WARNING ++
Bryan hanya diam saat para karyawan menyapanya. Pria itu lantas masuk ke dalam lift bersama asistennya Caleb Winston.
Ting Lift terbuka di lantai tujuh, keduanya ke luar dari sana dan masuk ke dalam ruangan. Asisten Caleb menyerahkan dokumen pada atasannya itu.
"Ini berkas informasi calon karyawan baru kita Tuan! "
"Baiklah besok besok suruh Risma untuk mewawancari mereka Cal. " ujar Bryan.
"Baik Tuan. " Caleb langsung pamit ke luar. Bryan sendiri mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi nomor istrinya.
Merasa tak ada jawaban, Bryan menghubungi Nina dan menyuruhnya memberitahu Jia untuk datang ke kantornya nanti. Pria itu memasukkan benda canggih itu ke dalam saku celana. Setelah itu dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Tepat jam makan siang Jia datang memenuhi perintah sang suami. Wanita hamil itu mengikuti asisten Caleb yang mengantarkan dirinya ke ruangan Bryan.
Ke luar dari lift mereka menuju ke ruangan direktur. Caleb pun mempersilakan Jia masuk ke ruangan Bryan setelah itu pergi dari sana.
"Kau sudah datang. " Bryan langsung bangkit, menyapa kedatangan istrinya.
Jia langsung menyiapkan makan siang sang suami. Keduanya makan siang bersama, wanita hamil itu terpaksa memenuhi keinginan Bryan.
Lima belas menit berlalu keduanya telah selesai makan. Bryan melepaskan jasnya, menaruhnya di sofa setelah itu sedikit membuka kancing kemejanya.
Jia hanya diam tak mengomentari apa yang tengah di lakukan suaminya saat ini. Bryan kembali menoleh kearah istrinya yang sejak tadi hanya diam.
"Kak Bryan, apa kakak sudah tahu di mana keberadaan kak Hanna sekarang? " tanya Jia penasaran.
"Sudah. " jawab Bryan dengan tenang.
"Kenapa kakak enggak jemput dia, dia itu pe.. " ucapan Jia terhenti kala Bryan memberikan tatapan tajam nya. Pria itu lantas mendekat, meraih pinggang istrinya kemudian mengusap perut Jia. Jia sampai menahan nafas kala mencium aroma maskulin dari tubuh suaminya.
Ada rasa dalam dirinya ingin memeluk tubuh Bryan namun Jia menepis pemikiran konyolnya. Bryan menegaskan dirinya tak suka mendengar nama Hanna di sebut lagi oleh Jia. Wanita hamil itu memilih mengalah dan diam, dia tak berani membantah suaminya saat ini.
"Sial. " Melihat penampilan istrinya saat ini membuat hasratnya bangkit dengan begitu mudahnya. Bryan langsung bangkit, menggendong istrinya menuju ke sebuah kamar. Sebelumnya dia telah mengunci pintu ruangan miliknya.
"Kak, mau apa? " Jia tampak panik melihat suaminya melepaskan pakaiannya.
Wanita hamil itu berbaring di atas ranjang dengan tubuh polos. Bryan langsung naik ke ranjang, jakunnya naik turun melihat tubuh istrinya. Jia sendiri berusaha menutupi tubuhnya namun di tahan sang suami.
"Aku ingin berada di dalam kamu Jia, bolehkah? " Tatapan Bryan tampak berhasrat menatap kearah Jia.
"Tapi pelan pelan kak, aku
takut! " Jia meremas sprei teringat kejadian beberapa bulan lalu. Bryan paham akan ketakutan yang di rasakan istrinya. Pria itu mulai mencumbunya dengan lembut, menjamah setiap lekuk tubuh seksi istrinya. Bryan juga menyapa calon buah hatinya dalam perut sang istri.
Dan tak lama Bryan berhasil melakukan penyatuan. Dia pun menghujam istrinya dengan lembut dan dalam. Suara merdu Jia justru membuat hasrat Bryan semakin besar dan membara.
Pria tampan itu melepaskan penyatuan mereka. Kini dia menghujam wanitanya dari belakang, Jia hanya mampu mendesahkan nama sang suami.
Dua jam berlalu Bryan berguling ke samping setelah percintaan panas mereka selesai. Dia pun menarik selimut menutupi tubuh keduanya.
"Mulai sekarang panggil aku mas Bryan. " pinta Bryan pada istrinya. Jia mengangguk, lalu membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami.
Dug
Jia menjauhkan wajahnya, merasakan tendangan membuatnya memekik. "Sayang kenapa kamu nendang perut mommy hm, kau suka di jenguk sama Daddy kamu? "
Dug
Jia menyentuh perutnya, Bryan juga melakukan hal sama hingga tangan mereka bersentuhan. Pria itu melabuhkan kecupan di kening sang istri, menikmati moment berdua seperti sekarang. Entahlah apa yang dia rasakan bersama suaminya saat ini.
Mungkin bayi dalam perutnya ingin mendekatkan dirinya dengan Bryan. Tentunya Jia tak akan egois lagi setelah ini apa yang terjadi di antara mereka sebuah ketidak sengajaan dan jalan takdir yang di gariskan Tuhan.
Bryan menyibak selimut istrinya, membenamkan wajahnya di dada sintal milik sang istri. Jia pun melenguh pelan, mengusap kepala sang suami. Pria itu menjauhkan wajahnya, mencium bibir istrinya sebentar.
"Lanjutin di rumah, kita mandi dulu. " Bryan langsung bangun, menggendong istrinya ke kamar mandi. Jia tampak merona melihat tubuh gagah suaminya.
Selesai berpakaian keduanya ke luar dari kamar rahasia. Bryan membawa istrinya ke sofa, pria itu melanjutkan pekerjaan hingga selesai. Jia sendiri mengusap perutnya dengan lembut.
Telat pukul dua siang Bryan memapah istrinya ke luar. Jia menanggapi sapaan dari para karyawan. Keduanya masuk ke dalam mobil, Bryan melajukan roda empatnya menuju ke mansion.
Skip
di dalam kamar Jia mengganti pakaiannya dengan lingerie. Wamita hamil itu menghampiri suaminya, naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelahnya. Bryan menaruh ponselnya, jakunnya kembali naik turun melihat penampilan sang istri. Tangan nakalnya mulai menyentuh lekuk tubuh seksi Jia.
"Umh mas Bryan. " gumam Jia.
Jia memekik kala suaminya mengoyak lingerie nya. Bryan begitu bernafsu menyentuh tubuh wanitanya. Sejak kejadian di Bar waktu itu, Bryan telah kecanduan pada tubuh Jia.
Pria itu merendahkan tubuhnya, menyapa sang calon buah hati di dalam perut sang istri. Lalu dia melancarkan aksinya membuat sang istri menyebutkan namanya indahnya.
Gluk
Bryan meneguk habis cairan sang istri tanpa rasa jijik. Pria itu kini juga sama polosnya sama seperti Jia saat ini. Jia memilih berbaring menyamping, Bryan dengan mudah menghujamnya dari belakang.
"Mas pelan pelan, kasihan baby
kita. " gumam Jihan. Hati Bryan menghangat kala istrinya menyebut bayi kita. Pria tampan itu mengurangi gerakan pinggulnya.
Beberapa menit berlalu dia mengakhiri percintaan singkat mereka. Jia mengatur nafasnya yang tersengal, dia menghapus peluh di dahi suaminya. Bryan sendiri menarik selimut menutupi tubuh keduanya.
Jia tertegun kala Bryan menciumi kedua telapak tangan nya dengan lembut. Ketakutannya akan kejadian beberapa waktu lalu sedikit berkurang.
"Sayang, bisakah setelah baby boy lahir dan berumur tiga tahun. Bolehkah kamu melahirkan beberapa anak lagi. Aku menginginkan empat anak dari kamu sayang, aku ingin ikatan kita semakin kuat nantinya. " gumam Bryan. Pria itu mengatakan keinginan pada sang istri.
"Untuk soal itu pikirkan nanti saja mas, lagipula di antara kita belum ada cinta. " ujar Jia.
Wanita itu mengungkapkan apa yang dirasakannya saat ini. Bryan kembali terdiam tanpa mengatakan apapun.Keduanya lekas beranjak dan segera membersihkan diri.
Jia selesai lebih dahulu, segera berpakaian kemudian mengeringkan rambutnya. Tiba tiba tangannya terulur menyentuh perut buncitnya saat ini.
"Mommy dilema nak. " gumam Jia. Banyak hal yang ada dalam pikirannya termasuk mengenai rumah tangganya dengan Bryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
idaokta p
bingung ak,kok bs bs nya tanpa cinta tapi ya bgtulah/Facepalm/
2023-12-24
0
Ryani
masih nano² bacanya.. 😁🤭,
2023-11-14
0
Miss Apple 🍎
semangat
2023-09-10
0