Jeratan

Selama perjalanan bersama pria aneh. Akhirnya Jane sampai di rumahnya, itu benar-benar menguras tenaga. Bergegas dia membuka pintu dan meletakan tubuh pria itu agak kasar ke sofa, dia memang bukan wanita yang ramah terutama kepada orang asing. 

"Ups!!" Dia sadar bahwa yang dia lakukan tadi sedikit kasar padanya, beruntung pria itu masih tak sadarkan diri. 

Setelah nya, Jane mencari keberadaan Ibunya namun tak kunjung dia jumpai. Padahal dia ingin menyerahkan pria asing itu untuk di urus Ibunya dan dia bisa beristirahat sejenak. Pandangannya teralih, sebuah kertas tampak terselip di meja, dia dengan cepat meraihnya.

..."Jane ku sayang, Mama pergi ke luar kota kali ini mungkin agak lama. Kau tahu Mama rupanya tak bisa meninggalkan pasien, ya ini darurat. Aku tahu Jane ku gadis yang sudah dewasa, jadi titip salam untuk papa mu. Katakan aku mencintainya" ...

...~Mama mu tersayang. Sarah Austyn~...

Jane meremas kertas itu kesal, giginya sampai mengerat kuat. Dia tahu sebagai seorang dokter Ibunya begitu sibuk sampai-sampai tak memiliki waktu untuknya. Ibunya baru sampai seminggu yang lalu setelah sekian lama tak pulang. Rencananya esok hari mereka akan mengunjungi makam Ayahnya dan berdoa bersama untuk memperingati hari kepergiannya. Hubungan Jane dan Ibunya memang tak harmonis, Ibunya yang jarang pulang membuat Jane canggung ketika bertemu. Namun, disisi lain dia merindukan sosok kasih sayang Ibunya, memang dalam hal materi selalu cukup tapi hal yang jauh dia harapkan keberadaan Ibu disisinya. 

"Lagi-lagi seperti ini" Mata Jane berkaca-kaca, air matanya hendak menetes. Jane tenggelam dalam kesedihan, jemarinya mengepal kuat. Karena itulah Jane memilih jalan berbeda dari Ibunya, Jane terjun di dunia sastra Bahasa dia tak ingin tak memiliki waktu seperti ibunya. Awalnya memang ditentang Ibunya tapi keras kepala Jane pemenangnya. 

Kemudian suara napas berat pria itu terdengar. Cepat-cepat Jane menghapus air mata yang hendak menetes, sekarang ada seseorang pria asing dirumahnya, terlebih pria itu dalam keadaan pingsan. 

Jane menopang pinggangnya menatap pria yang tertidur, tampak tak berdaya di sofanya. Hati-hati Jane membuka masker yang menutupi mulut pria itu, dia pikir masker itu yang membuatnya tak nyaman juga topi yang melekat di kepala pria itu. 

Mata Jane membulat menatap lekat pria didepannya itu. Sejauh ini, ini yang paling jauh. Wajah yang pernah dia lihat, ya dia Ed Jayde Butler tetangganya dulu sebelum akhirnya dia pindah dan menghilang 7 tahun lalu. Walaupun ini versi dewasanya, tapi Jane dengan mudah tahu dari guratan-guratan wajahnya, dia Jay yang sama. 

"Sialan!" Umpat Jane. Jika dia tahu dari awal dia Ed Jayde Butler dia lebih memilih meninggalkannya mati di sana. Dia biasa di panggil dengan sebutan Jay oleh orang-orang disini, itu sebabnya ketika dia berkata namanya Ed dia tak mengenalinya. 

Jane Austyn sekarang akan beranjak 23 tahun, dia ingat betul Ed tetangga yang paling sering mengganggunya, bahkan pasca pindahnya Ed dia sangat gembira karena hilangnya pengacau dalam hidupnya dan sekarang dia tiba-tiba saja muncul dengan kondisi ini. 

Kemudian Jane tersenyum jahat penuh dengan ide-ide brilian, dengan bantuannya ini dia akan menggunakan nya agar Ed merasa berhutang budi padanya, anggap saja pembalasan tahun-tahun lalu saat menjadi tetangganya. Dia dan Ed hanya terpaut dua tahun, ya memang Ed lebih tua darinya karena itu Ed sangat berani mengganggunya.

"Berhenti menatap ku seperti itu. Ya aku tahu aku tampan" Ucap Ed yang tiba-tiba terbangun, namun dia terlihat masih setengah sadar. 

"Dari awal kau sudah tau aku? Ah, itu sebabnya kau memilih ikut pulang bersama. Kau juga pura-pura tak mengenal ku?! Seakan kau pria misterius" Ketus Jane, matanya menyipit kesal. 

"Mm, aku memang tak mengenal mu. Jadi jelaskan lebih jauh siapa kau?!" 

Jane meremas jemarinya "keluar kau dari rumahku!!" Pekiknya lantang. 

Ed bangun dari posisi terlentang nya, anehnya untuk berdiri saja dia kesulitan "Baiklah aku bercanda Jane. Tentu saja aku mengenal mu dari awal karena itu aku percaya kau akan membantu"

Jane menghela napas pelan, sekalipun dia melihat keanehan pada Ed dia menganggap itu bukan hal serius "Baiklah lupakan soal kebaikan tadi. Pulang lah anggap kita tak pernah bertemu" 

"Jahat sekali, setelah sekian lama kenapa mengusir? Biarkan aku disini" Ed, membuka jaketnya" Dia terlihat berkeringat. 

Lagi-lagi Jane mengabaikan keanehan, baginya Ed memang pria yang serampangan. Itu sebabnya Jane membenci Ed, dia seenaknya. Sesuka nya melakukan apapun yang dia mau sekali pun orang lain tak nyaman akan kehadirannya. 

"Seperti nya Ibu mu tak di rumah" Ed sibuk memperhatikan sekitar. 

"Jangan sentuh barang apapun. Lalu aku akan menampung mu dengan begitu kau berhutang banyak denganku" Ucapnya lugas, setelah berucap dia berbalik menuju kamarnya, setidaknya Ed tampak lebih baik dari sebelumnya. 

Jane membersihkan diri dan menganti bajunya dengan piyama. Pintu kamar dia kunci terlebih dulu, menghindari jika Ed memiliki niat jahat maka dia akan cukup aman. Setelahnya dia merebahkan tubuh ke kasur, dan dia mulai menutup matanya. 

Klontang!! 

Sesuatu terjatuh. 

"Ugh!!" Jane bangkit dari tidurnya. Dia tak nyaman dengan kehadiran seseorang dirumahnya. Jane memutuskan keluar dari kamarnya, dia ingin mengomel agar Ed tak berisik. Namun, seketika Jane menutup matanya dengan tangannya sembari mengintip sedikit. Di sana Ed tengah membuka bajunya, dada bidangnya itu sedikit menganggu kemudian dengan sikap profesional Jane tidak akan terpancing dengan hal-hal diluar norma. Rona wajah Ed merah padam dan tangannya mengepal kuat. 

Saat melihat Jane mata Ed membulat, dia berkata "pergilah dari sini"

Jane tak mengerti namun Ed tampak kesakitan, dia menjadi lebih takut bagaimana jika bagian organ vitalnya bermasalah akibat pertarungan tadi dan mati dirumahnya. Oh, itu akan merepotkan, Jane bergegas mendekati Ed hendak membantu "Apa ada bagian yang sakit?  aku akan membantu kali ini"

Tak ada jawaban dari Ed, napasnya kian terasa hangat, begitu menderu-deru. Bahkan, dia tampak menahan diri, urat tangan juga urat lehernya sampai terlihat jelas. 

"Hey, jangan bercanda kau tampak menakutkan juga kesakitan. Aku akan menelpon ambulance-"

"Jangan pedulikan pergilah kembali ke kamar mu!!" Suruh Ed memaksa. 

"Apa-apaan kau, aku tak akan menghitung ini sebagai hutang balas budimu. Tenang saja. Jika kau mati aku akan tertimpa masalah" Jane tampak panik, kemudian dia hendak masuk ke kamarnya mencari ponsel, namun tiba-tiba saja Ed memeluknya dari belakang. 

"Aku benar-benar kesulitan Jane" Ucapnya. 

Jane terkejut, tapi dia berusaha tetap tenang "Aku tau maka itu lepaskan. Aku akan mencari bantuan jadi bertahan jangan mati, oke!" Jane berusaha melepas tangan Ed yang memeluknya erat. 

"Tidak, harusnya kau pergi saat aku memintamu" Pelukannya kian erat, lalu Ed dengan berani mencumbu lehernya. Takut bukan kepalang, jantung Jane berdetak lebih cepat dari biasanya. 

Barulah Jane tersadar, tercium bau alkohol dari tubuh Ed. Tidak, jika hanya alkohol tak mungkin dia sampai bertindak seperti ini. Rasanya sesuatu yang akan membahayakan dirinya. 

Jane berusaha tak menunjukan kepanikan nya "Jangan bermain-main denganku Ed! Aku membawamu kemari karena memiliki sedikit hati nurani untuk menyelamatkan mu, jadi lepaskan aku sekarang-"

Ucapan Jane bagai angin lalu, dia bahkan mendekap mulut Jane. Saat itu lah Jane benar-benar sadar bahaya yang akan menimpanya. Ketakutan menyeruak, berusaha melepaskan diri dari dekapan Ed. Pria itu bagai orang yang berbeda, lebih agresif dan menakutkan. 

Jane membelalak, dia memberontak dan melirik kebelakang, Ed benar-benar hilang kendali. Kekuatannya yang tak seberapa tak mampu mendorong Ed yang tubuhnya jauh lebih besar, air matanya menetes dengan harapan ini hanya mimpi yang menjerat. Sialnya, lampu tiba-tiba saja padam membuat jantungnya kian berdetak kencang. Lalu hujan kembali turun kali ini jauh lebih deras dengan gunturnya yang terdengar kencang. Tangan Ed bermain-main di tubuhnya. Jane ingin berteriak namun dia tak bisa melakukannya. Hal yang tak pernah terbayangkan terjadi padanya, dirinya yang amat dijaga dan harapan masa depannya hancur seketika. 

Dalam benaknya dia menyesali kebaikan dirinya, harusnya saat itu dia menjadi orang yang tidak peduli sekalipun dicap sebagai orang yang paling jahat. Membantu Ed adalah penyesalan seumur hidup Jane. 

Terpopuler

Comments

Alfan

Alfan

hai kak aku mampir nih. aku bantu like dan subscribe ya kak. jangan lupa untuk saling dukung ya 🤗🙏

2023-10-06

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 66 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!