Saat mereka masuk ke dalam untuk menonton. Ruangan dipenuhi oleh orang yang berpasangan, merangkul mesra pasangannya dengan masing-masing memberi senyuman. Jane dan Ed duduk dengan tenang, mereka menonton dengan serius tak bisa seperti orang-orang yang mulai bermesraan. Film itu banyak mengandung pesan dan contoh-contoh baik yang harus di lakukan Ayah dan Ibu bayi selama sang Ibu mengandung, terlebih hubungan harmonis adalah kuncinya dan dalam cerita itu penuh dengan lika-liku sampai ketika bayi nya lahir. Seperti kisahnya yang begitu ruwet tapi mereka tak tahu apa mungkin akan berakhir happy ending juga?.
Tapi menonton itu membuat mereka lebih canggung, sekaligus malu. Banyak hal romantis yang di tunjukan di dalam adegannya.
Setelah menonton mereka berdua keluar dengan wajah merah merona, saling membuang muka, dan tak ada pembicaraan.
"Ya, mari pulang" ajak Ed yang berusaha tampak biasa saja.
Jane mengangguk.
Barulah mereka menyadari bahwa ini rencana Ibu nya agar mereka lebih dekat. Ibu nya yang mengirim pesan pada Ed mengatakan bahwa dia pulang lebih dulu dan meminta Ed untuk bersenang-senang lebih lama, ya menginap di penginapan bukan masalah bagi Ibu nya jika mereka tak pulang ke rumah malam ini.
Ed tak habis pikir bagaimana ibu nya bisa berpikir hal-hal aneh seperti itu. Ah, selama menyetir Ed kepikiran.
"Ah, Ed" kata Jane "Aku baru ingat apa kau yang meletakan makaron di kamar ku waktu itu?" Jane mengalihkan topik lain agar dia tak terus memikirkan film yang baru dia tonton, dimana di sana memperlihatkan hubungan suami istri yang semestinya. Mencium kening istri ketika suami berangkat kerja, mengelus dan berbincang dengan bayi dalam perut dan tentunya membuat suasana hati istri nya nyaman dengan memberikan perhatian lebih dan hubungan intim yang baik. Jane menggeleng membuang segala pikiran-pikiran itu.
Ed menoleh sekejap, dia menjawab "benar"
"Begitu ya, terimakasih" akhirnya Jane bisa mengatakan rasa terimakasih nya akan makaron itu. Rupanya benar Ed orang nya.
"kau menyukainya?" tanyanya.
Jane mengangguk, makaron sendiri makanan manis kesukaannya tidak ada celah untuk tak menyukainya. Macaron biskuit berbentuk bulat kecil, aneka warna, renyah di luar, namun bagian tengahnya terdapat krim lembut yang lumer di mulut.
"syukurlah ku pikir makanan kesukaanmu telah berganti!"
Huh? Jane berusaha mencerna kalimat itu. Jadi Ed mengetahui bahwa dia sangat menyukai macaron, ah Jane tak ingin memikirkan nya atau merasa Ed memberikan perhatian lebih dan mengerti banyak tentangnya karena Jane tak ingin berangan-angan atau berharap lebih dalam hubungan ini, hanya batas suami istri yang wajar karena hadirnya buah hati diantara mereka.
Setelah cukup lama diperjalanan, mereka akhirnya sampai di rumah. Jane terlelap di bangkunya, Ed menatapnya hangat, dia melepaskan jaketnya dan menyelimuti nya dengan itu. Kemudian menggendongnya dengan hati-hati agar dia tak terbangun. Ed cukup terkejut saat tangan Jane yang melingkar diantara lehernya dan dia masih terlelap dengan tenang. Apakah tampak jahat jika dia ingin mengecup kening istrinya sekarang? Ed menggeleng cepat dia tak boleh melakukan tindakan itu sebelum mendapat izin dari istrinya.
Weni saat mendengar mobil berhenti di depan rumah bergegas turun. Dia mengintip dari jendela, ya dia terkejut karena putranya pulang dan tak mendengar sarannya untuk menginap di hotel, ya rencana romantis lain nya telah gagal. Tapi dia cukup senang melihat pemandangan hangat di depannya. Putranya dengan wajah merah padam, malu-malu hendak mencium kening istrinya namun diurungkannya lagi. Weni terkekeh melihat anak laki-lakinya yang bertingkah lucu didepan wanita nya. Weni bergegas kembali masuk ke kamarnya dan membiarkan semuanya berjalan alami kali ini. Jika putranya mengetahui Ibu nya melihat semuanya itu akan membuatnya malu, bagaimana pun putranya di depannya selalu bersikap tegas dan tak pernah memperlihatkan sikap menye-menye, Weni mengingat terakhir kali Ed bersikap manja saat berusia 16 tahun dan sekarang dihadapan istrinya dia mulai memperlihatkan sikap manja nya meski masih sembunyi-sembunyi. Weni rasanya begitu gembira, jadi memang benar tebakannya Jane adalah orang nya.
Ed masuk ke rumah, menaiki tangga dengan hati-hati meletakan Jane dengan lembut ke kasur. Dia menatap Jane dengan lekat, entah lah dia merasa damai melihat raut wajah wanita nya yang membaik, cahaya wajahnya kembali berseri-seri, dia tak semurung kemarin, rasanya lega. Walau Ed tau tak sepenuhnya istrinya telah pulih, tapi perlahan dia pasti akan membuat istrinya kembali ceria seperti dulu saat dia sering menganggu Jane di waktu itu. Jane yang galak, ceria, dan tak segan berteriak kencang itu jauh lebih baik dari para murungnya.
Ed ingin meninggal kan Jane, tapi dia melihat tidur Jane yang gelisah. Dia memutuskan untuk tidur bersamanya.
Lalu dia menarik Jane ke dalam pelukannya memberikan kehangatan dan membantu nya agar tidurnya lebih tenang.
Jane membuka matanya setelah menyakini Ed tertidur. Sejujurnya Jane telah terbangun saat mobil berhenti. Namun, karena Ed tiba-tiba mencondongkan diri kearahnya dia memilih memejamkan matanya kembali dan Ed tiba-tiba menggendongnya, dia cukup terkejut saat itu tapi dia memilih melanjutkan kepura-puraan tidurnya. Jika di tengah-tengah kondisi itu dia tiba-tiba membuka mata itu akan membuat suasana yang amat sangat canggung dan Jane tak ingin berada di situasi itu.
Jane menatap Ed yang tertidur dengan memeluk nya, awalnya dia ingin mendorong Ed. Tapi ketika dia melihat wajah suaminya itu dia mengurungkan niatnya. Sedekat ini dia bisa memperhatikan wajah Ed yang sulit dia tebak, kadang dia kaku, kadang dia hangat dengan senyum nya, kadang pula dia tak berekspresi, ya memang hal itu wajar sebagai manusia.
Lalu wajah Ed yang rupanya rupawan. Perilakunya yang hangat padanya, Jane tak tahu pasti dibalik kehangatan itu apakah ada niatan lain. Mungkinkah dia dicintai disini atau hanya karena kejadian itu? ah, bukan masalah dia sudah cukup dihargai. Jikapun dia dicintai dia tak akan tahu harus bertindak seperti apa jika hal itu benar. Lalu dia sangat berterimakasih dengan orang-orang Butler yang benar-benar berusaha membantu nya bangkit, tak ada yang berupaya menyinggung hal-hal menyakitkan padanya.
Dengan sedikit keberanian Jane menyentuh wajah Ed pelan "kau membawa keburukan untukku yang ku pikir akan sangat menyulitkan, tapi terkadang keburukan dan rasa sakit adalah obat penyembuh yang amat pait dan terpaksa ku telan. Aku membenci mu juga berterimakasih atas segala yang terjadi bersamaan" lirih Jane, kemudian dia kembali terlelap dalam pelukan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments