Ruang rawat No. 26
Shila dan Abel tengah mengobrol dengan ria karena beberapa hari ini mereka lama tidak bertemu.
Sedangkan Sam duduk di sofa menatap ponselnya.
"Syukurlah jika operasinya berjalan lancar," ucap Shila ikut senang kala mendengar kabar jika operasinya berjalan dengan lancar.
"Ini semua berkat ayah dan ibumu," kata Abel membuat Shila mengerutkan keningnya.
"Kenapa dengan ayah ibu?" tanya Shila yang tidak tahu.
"Kamu tidak tahu?" Shila mengelengkan kepalanya membuat Abel menghela napas gusar.
"Ayah dan ibumu yang telah membiayai operasinya ibuku, bahkan mereka juga melunasi biaya obat yang beberapa bulan lalu belum terbayar. Dan kemarin mereka juga meminta dokter untuk memindahkan ibu ke ruangan VVIP ini," jelas Abel panjang lebar.
Shila terdiam, seakan tak percaya dengan semua itu.
Bukankah harga satu kamar VVIP ini sangatlah mahal?
Begitu juga dengan biaya operasi.
Dari mana ayah dan ibunya mendapatkan uang sebanyak itu?
Bukannya Shila tidak ikhlas dalam membantu Abel.
Pasalnya sangat tidak mungkin ayah dan ibunya memiliki uang sebanyak itu meski mereka seorang petani impor.
"Apa itu pamanmu?" tanya Abel membuat Shila menoleh menatap Sam yang tampak asyik bermain ponsel.
Shila mengangguk membuat Abel mendekatkan tubuhnya pada Shila.
"Apa ia sudah berkeluarga? Ia sungguh tampan," pujinya membuat Shila berdecak.
"Kenapa kau selalu cepat jika perihal pria tampan? Kau selalu lambat jika menyangkut tentang pelajaran," oloknya dengan kesal membuat Abel tertawa.
Sam yang mendengar hal itu menahan senyumnya sembari melihat- lihat foto Shila kemarin waktu di pantai.
"Siapa yang tahu jika ia sangat cemburuan dan lebih posesif dariku," gumamnya yang begitu gemas dengan Shila.
Kring
Sam sedikit terkejut kala Hiro menelponnya.
Sam melihat Shila dan Abel yang tampak asyik mengobrol.
Dengan cepat Sam keluar dari ruangan untuk mengangkat telpon Hiro.
"Halo," sapa Sam sembari sedikit menjauh dari ruangan Abel.
"Sam," panggil Hiro dengan nada yang pelan dan sedikit serak.
"Ada apa? Ada apa dengan suaramu?" tanya Sam yang sedikit cemas dengan sesuatu di Milan.
Lama Hiro diam, hingga ia berdeham sekilas dan mulai berbicara serius.
"Bisa kau pulang sebentar? Mama dirawat di rumah sakit," beritahunya membuat Sam terkejut bukan main.
"Bagaimana bisa?" tanyanya dengan raut wajah yang marah.
Terdengar helaan napas berat dari seberang telepon.
"Mama terkena serangan jantung setelah mendengar jika Xavier memutuskan kontrak kerja denganmu. Saham yang tahun lalu diinvestasikan pada perusahaanmu, Xavier telah mencabut semuanya, ia meminta agar mama mengembalikan semua sahamnya tanpa kurang sepeserpun," jelas Hiro pada Sam.
Sam diam sejenak, pikirannya hanya tertuju pada Xavier.
"Lalu sekarang, bagaimana keadaan mama?" tanya Sam yang sangat mencemaskan mamanya.
"Dari kemarin malam mama belum sadarkan diri," jawab Hiro dengan nada pelan.
Sam membuang napasnya gusar, menyugar rambutnya ke belakang.
"Pulanglah dan beritahu pada Xavier, ia sudah sangat keterlalun kemarin pada mama. Dia juga mengatakan jika kau masih ingin bekerja sama dengannya tanpa mengurangi sahamnya sedikitpun, kau harus menikahi Aluna. Xavier memberikan waktu tiga hari untuk kau memikirkan hal itu, cepat putuskan dan selesaikan masalahmu dengan Xavier, aku sudah tidak tahan melihat tingkahnya," beritahu Hiro pada Sam.
"Tidak, aku tidak mau menikahi putrinya. Aku akan mengembalikan semua sahamnya, tanpa kurang sepeserpun," tegasnya yang menolak akan tawaran Xavier.
Hiro menghela napas untuk kesekia kalinya kala mendengar keputusan Sam barusan.
"Semua keputusan ada padamu, aku hanya membantumu. Sekarang cepatlah pulang dan jenguk mama, saat sadar nanti mama akan senang ketika melihatmu," katanya mencoba membujuk Sam agar segera pulang.
Sam diam, pikirannya langsung tertuju pada Shila.
Hiro yang tak mendengar Sam mengatakan sesuatu sontak bertanya dengan pelan.
"Ada apa? Kau tak akan pulang disaat mama sakit?" tanya Hiro dengan geram kala Sam tidak memberinya jawaban yang jelas.
"Bukan, ada sesuatu yang harus kulakukan. Setelah aku menyelesaikan urusanku di sini, aku akan segera pulang," katanya hendak mengakhiri teleponnya namun Hiro kembali melayangkan pertanyaan.
"Apa terjadi sesuatu denganmu dan Shila?" tebaknya dengan tepat sasaran membuat Sam diam sejenak, hatinya begitu bergemuruh, bibirnya sedikit bergetar.
"Jangan bilang jika kau dan Shila...," Sam langsung memotong tebakan Hiro.
"Kau tidak perlu berpikir lebih jauh," jawabnya lalu mematikan teleponnya secara sepihak.
Sam memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu meninggalkan lorong lantai atas dan pergi entah kemana tanpa memberitahu Shila.
Namun siapa yang tahu jika sejak tadi ada Shila yang berdiri tak jauh dari Sam menelpon.
Meski tidak mendengar semuanya, Shila tahu jika terjadi sesuatu di Milan yang mengharuskan Sam untuk kembali.
Di mana ia harus merelakan pamannya itu untuk pulang ke rumahnya.
Shila kembali masuk ke dalam ruangan Abel dengan suasana hati yang buruk.
"Dasar bajingan, setidaknya ia mengantarku pulang lebih dulu sebelum kembali ke Milan, kenapa ia pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku," umpatnya membuat Abel menoleh.
"Kenapa?" tanya Abel kala melihat raut wajah kesal Shila.
Shila hanya menggelengkan kepalanya dan merebahkan tubuhnya di sofa.
Kini pikirannya hanya tertuju pada Sam.
***
Pukul 4 sore, Sam kembali ke rumah sakit setelah beberapa jam tadi pergi.
Sam masuk ke dalam ruangan ibunya Abel dirawat.
Terlihat Shila tidur begitu pulas di sofa dengan Abel yang duduk di sampingnya sembari membaca buku.
"Astaga, ia tertidur?" tanya Sam pada Abel.
"Dari mana saja paman? Sejak tadi ia seperti orang gila karena menunggumu. Ia menangis dan mendumel tak jelas, dan berakhir tidur dengan pulas," adu Abel pada Sam.
Sam yang mendengar ucapan Abel tersenyum gemas pada Shila.
Ia lalu berjongkok di samping Shila menatap wajah cantik yang begitu damai saat tidur itu.
Sam membelai rambut Shila yang menghalangi wajah cantiknya.
Tak lama kedua mata cantik itu terbuka kala merasa terusik.
"Paman," gumamnya kala melihat Sam di depannya tersenyum begitu manis sekali.
"Maaf, paman ada urusan sebentar tadi," beritahunya pada Shila.
Shila yang mendengar hal itu dengan spontan langsung memeluk leher Sam.
"Kukira paman meninggalkanku," gerutunya dengan suara serak membuat Sam tersenyum tipis sembari mengusap rambut panjang Shila.
Abel yang melihat hal itu ingin sekali tenggelam di lautan sekarang juga.
Entah kenapa ia merasa seperti nyamuk di sana.
"Tidak sayang, paman tidak akan meninggalkanmu," katanya sembari menciumi
pundak Shila.
Abel yang melihat hal itu sontak langsung berpura- pura membaca bukunya.
Sam lalu mengangkat tubuh Shila sembari menatap Abel.
"Kami pulang dulu ya, semoga ibumu lekas sembuh," ucap Sam pada Abel.
"Terima kasih paman, kalian hati-hati di jalan," Sam hanya mengangguk dan bergegas untuk pergi sebelum waktu malam.
Sebelum pintunya tertutup, Shila mengintip Abel dari balik lengan Sam.
Ia mengerlingkan sebelah matanya pada Abel dengan senyum yang mengejek.
Abel yang melihat hal itu membuka mulutnya tak percaya.
"Dasar bandit itu," ujarnya yang tak bisa berkata apapun lagi.
Abel menghembuskan napasnya pelan dan menutup bukunya.
"Sebenarnya kami berdua bandit," gumamnya yang sadar diri dengan kelakuannya sendiri dan Shila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ck itu pasti ide nya Mira biar Sam pulang,lalu menjebak Sam menikahi cewek pilihannya..ckk ide murahan..
2024-02-26
0
Qaisaa Nazarudin
Waaahh kaya sekali Andre bisa membayar semua itu..
2024-02-26
0
Mel_San12
definisi bandit teriak bandit🤣🤣
2023-09-12
0