Memberikan hukuman kepada Elsa

Beberapa hari kemudian Gavin mengunjungi rumah Elsa di waktu luang nya, karena dia benar-benar sangat sibuk.

Dia memantau kesehatan Ari dari Michael saja.

"Permisi...." Gavin mengetuk pintu kali ini dengan lambat.

Namun tidak ada yang buka pintu.

"Ani.. apa kamu di dalam?" tanya Gavin.

Ani yang sedang main sendirian mendengar suara Gavin.

"Itu suara om jahat."

"Ani, buka pintu nya, om mau bertemu dengan Ari."

"Mamah lagi gak di rumah Om, Mamah bilang gak boleh buka pintu untuk orang lain."

Gavin memikirkan sesuatu agar dia bisa masuk tanpa menunggu Elsa.

"Om sudah berbicara dengan mamah, sekarang kamu boleh buka pintu nya."

Ani membuka nya. Gavin menatap Ani yang juga menatap nya.

"Humm om bawa jajanan dan juga mainan untuk kamu," ucap Gavin sambil menunjuk bawaan nya.

Ani berfikir untuk menerima itu. Gavin melihat Ari berjalan keluar dari kamar.

"Ari.. kamu sudah sehat? bagaimana keadaan kamu?" tanya Gavin.

"Aku sudah sehat Om. Dokter Michael menjaga ku dengan baik."

"Syukurlah kalau begitu," Gavin membawa Ari ke pangkuan nya.

"Aku harus memastikan nya," batin Gavin dia memeluk Ari dengan sangat erat. Dia bisa merasakan ikatan di antara mereka.

Sementara Ani masih tetap tidak mau dekat dengan Gavin.

"Sekarang kamu bicara sama Om, kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau kamu sakit?" tanya Gavin.

Ari menggeleng kan kepala nya. "Aku tidak ingin Mamah susah, kami sudah banyak menyusahkan mamah. Aku tidak ingin Mamah membenci ku."

Pas sekali Elsa pulang dan mendengar itu. "Kenapa berbicara seperti itu? Mamah kamu sangat baik, mana mungkin dia membenci anaknya sendiri."

"Kata tante Danira sama Diana, Ayah kami sudah membuat kehidupan mamah menderita."

"Sssstt!!! Jangan berbicara seperti itu, karena tidak ada hubungan nya dengan kalian berdua."

"Penyakit ku sangat parah, dan pasti sulit sembuh, aku tidak mau Mamah semakin susah."

Gavin membuka lengan bajunya, dia menunjukkan alat seperti jam tangan itu.

"Apa kamu lihat ini? Om juga memiliki penyakit yang sama seperti kamu," ucap Gavin.

"Om punya penyakit jantung?" tanya Ari.

Gavin mengangguk. "Om selalu berusaha untuk sembuh, om tidak mau menyerah karena Om tidak ingin orang yang om sayangi sedih melihat om sakit."

"Tapi kalau Om sudah sembuh, kenapa Om masih pakai gelang itu?"

"Ini adalah gelang pacu jantung, ini bisa memantau perkembangan jantung kita seperti apa."

"Satu tahun yang lalu Om baru saja selesai melakukan operasi, Om belum sembuh total, tapi Om sangat bersemangat untuk sembuh."

Ari menunduk kan kepala nya. "Jangan sedih, om janji akan menemani kamu sampai sembuh. Om juga akan membantu Mamah sampai kamu benar-benar sembuh."

Elsa menghapus air mata nya. Dia mengingat betapa benci nya dia kepada anak nya dulu. Sekarang di sangat menyesali semua itu."

Dia masuk ke dalam. "Mamah.." Ani langsung memeluk Elsa.

"Kamu sudah pulang? Saya minta maaf datang tanpa ijin terlebih dahulu."

Elsa mengambil semua barang-barang yang di bawa oleh Gavin, dia menarik tangan Gavin keluar.

Gavin terdiam. "Anak-anak tidak nyaman kalau Bapak ada di sini," ucap Elsa.

"Saya tidak melakukan apapun, saya datang hanya melihat kondisi Ari."

"Dia sudah jauh lebih baik," ucap Elsa.

Gavin menahan pintu yang hendak di tutup.

"Ada apa lagi pak?"

"Temui saya di hotel biasa malam ini."

"Tapi pak."

"Kamu tidak bisa menolak!" ucap Gavin. Awalnya Gavin tidak berniat untuk itu, tapi sifat Elsa membuat nya jengkel.

Di malam hari nya...

Elsa sampai di hotel tempat biasa. Dia masuk dan melihat Gavin sedang berdiri di pinggir jendela besar kamar itu.

"Setelah malam itu, kita tidak pernah melakukan nya, saya harap kamu belum melupakan perjanjian yang sebelumnya."

Elsa berfikir Gavin sudah melupakan itu. Namun ternyata tidak.

"Bapak tau kondisi saya sekarang seperti apa, Bapak tau anak-anak saya sakit, saya tidak ingin melakukan nya untuk saat ini."

"Saya tidak perduli. Bukan kah kamu yang bilang agar tidak membahas tentang urusan kita di depan anak-anak mu dan juga jangan pernah membawa-bawa masalah hidup mu ketika bersama saya di sini."

Elsa kaget kenapa tiba-tiba Gavin menakutkan, padahal kemarin Gavin sudah mulai baik.

Gavin membuka baju nya, dia mendorong Elsa ke tempat tidur. Tampa basa-basi Gavin meniduri Elsa.

"Karena saya kasian dan memiliki hati nurani, saya tidak mengusik kamu beberapa hari ini, namun kebaikan saya tidak kamu anggap sama sekali."

"Saya minta maaf tentang tadi Pak, saya mendengar percakapan bapak dengan Ari."

"Saya hanya memberikan semangat kepada nya, apa itu salah?"

"Plak..."

"Aaa!!" Elsa menjerit ketika Gavin menghujam milik nya begitu dalam dan kuat.

"Pak Gavin, saya minta maaf."

"Maaf? Apa kamu tidak pernah di ajarkan untuk menghargai orang lain?"

"Saya curiga kepada kamu yang sangat tidak ingin saya dekat dengan anak-anak mu, apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan?"

Elsa menggeleng kan kepala nya dengan cepat.

"Tidak ada pak," ucap Elsa.

"Lalu kenapa kamu tidak mengijinkan saya dekat dengan anak-anak itu?"

Elsa tidak bisa menjawab. Badan nya sudah sangat lemas. Gavin sudah sampai di puncak dan pada akhirnya dia terbaring lemas di samping Elsa.

"Aarrhhh!!! Sudah lama aku tidak merasakan hal seperti ini," Ucap Gavin.

Dia melihat alat pacu jantung nya, dia tersenyum karena sangat normal dari biasanya.

Beberapa jam kemudian Elsa terbangun, dia melihat jam dan sangat panik ketika sudah jam sembilan malam.

Dia melihat Gavin duduk di sofa. "Segera lah berpakaian, saya akan mengantar kan kamu pulang."

"Tidak perlu Pak, saya akan pulang sendiri."

Gavin menatap Elsa dengan tatapan tajam seperti elang.

"Baiklah pak," Elsa takut hal yang tidak diinginkan terjadi akhirnya dia pasrah.

Di dalam mobil tidak ada percakapan apapun. Sesampainya di depan rumah Elsa, ia langsung turun.

"Terimakasih banyak pak sudah mengantarkan saya pulang," ucap Elsa.

Gavin mengangguk. Elsa berjalan masuk dengan kaki yang sangat sakit namun mencoba menahan nya.

Setelah itu Gavin kembali ke rumah nya. Di tengah perjalanan pulang handphone nya berdering telpon dari Michael.

Michael meminta Gavin menemui nya di luar. Tidak beberapa lama mereka bertemu.

"Ada apa?"

Michael menarik tangan Gavin melihat alat di tangan Gavin.

"Wahh ini sangat mustahil sekali, bagaimana bisa kau masih normal sampai sekarang? Biasa dua bulan sekali kau sudah drop."

"Ini sungguh keajaiban, ini berita baik dan aku harap seterusnya seperti ini. Dan jangan lupa atur pola makan, istirahat dengan cukup dan jangan terlalu sering emosi dan juga kelelahan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!