Jane berjalan, melewatinya namun tangannya di tarik oleh Ed. Dia menarik Jane ke dalam pelukannya "menangis lah jika kau ingin, tak perlu berpura-pura tegar"
Ruangan aula yang sekarang hanya ada segelintir orang. Paman Joni meminta orang-orang yang tersisa untuk keluar lebih dulu memberikan waktu berdua untuk sepasang pengantin yang baru saja sah. Kebetulan orang-orang itu kerabat dari keluarga Butler tanpa banyak penasaran mereka meninggalkan aula.
"aku tidak apa-apa" bahkan sekarang Jane tak memiliki tenaga untuk mengeluarkan air matanya. Dia cukup lelah dengan situasinya yang terus menerus seperti ini.
Jane tak mendorong Ed, dia rasanya membutuhkan dada bidangnya untuk bersandar sebentar. Sekarang dia tak ingin memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan, kepalanya terlalu kecil untuk menampung segala keresahannya lagi.
Ed mencengkeram erat pundak Jane, lagi dan lagi Jane berada di situasi yang tak pernah dia harapkan. Dia rasanya terus menerus menjadi alasan dari hancurnya wanita dalam pelukannya ini.
Lalu setelah acara pernikahan usai, sekarang orang-orang mulai sibuk mencari keberadaan Nyonya Sarah yang sampai petang tak terdengar kabarnya. Harusnya hari pernikahan menjadi acara yang sangat membahagiakan bagi pengantin, sudahlah ini menikah karena kecelakaan dan sekarang ketidak hadiran ibunya menjadi kesedihan tersendiri untuk pengantin wanita.
Manusia memang selalu mudah untuk berubah pikiran. Tak jarang menyebabkan masalah, kemarin dia berkata tidak apa-apa kemudian hari ini dia keberatan yang berakhir menyulitkan banyak pihak.
Dan keluarga Butler adalah keluarga baru Jane. Bukan lagi sebutan paman atau tante, tapi Ayah dan Ibu mertua. Lalu lily, setelah pernikahan usai dia harus kembali pulang ke kediamannya karena dia juga tengah menempuh pendidikannya. Sebenarnya Lily menyayangkan harus meninggalkan Jane ditambah situasi Jane yang tampak memburuk, lalu dia juga menyadari perasaanya pada Ed rupanya hanya sekedar mengagumi tak ada niatan memiliki, dia juga ikut senang saat sepupunya itu akhirnya menikah dengan wanita yang jauh lebih baik. Lagipula Lily tinggal disuka bangun dua, sebenarnya tempat tinggal Lily tak begitu jauh dari kediaman Butler, mereka masih satu kecamatan dan kapan saja bisa bertemu dan Lily merencanakan berkunjung ke kediaman Butler dalam waktu dekat untuk mengunjungi Jane, bergunjing, dan menghabiskan banyak waktu di sore harinya seperti halnya wanita pada umumnya. Oh, dia benar-benar menantikan hari itu.
Lalu perihal Nyonya Sarah, Bagaimana pun ini malam pengantin. Ayah dan Ibu mertuanya tak ingin memusing pengantin yang baru saja menikah. Jadi dia berkata masalah itu akan mereka urus secepatnya, sekali pun Jane dan Ed ingin ikut mencari kabar Nyonya Sarah, namun dilarang keras oleh Ayah mertua dan mereka berharap agar pengantin beristirahat saja. Padahal Ayah dan Ibu mertuanya juga sibuk dan bahkan tak memiliki banyak waktu untuk memikirkan diri mereka.
.........
Sekarang Jane tak lagi di kamar sebelumnya, dia berada dikamar Ed. Nuansa kamarnya begitu simpel tapi terkesan elegan, dan masalahnya kamar ini begitu dipenuhi dengan wewangian dan juga hiasan sewajarnya, benar karena dekorasi kamar pengantin juga diatur oleh Ibu mertuanya.
Jane telah menganti gaunnya dengan piyama, dia merebahkan diri ke kasur dengan perasaan gelisah. Kemudian beberapa menit disusul oleh Ed yang baru saja menganti jasnya dengan piyama nya.
Suasana yang hening membuat situasi canggung antar keduanya. Bagaimana bisa situasi ini terjadi pada mereka? tetangga masa kecil yang sekalipun tak pernah akur harus terpaksa akur dalam ikatan pernikahan.
Ed tak menghampiri Jane dia duduk di kursinya sembari sibuk membaca buku. Dia tak ingin membuat trauma nya kembali, ditambah Ibu Jane tak ada kabar sangat jelas bahwa Jane masih terguncang dengan kejadian demi kejadian yang terus mengganggunya.
"Apa ada kabar mengenai mama?" Jane memecah keheningan dengan pertanyaannya.
Ed tak mengalihkan perhatiannya pada bukunya, dia menjawab "masih belum"
"Begitu" Jane menatap langit-langit kamar dengan pilu, jemarinya bermain dengan gelisah.
"Jangan khawatir, dengan cepat kabar Ibumu akan segera diketahui"
Benar, keluarga Butler dalam hal pencarian tak diragukan lagi. Koneksinya yang luas dan hubungannya dengan orang-orang berpengaruh memudahkannya mencari informasi atau bahkan mencari kabar seseorang.
"aku mengerti" jawab Jane.
Kemudian Jane menoleh mengamati Ed yang tengah sibuk dengan bukunya, jemarinya mengepal kuat dengan keberanian yang dia paksakan dia berkata "Aku ingin berbicara jujur, aku tak ingin mengurangi wibawamu atau hakmu sebagai suami. Hanya saja aku belum siap jika kau menginginkannya sekarang!"
Perhatian Ed teralih, dia menatap Jane dengan senyum yang merekah indah di bibirnya "Aku menghargainya dan aku akan menunggu saat kau siap"
Saat itu Jane melihat begitu terangnya Ed, wajahnya berseri indah sungguh berbeda dengan saat itu.
Jane yang cukup lelah dengan hatinya yang mulai tenang, pertanyaan nya yang mengganjal sudah terjawab. Kemudian dia mulai terlelap.
Detik-detik jam terus berputar menunjukan tengah malam, Ed masih duduk dibangku nya dengan membaca bukunya. Sebenarnya dia menunggu kabar dari orang tuanya perihal Nyonya Sarah dan juga dia tengah menenangkan diri dari kacaunya pikirannya. Jane yang mempesona tentu saja mengusiknya ditambah sekarang dia ada di kamarnya. Sulit sekali dia menyembunyikan wajah yang terus bersemu merah dan jantung yang tak henti berdetak. Ed mengusap wajahnya, berharap agar jantungnya bisa lebih tenang.
"oh, kau belum tidur?" Jane tiba-tiba mengejutkan Ed, rupanya dia terbangun.
Ed berusaha tak menunjukan kepanikan "Ah, benar"
"kenapa, apa kau takut aku akan membencimu karena kau tidur di kasur yang sama denganku?"
Ed menggeleng "aku tak pernah berpikir seperti itu"
"sungguh? maka dari itu tidurlah aku tak ingin karena ada aku di kasur mu kau menjadi engan atau memilih tidur di mejamu karena takut membuatku tak nyaman" Bagaimanapun Jane harus memahami situasi, ini milik Ed dia tidak bisa sepenuhnya tidur dikamar itu sendirian sementara pemiliknya berniat tidur diatas meja yang kaku itu, pikir Jane yang terlalu simpel.
Ed menutup bukunya, dia menyibak rambutnya. Kemudian menaiki kasur tidur dengan telentang disebelah Jane. Ed menuruti ucapan Jane agar sedikit pun dia tak merasa tak dihargai sebagai istri nya.
Setelahnya Jane kembali tertidur, setidaknya dia tidak akan merasa sebagai orang yang merenggut kasur suaminya.
Lengan Ed menutup wajahnya, sungguh wajahnya lebih memerah dari sebelumnya. Sialan, jantungnya semakin berdegup kencang. Rasanya dia tak akan mampu tidur malam ini.
Dia melirik kearah Jane yang tidur dengan tenang, sekarang dia bisa menghela napas melihat kondisi Jane seiring waktu mulai membaik dan tak terus takut padanya. Ed memejamkan matanya berusaha untuk tertidur, terus menerus berusaha, dan sampai pagi menyapa dia tidak bisa melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments