"Aku minta maaf sayang, tapi aku pikir mereka benar-benar mengurus semuanya dengan baik."ujar Elang.
Elang pun memeluk Adista dia meminta maaf.
"Semua sudah berlalu, aku cape harus membahas masalalu, sekarang aku hanya ingin meraih cita-cita ku."ucap Adista yang kini hendak pergi.
"Yang kamu sekarang pilih mau tinggal disini atau di rumah mu! sekarang tidak ada kosan lagi kamu bisa kuliah dari sini lebih dekat kenapa? harus memilih tempat yang jauh."ucap Elang.
"Aku tidak mau melihat mereka, aku tidak ingin bertemu dengan orang tua ku yang bahkan tidak pernah peduli sedikitpun padaku sekalipun aku mati. mereka pun tetap sibuk dengan dunianya masing-masing.
"Sayang mereka tidak tau akan hal itu, yang mereka tahu kamu baik-baik saja karena kamu pun tidak pernah memberikan kabar pada mereka."ucap Elang berusaha bersikap bijak.
Sementara itu Elang sendiri tahu jika selama ini kedua orang tua Adista memang sibuk dengan dunia masing-masing.
Adista pun duduk di samping Elang, gadis itu terlihat lesu.
"Elang, hidupku sudah sebatang kara... aku sudah tidak punya rumah untuk kembali! sekalipun ada tidak ada lagi ketentraman di dalamnya."
"Bukan aku menolak mu karena semata-mata aku ingin mengejar karir, tapi masalalu kita tidak akan pernah baik jika kita bersama.*
"Aku tidak ingin semua orang mencemooh ku karena telah merebut mu dari wanita lain, aku harap kamu bisa faham dengan semua itu."
"Elang... setidaknya berikan aku waktu untuk semua itu hingga saat aku bisa menyelesaikan kuliah ku dan menjadi seorang dokter. dengan begitu kita bisa menepis berita miring yang ada di masyarakat."ucap Adista.
"Baiklah, dua tahun tidak lebih."ujar Elang.
"Terimakasih Elang, aku percaya kamu adalah pria yang sangat baik."ucap Adista.
"Tapi ingat dengan syarat yang harus kamu penuhi sayang, jangan pernah dekat dengan pria manapun selain si pria tengil itu."ucap Elang.
"Disana aku bahkan tidak akan pernah bertemu dengan Gibran, bagaimana? aku bisa bersama dengan dia."ucap Adista.
"Katanya si Gibran juga ikut."ucap Elang.
"Batal karena ayahnya meminta dia untuk mengurus perusahaan milik nya."ucap Adista.
"Sudah berapa? lama kalian saling kenal."tanya Elang.
"Aku mengenal mereka sejak aku pindah kuliah, dan termasuk dengan anak mu."ucap Adista.
"Aku sudah benar-benar menganggap gadis itu sebagai putriku, karena sejak kecil ia tidak punya ayah dan tidak pernah tau ayahnya."ucap Elang
"Dan ternyata ayah nya adalah ayah Gibran yang bule Jerman itu."ucap Adista meledek.
"Aku tidak pernah tahu itu, aku yang aku tau istriku tidak pernah berbuat yang aneh-aneh dan itupun adalah sebuah kecelakaan."ucap Elang.
"Ya...itu yang benar tuan Elang... istri!."ucap Adista.
Elang langsung menatap lekat wajah cantik yang kini menatap datar kearahnya.
"Maaf aku tidak sengaja."ucap Elang.
"Tidak apa-apa aku tidak marah itu memang kenyataannya seharusnya kamu jujur sejak pertama kali kita bertemu dulu."ucap Adista.
Elang pun berjongkok di hadapan Adista, lalu dia berkata."kapan kamu pergi."tanya Elang.
Satu bulan lagi mungkin, jadi aku sudah mulai menabung sejak saat itu karena aku tahu hidup di luar itu butuh biyaya yang tidak sedikit. aku juga sudah mulai bekerja paruh waktu."ucap Adista.
"Kamu tidak perlu melakukan hal itu, aku yang akan memenuhi kebutuhan hidup mu."ucap Elang.
"Tidak tuan Elang, tolong hargai prinsip ku aku tidak pernah menggunakan uang siapapun selagi tangan dan kaki ku bisa bergerak, jika kamu ingin memberikan itu mungkin nanti setelah kita benar-benar resmi menjadi suami istri."ucap Adista.
"Tapi kamu mau kerja apa? disana dan jika kedua orang tuamu tidak tahu lagi akun bank mu bagaimana mereka bisa mengirimkan uang padamu."ucap Elang.
"Aku bisa menggadaikan Alphard dan Lamborghini ku untuk biyaya semeantara ku pada bos Gibran."ucap Adista sambil tersenyum kecut.
"Itu mobil kesayangan mu, bagaimana? jika rusak."ujar Elang.
"Aku bisa merampok rumah yang ada di sebrang jalan itu sebelum aku pergi... disana masih ada tiga mobil milikku."ucap Adista sambil tersenyum manis.
"Calon istri ku bukan pencuri, dia seorang calon dokter terkenal kenapa? harus melakukan hal itu... dia bisa minta apapun padaku."ucap Elang.
"Terimakasih tuan milyader, tapi aku merampok harta milikku sendiri daripada nanti terbuang sia-sia."ucap Adista sambil menatap kearah seberang jalan rumah masa kecil yang terasa asing baginya saat ia dewasa.
"Aku adalah rumah mu untuk kembali, jadi jangan pernah berkecil hati."ucap Elang yang mengerti dengan tatapan mata Adista yang kini terlihat seakan tengah menahan tangisnya.
"Begini jauh lebih baik daripada berada di dunia yang bahkan sudah tidak ada lagi kenyamanan."ucap Adista.
Adista benar. kedua orang tua adalah rumah bagi anak mereka tapi jika keduanya sudah tidak lagi bersama maka rumah itu otomatis hancur dan tidak akan pernah ada lagi tempat untuk bisa ditinggali.
Tolong ijinkan aku pulang ke kost untuk bersama dengan sahabat ku selama satu bulan ini."ucap Adista.
"Sayang kamu mikirin bocah tengil itu, sementara aku bahkan tidak pernah kamu pikirkan."ucap Elang.
"Tidak usah cemburu kita juga masih bisa bertemu jika kamu pulang kerja."ucap Adista.
"Aku kadang lelah jadi menginap disini."ucap Elang.
"Ya istirahat saja tidak ada masalah lagipula kita masih bisa bertemu saat weekend nanti."ucap Adista.
"Sungguh keras kepala."ucap Elang.
"Tidak apa-apa kan memperjuangkan hak dan kebebasan."ucap Adista sambil nyengir kuda.
"Heumm... baiklah-baiklah aku ijinkan, tapi aku sendiri yang akan mengantarmu kesana."ucap Elang.
"Terimakasih tuan Elang yang baik hati dan dermawan, lain kali traktir mereka semua yang ada di kost tapi tidak harus dengan masak-masak beli yang jadi saja agar waktu mereka tidak terganggu."ucap Adista sambil tersenyum manis.
"Baiklah tapi tidak geratis, sebagai bayarannya kamu harus memberi morning kiss setiap pagi hari."ucap Elang.
"No... lebih baik tidak usah."ucap Adista.
"Iya-iya baiklah-baiklah temani aku bobo tiga malam saat weekend sebelum kamu berangkat."ucap Elang.
"Sudah besar juga! masih mau ditemani."ucap Adista.
"Aku bisa benar-benar istirahat saat kamu ada di samping ku, dan setelah berolahraga malam jika nanti kita sudah menikah."ucap Elang.
"Aduh...dasar Om genit pembicaranya pasti kesana deh ujung-ujungnya."ucap Adista.
"Apa? yang kamu katakan sayang, apa? aku sudah seperti om-om."tanya Elang yang kini tengah berkaca.
...*********...
Satu minggu telah berlalu sejak saat itu Adista akan tidur di kosan milik Elang saat weekend tiba.
Sementara saat ini Gibran dan Adista setiap hari menghabiskan waktu bersama mengurus Gege dan membawa kucing itu jalan-jalan.
Sampai minggu ke empat tiba dimana saat itu Adista harus segera berangkat, Adista yang sudah menitipkan kedua mobil kesayangannya itu pada Gibran, dan untuk Gege Elang bilang dia yang akan merawat Gege.
Keduanya kini tengah berada di bandara mengantar kepergian Adista bersama dengan beberapa mahasiswa yang terpilih.
Adista masih berada di dalam mobil Elang yang kini masih tidak rela melepaskan kepergian wanita yang sangat ia cintai itu.
"Elang sayang aku harus segera bersiap untuk keberangkatan ku, kamu jangan sedih begini dong Yank... kamu bisa datang kapanpun saat kamu mau."ucap Adista.
"Kamu tega."ucap Elang lirih.
Adista pun menatap lekat wajah tampan itu, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Elang tidak menunggu lama Adista pun mencium bibir itu dengan penuh kelembutan.
Elang pun langsung membalas itu, dia bahkan seakan enggan untuk melepaskan itu jika saja Adista tidak akan kehabisan nafas.
Adista pun baru pertama kali berinisiatif untuk mencium Elang karena selama ini Elang lah yang melakukan semua itu.
"Terimakasih honey, jangan pernah lupa untuk menghubungi ku."ucap Elang.
Adista pun mengangguk pelan Air mata itu menetes, dia memeluk Elang dengan sangat erat sambil berkata.
"Tolong titip Gege dan kabari aku jika salah satu dari mereka sakit."ucap Adista.
"Tentu saja sayang jangan khawatir."ucap Elang.
Pria itu berulang kali mengecup bibir Adista .
"Hati-hati di sana sayang jangan lupa hubungi aku, jika ada masalah apapun."ucap Elang.
"Tentu saja sayangku."ucap Adista.
"Heumm... mereka pun kembali bercumbu setelah itu Elang mengusap bibir Adista dengan kedua jempolnya.
"Semoga sukses nyonya Elang... kamu harus benar-benar bisa menunjukkan bahwa kamu mampu untuk menggapai cita-cita dan impian mu."ucap Elang yang kini mengecup kening Adista yang tengah memejamkan matanya itu.
Adista pun keluar dari dalam mobil, tepat di parkiran bandara Gibran menyambut tangan Adista sementara Elang sendiri memutuskan untuk tinggal di sana hingga pesawat yang akan ditumpangi oleh Adista benar-benar terbang.
Bukan tanpa alasan rasanya sangat berat melepaskan kepergian tunangannya itu.
"Titip Gege ya Gibran, jika aku sudah terbiasa tinggal di sana aku akan bawa Gege."ucap Adista.
"Heumm...tentu saja yang penting sekarang kamu harus konsentrasi pada kuliahmu, setelah jadi dokter nanti kamu bisa periksa detak jantung ku yang selalu berdebar kencang saat melihat para janda muda lewat di depan ku."ucap Elang sambil terkekeh geli.
"Gibran sialan itu namanya jiwa perjandaan mu yang hidup, dasar buaya gila."ucap Adista yang kini memeluk Gibran erat dia bahkan menggoyangkan kepala Gibran hingga yang punya kepala protes.
"Aduh pala gue copot Dista."ucap Gibran.
"Biarkan biar diganti dengan yang baru aku punya cadangan kepala si Gege."ucap Adista sambil terkekeh.
"Meong."jawab Gege yang kini ada di samping kaki mereka.
"Owh ya ampun Gege maafkan aku, kukira kamu ada di rumah...sini gendong dulu... do'akan aku ya semoga aku bisa meraih cita-cita ku nanti."ucap Adista.
Adista pun melirik ke arah Elang yang kini tengah menatap kearah mereka.
Adista pun hanya bisa tersenyum dengan tatapan mata sendu.
"Aku pergi dulu ya Gibran Gege, baik-baik disini ingat kita saudara."Adista yang telah mendengar bahwa keberangkatan nya tinggal lima belas menit lagi.
"Sama-sama Dista kabari aku jika ada apa-apa."ucap Gibran yang kembali memeluk Adista.
Tiba-tiba seseorang memeluk Adista dari belakang.
Siapalagi jika bukan Elang.
"Jangan pergi honey aku mohon."lirih Elang.
"Elang... aku akan kembali, ingat dengan janji kita."ucap Adista.
"Baiklah sayang."ucap Elang.
Pelukan itu terlepas kini hanya genggaman tangan yang perlahan memudar dan terlepas.
"Sampai jumpa dua tahun lagi."ucap Adista.
"Sayang."ucap Elang yang benar-benar tidak rela dengan kepergian itu.
"Sudah masih banyak janda yang bisa menghangatkan mu, termasuk mantan mu itu."ucap Gibran yang langsung mendapatkan bogem mentah dari Elang saat itu juga.
Beruntung Gibran tengah siap jadi dia tidak apa-apa.
Sementara Adista pergi menuju pesawat kedua pria itu pun kembali ke parkiran mobil untuk melihat pesawat terbang yang kini membawa Adista bersama dengan impiannya untuk menjadi seorang dokter spesialis jantung.
Sampai saat pesawat itu benar-benar terbang barulah mereka bersiap untuk pergi.
"Ingat jangan lupa pesan Adista jaga si Gege dengan baik, dan satu lagi jangan sampai kamu berkhianat jika itu sampai terjadi maka aku akan langsung melaporkan itu pada Adista."ancam Gibran bercanda.
"Aku tidak pernah bermain-main dengan wanita manapun bocah tengil karena yang aku cintai hanya Adista."ucap Gibran yang kini menahan tawa.
Satu hari berlalu sejak hari itu, kini Adista baru selesai membereskan barang-barangnya karena kemarin Adista hanya benar-benar berbaring di atas ranjang empuk miliknya itu Adista mengalami jetleg setelah beberapa tahun tidak pernah bepergian keluar negri.
Adista pun langsung mandi karena saat ini dia harus mencari makan malam untuk dirinya karena Adista masih terbilang baru disana.
Setelah selesai beres-beres kamar gadis itu pun berlalu pergi bersama dengan teman nya ya yang sudah lama tinggal di sana.
Kebetulan ada kakak kelasnya yang sejak tahun kemarin ada di sana.
sepanjang perjalanan Adista tidak pernah berhenti bercerita karena saat ini dia begitu mengagumi pemandangan tersebut.
Sampai saat selesai membeli makan malam Adista langsung memutuskan untuk kembali ke apartemennya itu.
Sampai malam pun tiba, Adista tidak dapat memejamkan mata, saat ini adalah malam kedua dirinya merindukan seseorang yang selama ini selalu berinteraksi dengan dirinya.
Siapa? lagi jika bukan Elang.
Adista malah melamun saat ini, padahal besok pagi dia harus pergi kuliah pagi-pagi sekali.
Namun sampai saat pagi itu tiba Adista tidak kunjung tertidur.
Alhasil gadis itu harus menutupi mata panda yang melingkar di matanya itu.
Adista datang pagi-pagi sekali ke kampus tersebut dimana? dia akan langsung belajar setelah dua hari berada di sana.
Adista pun sudah berada di kelas, seperti arahan dari teman barunya bahwa kelas pertama sudah akan dimulai dan mereka harus segera bersiap untuk belajar.
Adista pun sudah siap dengan semua peralatan yang kini berada di hadapannya dia melirik dosen yang baru saja tiba di dalam kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments