Di tempat lain ada Xavier yang tengah memantau putrinya dari kejauhan.
Di mana Aluna kini sedang duduk di depan meja bar dengan segelas alkohol dingin di depannya.
"Tuan," panggil Sean dengan napas yang terengah- engah.
"Sean," sapanya dengan napas lega kala melihat Sean datang.
Xavier memegang pundak Sean dengan helaan napas beratnya.
"Apa sesuatu terjadi?" tanyanya pada Xavier dengan cemas dan takut.
Xavier menatap Sean dengan sendu, lalu menunjuk dengan dagunya ke arah Aluna.
Sean mengikuti arah tunjuk Xavier dan terlihat Aluna tampak minum di depan meja bar.
"Kenapa anda membiarkannya? Bagaimana jika ada wartawan atau paparazi," cemas Sean membuat Xavier sedikit melonggarkan dasinya.
"Meski kularang ia akan tetap datang kemari. Ia butuh melampiaskan amarahnya saat ini," beritahu Xavier pada Sean.
"Apa yang terjadi dengan nona?" Xavier seketika yang ingat bagaimana Sam mempermalukan Aluna tadi di rumah sakit sontak mengepalkan tangannya.
"Sam menolak perjodohan bisnis ini. Dan memberitahukan pada Aluna jika ia sudah melamar seorang wanita," jelasnya pada Sean dengan hati yang geram dan dongkol.
Sean diam sejenak, mencoba berpikir dan menebak siapa wanita yang mampu membuat Sam luluh.
"Dan kau tahu apa, Aluna bahkan menawarkan diri bersedia menjadi istri keduanya asal bisa menikah dengan Sam, dan dengan sombongnya pria picik itu menolak putriku," sungutnya dengan emosi yang hampir meledak hanya karena memikirkannya saja.
Sean melihat Aluna dari belakang lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Kalau begitu biar saja bujuk nona untuk pulang. Anda kembalilah lebih dulu untuk istirahat," katanya dengan sopan.
Xavier mengangguk lalu menepuk pundak Sean.
"Kuserahkan putriku padamu," katanya sebelum pergi.
Sean hanya mengangguk dan segera menghampiri Aluna.
Xavier berjalan menuju parkiran dengan rencana yang sedang ia pikirkan.
"Kita harus menemukan wanita itu," ujarnya pada pengawal sembari masuk ke dalam mobilnya.
Sedangkan Sean kini berjalan mendekati Aluna.
Aluna menoleh kala jas hitam menyampir di pundaknya.
"Berikan segelas milkshake," pintanya pada bartender.
Aluna mengalihkan tatapannya ke arah lain sembari memegang erat gelas alkoholnya.
Tak lama segelas milkshake tampak tersaji di depan Sean.
"Setelah ini kita pulang," ujarnya sembari mengganti alkohol Aluna dengan segelas milkshake.
Aluna menoleh, melayangkan tatapan tajam pada Sean.
"Bisakah kau pergi jauh dari ku?" Sean menggelengkan kepalanya membuat Aluna tersenyum miring.
Aluna menyugar rambutnya ke belakang, kini merubah posisinya menghadap Sean.
"Mulai sekarang kau bukan lagi pengawalku. Jadi kemasi semua barangmu dan pergi dari mansionku," usirnya pada Sean dengan tiba-tiba.
Sean menggoyangkan gelasnya, meminum alkohol bekas Aluna dengan sekali tenggak hingga tandas.
"Nona boleh melampiaskan semua amarah nona pada saya. Tapi tidak untuk mengusir saya," katanya memberitahu Aluna.
Aluna membuka mulutnya tak percaya, mengalihkan tatapannya dengan umpatan kasarnya.
Sean yang mendengar umpatan itu hanya tersenyum tipis.
Aluna menggeser milkshake yang Sean pesankan untuknya.
Lalu kembali pesan alkohol yang baru.
Sean langsung merebut alkohol dingin itu dan menenggaknya hingga tandas.
Aluna memicingkan kedua matanya kala Sean begitu menyebalkan dan mengganggu dirinya.
Karena tak ingin membuang tenaganya untuk meladeni Sean, Aluna terpaksa pergi dari sana.
Sean tersenyum tipis, mengikuti Aluna dari belakang.
Aluna semakin mempercepat langkahnya kala mengetahui jika Sean membuntutinya.
Ia sedikit berlari untuk cepat sampai di mobilnya.
"Hei sayang," sapa pria hidung belang yang tiba-tiba saja muncul dari tiang pembatas mobil.
Aluna terkejut, mencoba tidak memedulikannya dan terus berjalan.
Pria yang sudah mabuk itu tanpa sengaja menarik tangan Aluna.
"Lepasin," teriak Aluna memukuli pria itu dengan tasnya.
Bugh
Aluna terkejut saat pria itu tersungkur ke lantai.
"Nona tidak apa- apa?" tanya Sean begitu panik dan cemas sembari memeriksa Aluna memastikan jika ia baik- baik saja.
Aluna langsung memeluk Sean erat, menangis sesegukan, dengan tangan yang gemetar.
"Aku takut," gumamnya lirih membuat Sean mengusap pelan punggung Aluna.
Bugh
"Arghh," teriak Aluna terkejut kala pria itu memukul Sean dari belakang.
"Kau tak apa- apa?" tanya Aluna mendongak menatap Sean yang meringis kesakitan.
Sean menguraikan pelukannya, merasa sakit pada punggungnya.
"Nona tunggu saja di mobil, saya akan mengurusnya," pintanya sembari membukakan pintu mobil untuk Aluna.
Bugh
Aluna membungkam mulutnya kala Sean kembali dipukul punggungnya.
Dengan panik dan ketakutan, Aluna menangis sesegukan sembari menelpon polisi.
Sesekali Aluna melihat dari spion, berdecak kesal kala polisi belum juga datang.
Aluna tersenyum tipis kala Sean bisa mengalahkan pria mabuk itu.
Sean lalu bergegas masuk ke dalam mobil untuk membawa pergi Aluna dari sana.
"Apa kamu terluka?" tanya Aluna ketika Sean masuk ke dalam mobil.
Sean menggelengkan kepalanya, bergegas melajukan mobilnya meninggalkan parkiran.
Selama perjalanan sesekali Aluna melihat ke arah Sean dengan cemas.
Hingga Aluna melihat darah mengalir dari tengkuk belakang Sean.
Aluna tahu jika Sean akan menolak jika ia memintanya untuk ke rumah sakit.
Tapi ia terluka saat ini.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" perintahnya pada Sean dengan mendadak.
Sean langsung melihat Aluna sekilas dengan raut wajah yang khawatir.
"Anda terluka?" Aluna mengangguk membuat Sean langsung putar balik dengan cepat dan bergegas pergi ke rumah sakit.
Tak lama mereka sampai di rumah sakit membuat Sean hendak memanggil perawat untuk dibawakan brankar.
"Tidak perlu, kita langsung saja temui dokter Frank," tolaknya kala Sean hendak memanggil perawat.
Sean hanya mengangguk dan menggandeng tangan Aluna untuk menaiki lift.
Aluna menatap tangannya yang digenggam erat oleh Sean.
Rasanya begitu mendebarkan.
Juga membuatnya sedikit gugup.
Padahal Aluna tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.
Ada apa dengan dirinya?
Aluna melihat Sean dari samping, bisa Aluna lihat betapa cemasnya Sean saat ini.
Entah Aluna yang berlebihan atau bagaimana, tapi ia sedikit terharu dengan sikap Sean saat ini.
Ting
Sean langsung menarik tangan Aluna keluar dari lift untuk segera menuju ruangan dokter Frank.
Sean menoleh kala Aluna berhenti berjalan.
Dengan cepat ia melepas tangannya dari tangan Aluna.
"Maaf, saya tidak berniat untuk bersikap kurang ajar... saya hanya sedikit cemas," katanya dengan sedikit terbata.
Aluna menatap nanar tangannya, tersenyum samar namun penuh arti.
Ceklek
Keduanya menoleh secara bersamaan kala mendengar pintu dibuka.
"Sam," gumamnya dengan sedikit terkejut.
Aluna melirik sekitarnya, memejamkan matanya dan merutuki kebodohannya saat ini.
Ia lupa jika Mira di rawat di sini.
Sedangkan Sam kini menatap kaget Sean.
Keduanya tampak bertatapan begitu lama.
Aluna melihat mereka berdua secara bergantian.
"Kalian saling kenal?" tanya Aluna pada keduanya.
Sam menyunggingkan senyum smirk nya pada Sean.
"Kita bertemu lagi kawan," sapanya pada Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
mrs. IR
misi Sean buat bkin Aluna jatuh cinta biar ga ngejer sam lg.
2024-08-31
0
Mel_San12
woaahhh mereka ini sebenarnya berteman atau musuh sih ah elah jadi mikir kan💆🏻♀️😣
2023-09-16
1