Gelang indah

Kebetulan yang tak mereka harapkan, terbangun di pagi hari secara bersamaan.

"Oo, selamat pagi-" ucap spontan Ed dengan ragu-ragu ingin menjauh dari Jane namun dia urungkan.

Jane mengamati suaminya, sembari mengangguk, dan menggeliat.

"ku pikir kau akan terkejut"

Jane menjawab "ya, perlahan Aku mulai terbiasa melihat wajahmu"

Ed melanjutkan, menatap Jane yang cukup tenang didekat nya "apa kau akan marah jika Aku memeluk mu dan dekat seperti ini di kemudian hari?"

"Mungkin tidak. Cukup hangat dalam pelukan mu, karena kau hanya menyelimuti ku dengan jaket mu saja!" Itu pengalihan Jane saja agar dia tak tampak mengharapkan apapun disini.

Ed malu, dia lupa menarik selimut untuk Jane wajar saja Jane mungkin kedinginan sepanjang malam.

Jane kemudian bangun dari posisi tidurnya "ku harap kau tak terlalu memikirkan kalimat ku itu. ku katakan, dadamu sangat lebar dan Aku cukup nyaman di sana" Jane melangkah ke kamar mandi.

Jane tampaknya harus mempertanggung jawabkan kalimatnya, tanpa dia sadari telah membuat suaminya tersenyum malu dengan ungkapannya barusan.

"sial" Ed menutup mulutnya yang terus tersenyum dengan wajahnya yang merona.

Ed tak pernah membayangkan bangun di pagi hari dengan istrinya seperti ini. Bercakap-cakap manis dan melihat tingkah lucu juga ketus istrinya. Rasanya pagi nya jauh lebih menarik.

Lalu setelah nya Jane turun dari kamarnya, di bawah Ibu mertua nya telah memasak. Dia menjadi sedikit tak enak hati, tapi Ibu mertuanya meminta agar Jane tak merisaukan hal semacam itu Selama Ibu mertuanya disini, sementara dia yang akan membantu hal-hal kecil seperti memasak juga beberes. Sekalipun Jane berkata dia bisa membantu atau melakukan bersama, Ibu mertuanya tetap menolak dan menekankan dengan kalimatnya 'kau tak perlu merisaukan apapun. Aku suka membantu mu dan kau juga harus lebih banyak istirahat, lagi pula Aku sebentar disini dan harus kembali esok untuk mengurusi kerjaan'.

Entah mengapa Jane merasa kebaikan Ibu mertuanya tak pantas dia terima, dia terlalu baik dan selalu memikirkan perasaanya. Sedangkan dia tak melakukan apapun selama datang kemari dan hanya memperlihatkan sikap melankolis.

Lalu Ayah mertua juga Ed ikut menyusul mereka dengan pakaian rapi. Benar hari ini Ed tengah mengurus pekerjaannya di kota ini dan Ayahnya ikut untuk memeriksa lapangan. Ya, rupanya di kota ini mereka baru saja membangun penginapan.

Kemudian mereka menikmati sarapan pagi dengan tenang.

Setelah nya Ayah mertua dan suaminya berpamitan untuk pergi. Walaupun Ayah dan Ibu mertuanya cukup berumur tapi tak jarang mereka memperlihatkan kemesraan yang menurut Jane malu untuk dia lihat, ya Ibu mertuanya hanya sekedar mencium kening, atau pipi suaminya atau saling tertawa dan memukul-mukul kecil dengan manja.

Berbeda sekali dengan mereka yang baru menikah, mereka hanya saling menatap cukup lama. Biasanya pengantin barulah yang paling hangat dan keberatan saat sang suami pergi bekerja, tapi mereka bahkan tak terlihat seperti itu. Mereka seperti pasangan flat.

Sebenarnya itu penampakan luar mereka, nyatanya jantung mereka berdebar-debar hanya saja mereka cukup pandai menyembunyikan ekspresi.

"Aku pergi" ucap Ed.

Jane mengiyakan dengan mengangguk.

Tapi Ed bahkan tak beranjak pergi dan malah terus menatap Jane.

"Jadi kau tak pergi?" tanya Jane.

Ed ragu-ragu, dia hendak pergi tapi selalu dia urungkan rasanya dia ingin melakukan sesuatu pada Jane sebelum pergi.

Lalu Jane tersenyum kecil, dia berkata "menunduk lah sedikit" suruh nya.

Ed menurutinya sedikit menunduk, wajah mereka cukup dekat dan dengan pelan Jane memberikannya kecupan di pipi suaminya. Seketika Ed mematung di tempat.

Anggap saja mereka selangkah lebih dekat untuk kehidupan harmonis yang akan berdampak untuk bayinya. Lagi pula Ed banyak membantu nya, sekalipun masih ada tempat terdalam kebencian untuk suaminya tapi dia juga pantas untuk di berikan kecupan terimakasih darinya sebagai seorang istri.

"hati-hati dan segeralah kembali" bisik Jane, dia sebenarnya mengikuti tindakan yang ditonton semalam. Bukan sesuatu yang benar-benar ingin dia sampaikan.

Ed berusaha mengontrol

dirinya, dia tersenyum kecil "tentu, tunggu Aku kembali" jawabnya sembari mencium kening Jane. Jane yang mencium nya lebih dulu membuatnya kembali memberanikan diri membalas ciuman itu.

Jane mengangguk dan menatap punggung suaminya yang mulai menjauh dengan terus menyentuh pipi nya sepanjang berjalan. Dan tampaknya Ayah mertuanya sedikit heran dengan tingkah putranya itu.

Disini Ibu mertua membuatnya lebih tak nyaman, senyum merekah dibibir Ibu mertuanya sedikit menganggu nya.

"Hoo-" Ibu mertuanya menyikut Jane dengan meledek.

"Ayolah Ibu bukankah itu wajar?!"

"Sangat wajar. Lebih bagus jika kau memberi nya pelukan" Ibu mertuanya memberi saran.

"Mungkin di pipi saja sudah cukup Ibu"

"Ah, lebih hangat jauh lebih bagus" Ibu mertuanya terus memberi saran-saran yang sebaiknya di lakukan istri agar suami merasa lebih nyaman sembari tersenyum puas meledek nya.

Kemudian Ibu mertuanya mengusap perut Jane. Dia berkata "ku harap disini kau tumbuh dengan tenang, Aku sempat khawatir Ayah dan Ibu mu akan terus berjarak. Tapi sekarang nenek menjadi tenang karena mereka lebih dekat hari demi hari"

Ibu mertuanya bahkan berbicara keras-keras bagai meminta Jane untuk terus menerus memiliki hubungan hangat dan dengan begitu bayi nya juga akan tenang di dalam. Huh, betapa lucunya Ibu mertua yang selalu menghawatirkan dirinya di setiap kesempatan.

"Jadi Jane sudah berapa kali Ed mengelus perut mu? Memang sih ini masih datar tapi sangat baik jika Ed rutin mengelus perut mu agar memiliki ikatan dengan bayi sedini mungkin"

Jane mencoba mengingat-ingat, tapi dia rasanya tak ingat suaminya pernah mengusap perutnya. Atau mungkin ketika dia telah tertidur, ah rasanya tidak juga.

Jane menjawab "entahlah Ibu Aku tak ingat apakah Ed pernah mengelus perutku atau tidak"

Ibu nya hanya mengangguk "ya, nanti minta lah dia untuk sering mengelus perut mu"

Jane hanya mengangguk, tapi tak berniat benar-benar akan melakukan itu. Meminta Ed untuk mengelus perutnya, rasanya sangat malu. Lagi pula mereka tak sedekat itu sampai harus setiap hari melakukan nya, sekali atau dua kali akan mungkin untuk mereka.

"nah lalu Jane. Biarkan Aku memasangkan ini" Ibu mertuanya memasangkan nya gelang.

Gelang berwarna putih dengan corak keemasan.

"Harusnya Aku memasangkannya saat kau menikah kemarin, hanya saja banyak hal yang terjadi lalu Aku juga meninggalkan nya dikediaman kami di Bali. Ini baru saja datang, setelah saudara di sana berbaik hati mengirimkannya" Ibu mertuanya menatap gelang itu dengan lekat.

Dia melanjutkan "Ini gelang turun temurun Jane. Jika putra di keluarga kami telah menikah maka istrinya berhak mendapatkan gelang seperti ini dengan begitu kau benar-benar masuk ke keluarga kami"

Jane terpukau dengan kecantikan gelang itu, dia memuji gelang indah itu, juga berucap terimakasih karena telah di percaya untuk menjadi bagian dari keluarga mereka. Ya, meski banyak hal telah terjadi sampai dititik ini.

Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!