Pernikahan dan kebohonganmu- mama

Pembahasan lebih lanjut mengenai pernikahan berjalan dengan baik. Lalu sebelum kembali ke kediaman Butler, nyonya Sarah meminta berbicara dengan Ed juga Jane. Semuanya lebih dulu keluar dari rumah menunggu didalam mobil.

"Ed mari kesampingkan yang telah terjadi-" Nyonya Sarah memulai, dia menatap serius calon menantunya itu.

"Bisakah kau berjanji untuk menjaga putriku dalam segala kondisi suka maupun duka? Tak peduli seburuk apa dia bersikap, mencerca mu, sikapnya yang serampangan, omelan nya, sikap acuh tak acuh atau mungkin egoisnya?"

Jane hendak menyela namun dihentikan oleh tangan Ibunya yang memintanya untuk diam sekarang. Saat ini dia perlu memastikan kenyamanan putrinya yang kelak menjadi istri dari pria didepannya.

"Aku berjanji dengan sungguh-sungguh, memperlakukannya dengan baik tante" Jawab Ed tegas.

"Apa itu hanya karena rasa bersalah mu saja?"

Ed menggeleng, dia menatap Jane yang duduk agak jauh di sampingnya "tidak, jika aku memiliki kesempatan yang jauh lebih baik, aku akan tetap melamarnya dengan penuh kesopanan didepan anda tante"

Jane membelalak perkataanya benar-benar mengejutkannya, mendengarnya membuatnya malu. Setelahnya dia membuang muka dengan tangan yang menyelipkan rambut di daun telinga dengan wajah bersemu merah yang berusaha dia sembunyikan.

"Lalu atas segala tindakanku yang membuat kalian mengalami segala kesulitan. Izinkan aku untuk benar-benar meminta maaf" Ed tertunduk dia serius dengan kalimatnya.

Nyonya Sarah berpikir mungkin dia benar-benar bisa diandalkan, dia melanjutkan "Sekalipun kau tak mencintainya dan pernikahan yang terjadi karena kecelakaan antar kalian bisakah kalian berdua berjanji untuk tak menjadikan itu alasan untuk bertengkar dikemudian hari?"

Jane dan Ed saling menatap kemudian bersamaan memberikan anggukan.

Jane tak mungkin membiarkan Ibunya terus menerus menghawatirkan nya.

Nyonya Sarah lega, tampaknya semuanya akan baik-baik saja. Setelahnya dia membiarkan putrinya dibawa Ed kembali ke kediaman mereka dan esok harinya dia akan bertemu dengan mereka dihari pernikahan dengan harapan kebahagiaan akan menyertai putrinya setelah luka yang besar di alami putrinya. Nyonya Sarah merasa cukup beruntung karena orang itu Ed, nyonya Sarah tak bisa membayangkan jika pria itu orang lain mungkin perlakuan pria itu tak akan sebaik Ed.

.........

"Anda sangat cantik" puji perias yang sibuk mendandani Jane.

"Wajah asli anda dasarnya memang cantik ditambah dengan sedikit sentuhan anda semakin menawan" pujinya lagi.

Jane hanya mengangguk pelan. Kemudian perias itu tak berhenti berbicara, mengatakan begitu cantiknya dia dengan berulang-ulang.

"Tak perlu memuji berlebihan, pujian mu hanya karena profesimu" ucap Jane membuat perias itu seketika terdiam. Ya hari ini Jane tidak dengan mood yang baik, mungkin pula karena bawaan bayinya akhir-akhir ini dia menjadi mudah tersinggung.

"Ah, maaf. Abaikan saja ucapanku, aku tak bisa mengontrol diri belakangan ini" Jane menyentuh kepala nya yang mulai berdenyut.

Perias itu mengangguk-angguk paham dengan ucapan kliennya itu dan kembali melanjutkan merias tanpa mengoceh hal-hal tak penting.

Jane selesai dirias, dia tampak menawan dengan balutan gaun putih yang menjadi ciri khas pengantin dan rambutnya disanggul dengan cantik. Lalu paman Joni datang mengulurkan tangannya mengiring Jane memasuki aula. Di Sana Ed dengan jas yang memiliki corak, warna, dan desain yang sama dengan gaun yang Jane kenakan. Ed terkesan elegan dengan tubuh tinggi dan kekarnya jujur saja dia tampak tampan. Ed menatap kearahnya dengan wajah yang tak tertebak. Paman Joni menyerahkannya pada Ed yang mengulurkan tangan dan disambut ragu Jane.

Sikap Ed yang tampak tak berekspresi sebenarnya dia tengah menahan jantungnya yang terus berdetak kala melihat Jane yang tampak begitu cantik berbalut dengan gaun putih yang benar-benar cocok dengannya. Dia tak ingin terlihat tak berwibawa sehingga menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah agar tak diketahui khalayak.

Hal yang lebih membuat Jane dan keluarga Butler resah. Nyonya Sarah tak kunjung datang. Meski Nyonya Sarah belum datang pernikahan harus tetap terlaksana, karena hari baik menikah hari ini tidak bisa dilewatkan, mau tak mau mereka tetap melangsungkan pernikahan sembari berharap nyonya Sarah akan datang.

Keluarga Butler tak memperlihatkan kepanikan karena dia tak mau kekacauan kian mengusik dihari pernikahan ini. Meski terdengar bisik-bisik tamu yang bergunjing karena keluarga dari mempelai wanita tak kunjung tiba, banyak yang berasumsi bahwa pernikahan ini terpaksa, hamil duluan, atau mungkin dia menculiknya.

Keluarga Butler memang terkenal dengan reputasi garangnya di mata orang-orang yang mengenal mereka. Lalu ucapan para tamu yang bergunjing memang tak salah mereka menebak tepat di poin pertama dan kedua.

Meski begitu Jane tak mempedulikan nya, sekarang kehadiran Ibunya jauh lebih dia pikirkan. Banyaknya rangkaian yang telah dilakukan Ibunya sama sekali tak nampak. Jane mencari keberadaan Ibunya berharap dia ada diantara tamu-tamu, matanya mencari-cari di berbagai tempat. Hatinya bergejolak tak ada semangat, awalnya dia pikir Ibunya benar-benar memaafkannya degan begitu dia akan menerima kehidupan barunya dengan Ed, tetangganya dulu dan mengenyampingkan segala yang terjadi sebelumnya. Tapi kemudian Ibunya tak menunjukan diri.

Jane tak menikmati serangkaian acara pernikahannya, sampai-sampai dia tak sadar tiba saatnya saling memasangkan cincin. Ed menatapnya dia tahu bahwa Jane tengah resah karena menunggu kedatangan Ibunya.

"Tenanglah, Ibumu pasti akan datang" ucap Ed mencoba menenangkan Jane sembari menyematkan cincin di jari manisnya.

Jane mengangguk pelan, kemudian menyematkan cincin di jari manis Ed. Setelahnya Ed mendekatkan dirinya, dia mencium kening Jane.

Jane membelalak, dia mematung sembari menyentuh dahinya. Tingkah Jane yang malu-malu dengan keterkejutan nya membuat tamu-tamu tertawa dengan sikap lucunya, setidaknya suasana sedikit mencair dari ketegangan ketidak hadiran Ibundanya.

Sampai detik akhir pernikahannya, ibunya benar-benar tak datang. Tamu-tamu mulai pergi seusai acara selesai. Jane berdiri didepan pintu masuk menunggu Ibunya dia masih berharap Ibunya akan datang. Satu detik, satu jam, dua Jam, Ibunya benar-benar tak datang. Jane duduk jongkok dilantai dengan tangan menyeka wajah "Mama kau berbohong padaku!" dia bergumam-gumam.

"Hey Jane kenapa kau duduk di sana?" ucap Lily yang ikut duduk jongkok sembari menatap Jane bingung.

Tante Weni menatap kesal pada Lily yang tak pandai membaca situasi.

"Jane mungkin mamamu memiliki kesibukan" Tante Weni menenangkan.

"Benar- mungkin benar" Jawab Jane sendu. Sibuk? sampai Ibunya tak menyempatkan diri menghadiri pernikahannya. Jane mengusap-usap air matanya yang hendak terjatuh. Dia bangkit dia tau orang-orang disini menghawatirkan nya.

"Ah, aku pasti membuat kalian khawatir. Duh, sikapku memang kekanakan sekali-" Jane berusaha tegar dan mencoba menyembunyikan kesedihannya. Nyatanya dari awal keinginan dan harapannya tak pernah terkabul. Jane berbalik sekarang di hadapannya Ed berdiri dengan tegap menatapnya lekat-lekat.

Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!