Tapi Ibu mertuanya bisa dengan mudah dan cepat akrab dengan mereka. Ibu mertuanya juga memperkenalkan Jane lebih banyak dari biasanya dan kali ini dia memperkenalkan sebagai menantunya bukan calon lagi.

Maksud dari Ibu mertuanya ingin Jane terus bersosialisasi, berbincang sesekali dengan tetangga, dan menghilangkan penat dengan bergunjing. Jika dia kembali ke kediaman nya di kota lain dia bisa dengan tenang meninggalkan menantunya karena dia sudah mengenal beberapa tetangga untuk tempat bercerita nantinya.

"Jadi Jane menantumu, dia cantik juga manis" kata Nyonya Amber, dia tetangga selang dua rumah dari kediaman mereka.

Jane tersenyum kemudian berterimakasih atas pujiannya.

"Heh, jangan ragu-ragu kemari jika kau butuh bantuan" timpal Nyonya Rose rumah nya berada tepat didepan rumah Nyonya Amber.

Nyonya Amber dan Nyonya Rose rupanya telah tinggal lama di sini. Mereka bercerita bahwa sudah 40 tahun mereka mendiami tempat tinggal mereka. Tampilan mereka seperti kebanyakan Ibu-ibu sosialita dan lebih berisi dengan gelang dan kalung emas yang cukup besar mereka kenakan, mempertegas bahwa mereka orang-orang yang terpandang disekitaran sini.

"Aku ingat apakah pria yang sering kelihatan didepan rumah itu adalah putramu dan suami dari menantumu?!" tanya Nyonya Amber sembari menunjuk kearah rumah mereka.

"Benar" Jawab Ibu mertuanya.

Nyonya Amber dan Nyonya Rose saling menatap.

"Ah, begitu ya. Awalnya kami berniat berkunjung ke tempatmu dan memperkenalkan putri kami. Tapi rupanya pria itu sudah menikah, ya kami sempat berharap putramu akan memilih salah satu diantaranya" kata Nyonya Amber rasanya dia kecewa. Mereka rasanya menyayangkannya, pria yang mereka lihat saat itu rupanya putra dari nyonya Weni, mereka pikir pria yang tampan itu bukan keluarga dari nyonya Weni. Rumah yang sangat besar, beberapa mobil dengan merek bergengsi. Siapa orang yang tak mau bersanding dengan segala gelimang harta itu.

"Benar kami menyayangkannya. Putri kami tak kalah cantik-" Nyonya Rose melirik Jane, sudah dipastikan dia tengah membandingkannya.

"Benar sekali. Kulit putri kami juga putih, matanya menawan, rambut nya juga panjang" lagi-lagi nyonya Amber menimpali.

Sekalipun mereka telah mengetahui jika pria yang ingin mereka gait telah beristri dengan berani mereka berkata dengan tak sopan. Apakah kekayaan dan keinginan mereka memilikinya membuat moral dan menghargai orang lain menjadi lenyap?.

Jane merasa terganggu dengan pembicaraan mereka yang semakin jelas mengutarakan niat mereka.

"Aku pun begitu, dia pria yang rupawan. Rasanya akan senang jika dia menjadi menantu salah satu dari kami" Nyonya Rose menimpali.

Ibu mertuanya tertawa canggung "Ya, Aku tau putraku memang tampan karena itu dia memilih menantuku yang menawan ini menjadi istrinya" bela Ibu nya, tak berniat menerima tawaran mereka yang ingin mengenal kan putri-putri mereka untuk menemui putranya.

"Kami tak bermaksud, lagi pula ini candaan. Dan ku harap menantumu tak tersinggung atau merasa cemburu" ujar Nyonya Rose lagi.

Nyonya-nyonya itu memiliki sikap yang cukup menganggu dan bicaranya terkesan sopan namun nyelekit. Suka memaksa dan berbicara tak memikirkan perasaan orang lain dengan dibaluti kata candaan yang sama sekali tidak lucu.

Jane tersenyum lalu berkata "ah, nyonya-nyonya Aku tak terlalu memikirkan ucapan kalian. Jika memang suamiku sedikit nakal mungkin dia akan tertarik dengan putri-putri kalian dan lagi pula jika putri-putri kalian bermartabat mereka tak akan pernah melirik suami orang!!"

Ibu mertuanya berusaha tampak menahan tawa, dia tak menyangka menantunya akan berbicaranya seperti itu "ah, Aku suka itu sayang" bisik nya pada Jane.

"Lalu nyonya-nyonya jangan ambil hati itu juga candaan" ucap Ibu mertuanya puas.

Hal itu berhasil membungkam mereka, keheningan sejenak kemudian nyonya-nyonya itu membahas hal lain, setidaknya berusaha membuat suasana menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun memperlihatkan dengan jelas wajah mereka yang sedikit kesal.

Kemudian pembahasan mereka menjalar kemana-mana dan pembicaraan mengenai mengenalkan putri-putri mereka menghilang bagai angin lalu. Ya, walaupun terkadang nyonya-nyonya itu masih berbicara dengan nada mengesalkan. Nyonya-nyonya itu masih ingin bertetangga baik dengan mereka jadi mengajak Jane dan Ibu nya kapan-kapan mengunjungi kediaman mereka sekedar duduk sebentar, menikmati makanan manis, dan tentu tak luput bergunjing. Jane dan Ibu mertuanya tahu itu ajakan yang tidak tulus. Tapi dengan kesopanan Jane dan Ibunya berkata pasti akan mampir di kemudian hari. Lalu nyonya-nyonya itu juga berkata mungkin akan berkunjung dikediaman mereka dalam waktu dekat, mereka berkata tak bermaksud apa-apa tapi bagi Jane mereka memiliki niatan terselubung. Jane tak mungkin menolak, lalu dia memperkenankan kapan pun mereka ingin berkunjung selagi dalam tahap wajar dan tak menganggu pemilik rumah. Sebenarnya itu penolakan halusnya. Tapi bahkan penolakan halus itu menurut mereka bagai ajakan sungguh-sungguh Jane terhadap mereka. Tanpa ragu-ragu mereka terlihat begitu senang. Rasanya cukup geram, mereka bagai abai dengan Jane yang terlihat tak nyaman dengan segala ucapan dan perilaku mereka.

Setelahnya Jane dan Ibu mertuanya kembali ke kediaman mereka.

"Oh, Jane Aku tak bermaksud membuat perasaan mu gelisah. Aku mengajak mu menemui mereka ku pikir mereka orang-orang yang cukup asik, tapi mereka tidak berbeda dengan orang-orang yang berbicara sembarang"

"Ah, memang begitu kebanyakan Ibu. Aku juga tak sebaik yang kau pikir jadi dalam hal ini orang-orang beragam seperti mereka juga diperlukan untuk mengisi keheningan dunia" Jawab nya.

Kali ini Ibu mertuanya benar-benar tidak bisa menahan tawa, dia benar-benar menyukai menantunya dan merasa cocok dengannya.

"Aku jadi mengingat dirimu dulu yang berbicara pedas, memukul, dan mengejar Ed saat dia menganggu mu. Rupanya kau masih sama dan itu membuat ku senang, Aku sempat khawatir saat kau datang dan lebih banyak diam"

Jane terkejut itu sudah sangat lama, dan Ibu mertuanya masih mengingat hal itu. Tapi Jane tak ingin membahas hal itu lebih banyak dan mengingat-ingat hal-hal yang membuatnya kesal dan bisa saja dia akan menyangkutkan masa lalu itu sebagai tindakan yang tidak lucu baginya.

Ibu mertuanya seperti merasakan bawa Jane tidak nyaman dengan topik pembicaraan itu.

"Ah, mungkin Aku akan menceritakan pada Ayah mu dan Ed bagaimana kau membungkam nyonya-nyonya itu" Ibu mertuanya tertawa kembali membicarakan mereka.

Jane ikut tertawa tak ingin membuat Ibu mertuanya merasa tersinggung karena dia tak menanggapi candaannya.

Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!