"Kok kamu ngomong gitu sih Mas? Berarti kamu gak ikhlas dong ngizinin aku buka warung?"
"Bukan gak ikhlas Rum, ikhlas sih ikhlas, cuma semenjak warung kamu ini rame dan ketringan banjir, kamu jadi gak maksimal memenuhi kebutuhan aku." jawab Candra.
"Loh kan aku selalu ngelayanin kamu Mas, aku selalu nyiapin sarapan untuk kamu, nyiapin baju kerja kamu, makan siang juga selalu aku anter, terus kebutuhan kamu yang mana yang gak aku kerjakan dengan maksimal?" tanya Harum.
"Kebutuhan biologis aku lah Rum." jawab Candra.
"Kok gak maksimal sih Mas? Kan aku selalu ngelayanin kamu kalau kamu minta." protes Harum dia tidak terima dengan komplain Candra.
"Cuma satu kali, itu pun aku tau kamu malas-malasan karena ngantuk. Padahal sebelum kamu punya warung, tiap malam kita berhubungan dua atau tiga kali. Tapi sekarang, cuma sekali dan itu pun dua atau tiga hari kita berhubungan." balas Candra.
"Yah kan kamu yang gak minta tiap hari, kalau kamu minta tiap hari aku kasih kok Mas." balas Harum.
"Gimana aku mau minta, ngeliat kamu capek aja aku gak tega." balas Candra.
"Ya salah kamu lah kalau gitu." balas Harum.
"Jadi kamu gak merasa bersalah?" tanya Candra.
Harum menghela nafasnya kasar.
"Iya, iya, aku salah. Aku minta maaf kalau karena kesibukan aku, aku jadi melalaikan tugas aku sebagai istri untuk memenuhi kebutuhan biologis kamu. Mulai sekarang aku akan lebih memperhatikan kebutuhan biologis kamu. Jangan marah lagi yah Mas." ucap Harum mengalah.
"Bener yah." tanya Candra.
"Iya Mas. Tapi kamu jangan suruh aku tutup warung yah, aku suka soalnya ngerjain ini semua." jawab Harum.
"Iya Sayang." balas Candra.
"Tapi Rum, kamu juga mulai sekarang harus batasi pesanan ketering biar gak terlalu capek, kalau kamu capek gimana kita mau punya anak." kata Candra lagi.
"Mas, tolong jangan bahas anak dulu. Aku masih trauma Mas." jawab Harum.
"Aku tau Rum, yah gak harus sekarang-sekarang ini kita punya anak, cuma kalau kamu kecapean kan akan berpengaruh ke rahim kamu di kemudian hari. Harusnya sambil menghilangkan trauma, kamu juga harus menyiapkan rahim kamu agar kejadian yang dulu gak terulang lagi. Yah salah satunya dengan tidak kecapean." balas Candra.
Harum menghela nafasnya kasar.
"Udah lah Mas, jangan bahas ini lagi. Aku sedih lagi kalau membahas masalah ini. Akan ada waktunya aku menyiapkan rahim aku untuk hamil lagi, tapi bukan sekarang, sekarang aku ingin mengobati luka batin aku dulu, Mas." ucap Harum.
Mendengar kata-kata Harum, Candra hanya bisa menghela nafas. Kalau itu yang menjadi keputusan Harum, yah mau apalagi selain menghargai keputusan Harum.
"Ya udah terserah kamu aja, aku ngikut aja." balas Candra.
Kamudian Candra berdiri dari duduknya lalu memijat pundak Harum.
Dari dapur, Nina yang sedang menyapu dapur tak sengaja melihat Candra yang sedang memijat Harum.
Lagi dan lagi Nina iri dengan perhatian Candra untuk Harum.
"Woy ngeliatin apa?" tanya Wulan sambil menepuk lengan Nina.
Sontak Nina mengalihkan pandangannya lalu lanjut menyapu, sayangnya Wulan juga melihat Candra yang sedang memijat pundak Harum.
Melihat itu, bukan hanya Nina yang iri Wulan juga ikutan iri.
"Mbak Harum beruntung banget yah punya suami seperti Pak Candra." ucap Wulan.
"Ho'oh, Pak Candra perhatian banget. Suamiable banget lah pokoknya." sahut Arsy.
Lantas Edah yang mendengar obrolan Wulan dan Arsy jadi senyam-senyum.
"Yang kalian lihat itu mah belum seberapa." celetuk Edah.
"Maksud Mbak Edah, Pak Candra pernah ngelakuin hal romantis selain yang tadi kami lihat?" tanya Arsy.
"Huuuu hampir tiap hari kali." balas Edah.
"Memangnya ngelakuin apa Mbak, kasih tau kita dong." desak Wulan penasaran. Sangking penasarannya, Wulan yang tadinya berjauhan dengan Edah, langsung mendekati Edah.
"Kami sering lihat Pak Candra dudukin Mbak Harum di pangkuannya, sering juga lihat Pak Candra cium Mbak Harum." jawab Edah.
"Cium bibir Mbak?" tanya Wulan.
"Bibir iya, pipi iya. Yah pokoknya dadakan gitu lah. Kadang Mbak Harum lagi ngiris bawang, Pak Candra datang dari belakang langsung meluk Mbak Harum dan ciumin pipi Mbak Harum berkali-kali. Kadang dadakan cium bibir, yah pokoknya gitu lah. Jadi ngeliat Pak Candra nyuapin Mbak Harum kayak tadi mah biasa." jawab Edah.
Mendengar cerita Edah, Arsy dan Wulan jadi senyam-senyum sendiri. Tapi tidak dengan Nina, dia malah semakin iri dengan Harum karena mendapatkan cinta yang tulus, tidak seperti dirinya yang selalu di manfaatkan oleh laki-laki bahkan pacar Nina yang terakhir sangat toxic.
💋💋💋
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Musniwati Elikibasmahulette
sukanya ,bantah ucapan suami
2023-10-08
0
Musniwati Elikibasmahulette
hei ,istri ,bodoh
2023-10-08
0
Santi
Hadeuh.. saudara bau pelakor mulai tercium nih
Harum sih bikin celah...
2023-09-29
0