Kak Andre

Jane berusaha menenangkan diri, saat ini dia tak ingin memikirkan nya, nanti saat benar-benar hatinya siap dia aka menemui sahabatnya dan menceritakan segala nya. Dia berharap sahabatnya itu tak akan memandangnya dengan hina.

Rasanya kesialan tak henti menimpanya, sekarang mereka terjebak macet yang begitu panjang di tambah hujan yang kian deras.

Jane menatap keluar Jendela dengan tatapan datar, dia menikmati air hujan yang menyentuh tanah, suara derasnya hujan cukup menenangkan nya.

Tak ada percakapan yang timbul setelah tadi, Ed pun tak ingin banyak bertanya dan membuat Jane terus memikirkan hal-hal yang menguras tenaga dan pikirannya.

Namun tiba-tiba saja mobil berbelok berhenti di rumah makan. Jane melirik Ed yang hanya mengernyit.

"kau belum makan dari tadi" tukasnya, bagai tau pertanyaan yang ingin Jane lontarkan, kemudian Ed turun dari mobilnya.

Ah, Jane baru ingat dia belum makan sama sekali hari ini. Bagaimana bisa dia melupakan hal penting ditengah berbadan dua.

Di luar Ed tengah menunggu nya dengan payung yang dia bawa. Jane turun dan bergegas bergabung dengan Ed. Lalu, mereka berjalan masuk ke rumah makan itu dengan Ed yang terus mendekap Jane, ya dia khawatir Jane akan terkena air hujan.

Jane menatap Ed yang tampak serius menghindari menginjak genangan air tapi tangan kanannya tak melepas dirinya bahkan Ed kian mendekap nya dengan erat.

Ed menyadari Jane yang terus memandangnya "ada apa?" tanyanya.

Jane membuang muka, lalu menggeleng.

Mereka mencari tempat yang kosong, hujan tak membuat rumah makan ini sepi malah lebih ramai. Lalu Ed bergegas memesan sembari Jane menunggu di bangkunya.

Beberapa menit Ed kembali dengan pelayan yang membawakan pesanan mereka. Rendang, ayam pop, sayur nangka, dan beraneka lain nya. Kemudian mereka menikmati nya dengan tenang.

Di tengah-tengah menikmati makanan, mereka dikejutkan dengan seorang pria yang tiba-tiba mendekati dan berkata "Aku sedikit ragu, apa kau benar Jane?"

Jane menoleh, sedetik kemudian dia berdiri "ah, kak Andre-" tukasnya sedikit terkejut.

"Oh, rupanya benar. Aku pikir salah orang, bagaimana kabarmu?!" tanyanya sembari langsung memeluk Jane, tentu saja Jane juga menyambutnya dengan antusias.

"sedikit melenceng dari harapan, tapi bukan apa-apa" jawab nya sembari melepaskan diri dari dekapan Andre.

"Hey, bagaimana bisa begitu? Jane yang selalu antusias dan optimis tiba-tiba tak memiliki harapan? Kau bisa menceritakan masalah mu pada ku" ucapnya berharap Jane akan berkenan menceritakan masalahnya padanya.

"Ah, itu bukan masalah serius" Jane tak berniat menceritakan masalahnya.

Andre menatap lekat Jane, berusaha mencairkan suasana "Ayolah, kau seperti bersama orang lain saja-"

"ekhem!!" Ed menyentuh pelan lengan Jane "kau belum menghabiskan makanan mu" ucap Ed sembari menatap pria yang disebut Andre itu.

Baru lah perhatian Andre tertuju pada Ed, dahinya mengernyit dengan segudang pertanyaan yang terlihat jelas di wajahnya "dia?!" Andre menatap Jane meminta penjelasan.

Ed berdiri dengan mengulurkan tangannya lebih dulu, lalu berkata "Ed suami dari Jane" tekannya.

Andre tampak bingung namun dia menjabat ragu uluran tangan Ed, dia menjawab "Andre kakak tingkat Jane-"

Lagi-lagi Andre melirik Jane meminta penjelasannya karena setelah dia lulus, dia tahu bahwa Jane masih menjadi siswi tingkat akhir di universitas yang sama dengannya.

Jane mengangguk "ah, benar dia suami ku Ed dan ini Andre kakak satu universitas hanya beda prodi" Jane memperkenalkan.

Ed tersenyum dengan bangga karena dia diakui sebagai suami dihadapan pria ini. Pria itu berkaca mata dengan rambut ikal, ya dia cukup memiliki daya tarik untuk kaum wanita.

"oh?!" ucap Andre, dia bingung memperlihatkan ekspresi apa saat mengetahui pria itu suami dari Jane.

dia melanjutkan, "Aku terkejut Jane! kau telah menikah. Aku ingat dulu kau berkata tak terburu-buru untuk menikah!" Andre tersenyum kecut.

Ed menatap kesal pria itu, namun dia tetap mempersilahkan Andre untuk duduk bersama mereka.

Barulah diketahui bahwa Andre cukup dekat dengan Jane saat di Universitas. Ditambah sekarang Andre benar-benar memperlihatkan betapa dekatnya mereka, dia juga tau makanan, warna, dan hal disukai ataupun tak disukai Jane. Siapapun akan tahu dari sorot mata Andre yang menatap Jane dengan mata membulat yang berbinar, dia memiliki perasaan dengan Janenya.

Jane tampak nyaman berbincang dengan Andre bahkan sesekali dia tersenyum dengan cantik didepan pria itu. Dari kecil sampai sekarang Ed dan Jane hanya bertengkar dan bertengkar jarang sekali dia menunjukan senyuman secantik itu padanya.

Jane menyadari bahwa Ed tampak tak nyaman dengan kehadiran Andre, kebetulan hujan telah reda, dan mereka selesai dengan makanan masing-masing. Kemudian Jane mengajak Ed untuk kembali pulang karena mertuanya pasti tengah menunggu mereka.

Tentu saja Ed bergegas bangkit dari kursinya, merangkul Jane dalam dekapannya "Hati-hati" ujarnya.

Jane bingung dengan tingkah Ed, dia tidak kenapa-kenapa, lalu kekhawatiran Ed yang ditunjukan agak aneh dan berlebih. Jane berpikir, mungkin saja Ed menghawatirkan anaknya. Wajar saja sang Ayah di fase ini sedikit protektif karena berharap keselamatan untuk bayinya.

Lalu Jane kembali menatap Andre yang memberinya tatapan sendu "Ah, senang kembali bertemu dan berbincang dengan kak Andre-" ucap Jane dia berniat berpamitan dengan sopan.

"Aku pun begitu, ku harap kita kembali bertemu dengan situasi yang lebih mendukung" ucapnya terdengar kekecewaan dalam kalimat perpisahannya.

"Mm, ya titip salamku untuk tante Sarah" pesan Andre.

Jane berusaha agar tak menunjukan kesedihannya "Ibu baru saja meninggal, jadi salam mu tak bisa ku sampaikan" Jane tersenyum menahan kembali kesedihan nya.

Andre tampak terkejut, lalu menjelaskan bahwa dia tak bermaksud membuat suasana hati Jane memburuk. Setelahnya dia menyampaikan turut berduka cita atas kepergian tante Sarah. Tentu Jane tak mempersalahkan Andre karena dia tidak mengetahui Ibunya telah meninggal, wajar saja dia menitip salam untuk orang rumah. Andre pun dulunya sering berkunjung dikediamannya saat Ibunya ada di rumah.

Kemudian mereka berpamitan dengan sedikit ketegangan antar Andre dan Ed yang saling menatap tajam, tapi Jane santai-santai saja.

Andre hanya menatap punggung Jane yang mulai menjauh, didekap dengan pria lain yang bukan dia "rupanya aku terlambat, andai saat itu aku langsung mengutarakan perasaan ku pada mu. Mungkin sekarang aku yang berdiri disamping mu" sungguh Andre menyesali keterlambatan dirinya.

Ini menjadi pelajaran berharga untuknya, agar jangan pernah ragu-ragu dalam segala hal. Lebih baik mengutarakan nya lebih dulu sekalipun akhirnya mendapat penolakan, dari pada perasaan terpendam tanpa pernah diutarakan dan akhirnya menyakiti diri melihatnya dengan orang lain.

Ya, Andre yang tak tahu bahwa pernikahan antar Jane dan Ed bukan berdasarkan dengan cinta.

Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!