Di dalam Kamar
Ada Aluna yang duduk termenung di lantai kamarnya dengan tatapan kosong.
Sudah 5 hari setelah dinner di mansion Sam kemarin, Aluna memilih untuk mengurung diri di kamar.
Ia bahkan membatalkan semua pemotretan dan syuting dramanya.
Bahkan ia juga enggan meski hanya untuk keluar kamar.
Tok tok
Aluna hanya diam saat pintu diketuk.
"Nona tolong buka pintunya," Aluna menelan ludahnya, menyeka air matanya kala ia mendengar suara Sean.
Detik kemudian, tidak ada lagi suara ketukan dari luar membuat Aluna menoleh menatap pintunya.
Belum sempat Aluna berdiri, pintu kamarnya sudah terbuka dengan mudahnya.
Di mana menampilkan Sean yang masuk ke dalam dengan membawa nampan di tangannya.
Aluna menyipitkan matanya kala Sean bisa dengan mudah masuk ke dalam kamarnya.
"Kau memiliki kunci cadangannya?" tekannya dengan marah.
Sean hanya diam sembari mengedarkan pandangannya pada kamar Aluna yang begitu berantakan.
Di mana semua make up serta pecahan benda- benda kaca yang begitu berserakan di lantai.
"Silahkan nona makan malam lebih dulu, saya akan membersihkan kamarnya," kata Sean yang langsung bergegas memungut semua make up Aluna untuk dibersihkan.
Aluna yang kesal dengan Sean sontak langsung menghampirinya.
"Aww," pekiknya terkejut kala kakinya menginjak pecahan kaca.
Dengan tanggap Sean berlari menghampiri Aluna.
"Apa anda terluka?" tanya Sean yang mana tatapannya semakin tajam kala melihat darah pada telapak kaki Aluna.
Dengan cepat Sean mengangkat tubuh Aluna dan mendudukkannya di atas ranjang.
Sean dengan cakap langsung mencari kotak obat untuk menangani luka Aluna.
Sesekali Aluna meringis kala merasakan betapa perihnya telapak kakinya.
Sean kembali dengan kotak obat di tangannya.
Dengan hati- hati ia mengangkat kaki Aluna untuk ia tumpukan di atas pahanya.
"Awww," ringis Aluna kala Sean mencabut pecahan kacanya.
Aluna meremas tepi ranjang kala merasakan ngilu dan perih secara bersamaan.
"Tolong jangan sakiti tubuh anda, anda berhak bahagia meski tidak bersama dengan tuan Sam," beritahu Sean sembari membalut kaki Aluna dengan kain kasa.
Aluna menatap sinis Sean dari samping.
"Tahu apa kau soal cinta, aku hanya membutuhkan Sam di hidupku, tidak yang lain," tekannya dengan sedikit ketus.
Sean manggut- manggut pelan lalu menoleh ke samping menatap Aluna.
"Andai perjodohan kemarin terlaksana tanpa ada penolakan dari tuan Sam, saat kalian sudah menikah, apa anda akan hidup bahagia dengannya?" tanya Sean dengan berani.
"Tentu, karena aku akan hidup selamanya dengan orang yang aku cintai," katanya dengan yakin.
"Anda keliru nona, sebagai seorang wanita, anda harus menikah dengan pria yang mencintai anda, bukan orang yang anda cintai, itu baru akan tercipta keharmonisan dalam rumah tangga anda nantinya," ujar Sean memberitahu Aluna dengan hati- hati.
"Memang apa bedanya dengan hal itu, aku tidak peduli dengan hal itu, aku hanya ingin menikah dan hidup selamanya dengan Sam," lagi-lagi Sean tersenyum tipis sembari merapikan kain kasa yang membalut telapak kaki Aluna.
"Tentu berbeda. Jika anda menikah dengan tuan Sam, yang jelas menolak perjodohan dari awal, anda hanya akan berjuang sendiri, terluka sendiri dan tentunya hanya anda yang memberikan cinta tanpa pernah menerima balasan darinya. Membangun rumah tangga itu timbal balik, memberi dan menerima, bukan jatuh cinta sendiri, anda hanya akan melukai diri sendiri jika begitu," jelasnya panjang lebar pada Aluna.
Aluna tampak kesal, namun di satu sisi ia sedikit senang saat ada seseorang yang peduli dengannya.
Terutama soal hidupnya.
"Lalu apa yang akan kudapatkan jika menikah dengan pria yang mencintaiku?" tanya Aluna pelan membuat Sean diam sejenak, lalu detik kemudian tersenyum tipis.
"Anda akan mendapatkan segalanya tanpa kekurangan cinta atau apapun," jawabnya dengan singkat namun mampu mendefinisikan dan memberikan perbandingan yang etis tentang dua hal tersebut.
Aluna hanya diam, menatap Sean dari samping.
"Bukankah kau bilang tertarik padaku?" tanya Aluna tanpa ragu atau sungkan pada Sean.
Sean diam sejenak, lalu menoleh menatap Aluna.
"Apa anda mengizinkan?" tanya Sean balik pada Aluna.
Aluna menelan ludahnya kala mendapatkan pertanyaan barusan.
Tiba- tiba saja bibirnya terbungkam rapat dan tenggorokannya tercekat.
Namun detik kemudian, Aluna mendekat pada Sean, menatap mata seksi di balik kacamatanya, dengan berani ia mencium bibir seksi Sean.
Sean diam, matanya membulat, antara terkejut juga takut.
Ia bahkan tak membuka bibirnya, ia mencoba menyadarkan diri saat ini.
Aluna memundurkan wajahnya perlahan, menatap Sean yang tampa syok saat ini.
Percaya tidak percaya, Aluna ingin menghilang saat ini juga dari hadapan Sean.
Ia benar- benar malu dengannya.
"Tolong tinggalkan aku sendiri," usirnya pada Sean yang mana ia langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut karena malu.
Sean yang bingung harus bereaksi apa dengan patuh keluar dari kamar Aluna.
Aluna membuka selimutnya, menatap tajam pintu kamarnya yang tertutup rapat.
"****, kenapa dia malah pergi begitu saja, aku sudah mempertaruhkan harga diriku di depannya," umpatnya dengan kesal kala Sean pergi tanpa melakukan sesuatu hal yang gentle.
Sedangkan di kamar, Sean mencoba menyadarkan dirinya saat ini.
"****," umpatnya sembari melepas kacamatanya dan melemparnya ke sembarang arah.
Sean berkacak pinggang, ingatannya hanya tertuju pada ciuman yang Aluna berikan padanya.
Dan perlu dicatat, ini adalah kali pertamanya Sean ciuman.
"Aku tidak boleh terlena dengan semua permainanku sendiri, aku harus ingat dengan tujuan awalku," gumamnya yang langsung pergi ke kamar mandi untuk meredam emosinya.
***
Club Morca
Ada Hiro yang tengah termenung dengan segelas alkohol di tangannya.
"Apa kau sedang memikirkan bagaimana caranya merampok Sam?" tanya Omega yang diangguki oleh Hiro.
Nicholas yang tadinya asyik bermain kartu dengan Gavi, sontak mendongak menatap keduanya.
Terdengar helaan napas gusar dari Nicholas kala ia melihat dua pria kosong sedang mengobrol.
"Lalu taktik apa yang tengah kau rencanakan?" tanya Omega sembari menyalakan pematik rokoknya.
"Membakar kantornya setelah berhasil membawa kabur semua uangnya," jawab Hiro yang diangguki oleh Omega.
Nicholas yang mendengar hal itu memutar bola matanya malas.
"Persetan dengan membakar kantornya, kalau perlu aku akan membantu Sam untuk membakarmu juga," gumam Nicholas yang geram sekali saat mendengar obrolan pria kosong itu.
Gavi yang melihat Nicholas tampak emosi kini tertawa renyah.
"Kenapa kau selalu emosi setiap kali mereka berdua sedang mengobrol?" tanya Gavi yang mana baginya, amarah Nicholas adalah kebahagiaan untuk mereka semua.
Nicholas melempar semua kartunya ke atas meja dengan kesal.
"Coba kau dengar saja obrolannya, tak hanya kesal kau mungkin juga akan sedikit tertekan dengan ucapan pria kosong ini," katanya memberitahu alasannya pada Gavi.
Gavi tertawa, meraih gelas slokinya dan menenggaknya hingga habis.
"Yaa, apa kau tahu, kemana Sam pergi saat ini?" tanya Hiro yang ingin memberitahu mereka bertiga.
Semua mata tertuju padanya dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Kemana?" tanya Gavi mewakili mereka berdua.
Hiro mendekatkan tubuhnya, tatapannya bergantian menatap mereka bertiga.
"Kau ingat kak Andre?" mereka bertiga mengangguk dengan mantap dan kompak.
Bahkan saking keponya mereka bertiga mendekatkan tubuhnya pada Hiro.
"Kenapa dengan kak Andre?" tanya Omega dengan antusiasnya.
Hiro sedikit bimbang juga bingung bagaimana cara memberitahunya.
Tapi jika ia tidak memberitahu hal ini, Hiro takut Sam akan jatuh ke jurang yang dalam.
"Buruan ngomong bangsat," umpat Nicholas geram dengan Hiro yang hanya diam saja.
"Kak Andre memiliki putri yang sangat cantik, cantik banget bahkan. Jangankan aku, kalian aja pasti bakal tertarik dengannya, dia sangat cantik, cantik banget," puji Hiro tanpa henti yang mana hal itu memancing emosi Nicholas yang memiliki kesabaran sedalam patung mariana.
"Kau ngomong cantik sekali lagi kupecahkan kepalamu dengan botol alkohol ini," ancamnya yang mana Nicholas sudah memegang botol alkohol yang masih berisi setengah.
Hiro langsung diam dan memainkan jemarinya.
"Lalu apa hubungannya dengan Sam?" tanya Omega yang diangguki oleh Gavi.
Hiro menggenggam gelasnya, kini dia mulai bimbang dengan dirinya sendiri.
Tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur ia beritahu.
Nanggung juga jika ia menyembunyikannya dari mereka.
"Sepertinya Sam jatuh cinta dengan keponakannya sendiri," jawabnya dengan cepat dan singkat.
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain dengan rasa tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
AYU TIME KARTIKA
lanjut
2024-11-26
0
Qaisaa Nazarudin
TUJUAN AWAL?? Apa maksudnya Sean?? Apa Sean ingin membalas dendam? Tapi dendam apa??
2024-02-25
0
Wiwi
lanjut Thor
2023-09-10
0