Malas untuk meresponnya dan kecanggungan membuat suasana menjadi hening. Jane sibuk membolak-balikkan halaman bacaannya, lalu Lily sibuk dengan ponselnya wajahnya tampak kesal namun dia berusaha tak memperlihatkan suasana hatinya yang buruk. Dia masih mempertahankan image dirinya yang ramah.
Sejenak kemudian Lily mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke Jane "Hey Jane apa kau akrab dengan Ed?"
Jane yang sibuk membaca menghentikan aktivitasnya, dia menjawabnya tanpa menoleh "tidak sebegitu-" Kemudian dia kembali membaca halaman bukunya.
Lily mangut-mangut tampak berpikir. Sepertinya dia memilih untuk tak menanyakan lebih dalam, dia akan menunggu kedatangan tante Weni lalu menanyakan langsung kenapa seorang wanita lajang ada di kediaman Ed yang katanya tak terlalu akrab? Lalu tante Weni bukan orang yang mudah menerima putranya membawa wanita masuk kedalam rumah, jikapun Jane dianggap sebagai anaknya, dia sendiri sebenarnya tak pernah diperlakukan begitu spesial oleh tante Weni. Sejujurnya dia sedikit cemburu dengan Jane, terlebih dia cukup cantik darinya.
Setelah Jeda Lily kembali berkata "Hey, sebagai wanita bisa kau beritahu apakah aku cukup cantik?"
Jane menutup bukunya, menoleh menatap wajah Lily seksama. Dia tersenyum risih "ya, kau cantik"
Lily tampak puas dengan jawaban Jane, dia memang narsis.
"Lalu- mm jika diberi rating kau akan memberi aku berapa?" tanya nya lagi, penasaran seperti apa orang-orang melihat dirinya.
Jane tak habis pikir dengan Lily yang haus akan pengakuan, lalu dia menjawab "Kau tau, setiap ciptaan Tuhan itu sempurna. Aku ciptaanya mana berani memberi rating, tapi yang pasti kau cantik"
"Ugh! Jadi kau mengatakan aku cantik karena aku ciptaan Tuhan. Artinya jika aku bukan ciptaan Tuhan aku tidak cantik?!" Lily sibuk menatap dirinya dari layar ponselnya melihat apakah dia sejelek itu.
"Ku pikir ada yang salah dengan penalaranmu. Kau bisa memikirkan kalimatku itu. Ku beritahu kuncinya self love" Jane pandai mengatakan hal itu, padahal dia sendiri sulit menerima kenyataan sekarang.
Hal tersebut mungkin wajar. Saat insecure terkadang membutuhkan pengakuan dari orang lain agar bisa menutupi rasa insecure itu. Jane bisa memaklumi tingkah Lily yang sedikit kekanakan padanya, dia juga merasa Lily tipe orang yang blak-blakan.
"Aku ingin ke kamar" Jane hendak bangkit dari duduknya.
Hanya saja kebetulan, Ed datang. Mereka berdua saling memandang, terutama Jane yang tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya. Beberapa hari belakangan Ed tak menampakan dirinya.
Bukan hanya dia yang terkejut, Lily juga. Setelahnya, Lily tampak gembira melihat Ed yang memang dia tunggu.
"Hay Ed" Sapanya ramah, berlari menghampiri Ed yang termangu masih menatap Jane di depan pintu.
Hanya saja Ed bahkan tak terusik dengan kedatangan Lily, dia perlahan berjalan menghampiri Jane "Ibu bilang kau sendiri di rumah" dia memulai perbincangan.
"Tidak. Lily menemaniku disini" Jawabnya.
Barulah Ed sadar bahwa ada Lily disini. Jane mengamati tingkah Lily yang emosional, dengan kepalan tangannya menahan malu sekaligus kecewa.
"Aku ingin istirahat. Bisakah aku pergi ke kamar?" Jane tak ingin ikut menganggu pertemuan dua orang, biarkan mereka berbincang-bincang dan melepas kerinduannya. Ya, Jane berpikir Ed dan Lily mungkin saja memiliki hubungan.
Lalu Ed tak menjawabnya. Jane mengartikan sendiri bahwa itu jawaban iya, dia melangkah meninggalkan mereka.
Ed hendak menaiki tangga, menyusul Jane. Entah kenapa dia merasa raut wajah Jane tidak baik-baik saja.
"Ed-" Pekik Lily menghentikan langkah Ed.
"Ah, kenapa kau disini?"
Lily lebih kesal mendengarnya "Harusnya kau menyambut ku dengan suka cita bukan malah mempertanyakan kedatanganku!"
"Ya. Jika kau memiliki urusan dengan Ibu tunggu saja dia datang" Ed kembali melangkah menaiki anak tangga.
Tapi Lily menarik lengan Ed kuat "kenapa kau tergesa-gesa, kau mengejar dia. Sebenarnya siapa Jane itu bagimu?"
Ed menatap Lily tajam, lalu menepis pegangan tangannya. Dia berbicara penuh penekanan "Bertingkah lah seperti wanita terhormat dengan tak menyentuh lengan pria sembarangan!"
Lily terkejut, tapi kemudian dia memperlihatkan kekecewaannya "aku bukan orang lain.aku sepupumu, kau selalu kasar padaku" Lily berkaca-kaca.
"Lantas?- lalu jika kau bertanya mengenai siapa Jane, dia akan menjadi istriku. Ku harap kau tak akan pernah berpikir untuk mengganggunya" Ed memberi ultimatum, karena dia cukup tau sosok Lily yang suka bermain-main pada orang yang tak dia sukai.
Lily tak tahu dan tak menyangka bahwa wanita itu akan menjadi istri Ed. Sungguh dia tak bisa berkata, Ed yang tak pernah terdengar mengencani wanita tiba-tiba saja berkata akan menikah. Dia pikir dia wanita yang akan dijodohkan dengan Ed mengingat dia sepupu yang cocok dipasangkan dengannya.
Ed berhenti didepan pintu kamar Jane, beberapa kali berjalan bolak-balik, sesekali dia mengusap wajahnya yang bingung. Dia ingin masuk tapi engan. Dan tanpa pikir panjang lagi dia masuk ke kamar, sebagai pria yang akan menjadi suami dia harus tegas, setidaknya agar ada yang ditakuti Jane.
Oh, sial. Jane sudah tertidur. Padahal dia ingin membicarakan hal yang cukup serius dengan nya. Dia menarik kursi dan duduk disebelah Jane, menatap wajah lelah Jane dengan perasan tak karuan.
"Kau masih cantik sama seperti dulu. Hanya karena kesalahan ku senyummu menghilang-" Ed tertunduk.
Ed ingat betul, Jane orang yang ceria. Wajahnya selalu bersinar dengan kepolosannya yang menarik hati.
"Mama-" Jane mengigau, tampaknya dia bermimpi buruk.
Ed mengusap-usap tangan Jane berharap itu membantu menenangkan nya.
"Aku benci kau, Ed-" Lagi-lagi Jane mengigau.
Ya, dia tau dia masih dibenci karena itulah dia tak ingin sering-sering menampakan dirinya. Setidaknya dengan begitu Jane lebih tenang. Ed, mengeratkan giginya kuat. Dengan berani dia mengecup kening Jane "mimpi indah dan maafkan aku"
Ed masih di sana menatap Jane yang tampak lebih tenang. Dia tersenyum kecil rasanya itu berguna, lalu dia ingat Jane tengah mengandung. Sebelum Jane terbangun dia memiliki kesempatan mengusap perut Jane, memang itu tak sopan hanya saja dia merasa harus menyapa calon buah hati nya.
"tumbuhlah nak-" ucapnya.
Karena senang Ed tak menyadari ada Lily yang mengamatinya dibalik pintu yang terbuka. Lily yang tampak murka, setelah melihat begitu hangatnya Ed pada Jane dia baru percaya bahwa mereka memang akan menikah. Benaknya juga bertanya-tanya mengapa mereka ada dikamar yang sama dengan mesra padahal belum terikat pernikahan sah?. Lily berpikir mungkin saja Jane menggunakan sesuatu agar mengikat Ed padanya, dia yakin betul Jane wanita buruk dengan ilmu hitam berusaha mengambil Ed dengan cara hina. Lily merasa tertipu dengan sosok Jane yang seakan-akan tak peduli saat membahas Ed tadi.
Kemudian sebelum Ed melihatnya dia kembali turun ke lantai bawah dengan amarah menggebu "lihat saja Jane, aku akan membongkar kesesatan mu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments