Gibran yang tidak ingin Adista di cemooh orang pun lanjut membela temanya yang kini dibawa oleh Elang entah kemana?.
Membuat pria itu sedikit mencemaskan Adista.
Sementara itu helikopter itu mendarat di sebuah atap rumah megah tersebut, Elang membawa Adista turun dengan menggunakan sebuah lift yang ada di samping rooftops rumah tersebut.
Sesampainya di dalam rumah itu, Adista langsung dibawa ke sebuah kamar yang sangat mewah dan Elang langsung mengunci pintu kamar itu.
"Bersihkan dirimu terlebih dahulu."ucap Elang.
"Aku tidak mau, aku mau kembali ke rumah ku."ucap Adista.
Pergilah jika bisa melewati para buaya yang ada di sekeliling rawa ini."ucap Elang.
"Jangan katakan bahwa kamu ingin menyekap ku disini Elang."ucap Adista yang kini terlihat marah.
"Itu tergantung pada dirimu sayang."ucap Elang.
"Apa? maksudnya ini Elang."ucap Adista.
"Jika kamu menurut padaku aku akan kembali memberikan kebebasan tapi jika tidak aku akan tetap membiarkan mu tinggal di sini seumur hidup mu."ucap Elang.
"Apa? Yang kamu inginkan dariku Elang."tanya Adista.
"Simpel saja menikah dengan ku dan selamanya berada di sisiku."ucap Elang tegas.
"Lalu bagaimana? dengan anak dan istri mu, aku tidak mau merebut mu dari mereka."ucap Adista .
"Dia sudah bukan istriku lagi, dan sudah aku katakan sejak awal aku tidak akan pernah memiliki anak dari wanita yang hanya dijadikan partner ranjang ku."ucap Elang.
"Tidak mencintainya.... jangan munafik Elang aku bahkan bisa melihat cinta itu begitu besar saat pertama kali aku tau bahwa kamu memiliki istri."ucap Adista.
Adista pun langsung bergegas pergi meninggalkan Elang kedalam kamar mandi.
Lagi-lagi saat ini Adista bingung kenapa? semua sudah tersedia di sana semua kebutuhan yang biasa ia gunakan mulai dari perlengkapan mandi yang selalu ia gunakan.
Adista pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum Elang kembali marah.
Adista sedang malas untuk berdebat padahal ini sudah pukul tiga pagi sebentar lagi mungkin orang-orang akan bangun untuk beraktivitas jika mereka berada di kosan.
Sampai saat dia selesai mandi Adista keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan bathrobe, saat ini dia tidak keramas jadi rambutnya itu tetap kering.
Adista pun duduk di depan meja rias yang ada di sana, dia hanya menggunakan pelembab kulit wajah dan kaki juga tangannya setelah ini dia kembali memasuki sebuah ruangan walk-in closed disana juga terdapat berbagai macam dress dan pakaian serba baru yang semakin menambah pertanyaan di hati Adista.
Rumah siapa? Itu dan siapa! pemilik semua pakaian yang ada di sana.
Adista pun langsung memilih satu piyama tidur dia tidak peduli itu milik siapa? yang jelas saat ini dia ingin berganti pakaian.
Sementara Elang pria itu entah pergi kemana saat ini.
Setelah itu ia keluar dan Elang terlihat sudah menggunakan piyama tidurnya itu.
"Aku pinjam baju ini besok akan ku ganti setelah aku pulang dari sini."ucap Adista pada Elang.
"Apa? harus mengganti baju milik sendiri."ucap Elang yang membuat Adista kaget.
"Maksudnya?."tanya Adista.
"Itu semua milikmu mulai hari ini kamu akan tinggal di sini."ucap Elang.
"Elang... aku harus kuliah."ucap Adista.
"Tidak untuk saat ini."ucap Elang.
"Lalu kapan jika bukan saat itu heumm."ucap Adista.
"Saat kau setuju untuk tetap berada di sisiku, dan satu lagi kita akan menikah."ucap Elang.
"Elang please jangan ngotot seperti ini."ucap Adista.
"Heumm...lalu harus bagaimana?."ujar Elang yang kini tengah menatap Adista sambil merangkul pinggang ramping itu.
"Tunggu aku sampai benar-benar selesai kuliah."ucap Adista.
"Tidak aku ingin saat ini."jawab pria itu.
"Elang please."ucap Adista.
"Heumm..... tidak bisa, kita akan segera menikah minggu-minggu ini."ucap Elang.
"Elang sayang.... please."ucap Adista yang kini memeluk Elang.
Dia tidak peduli jika saat ini Elang menganggap dirinya seperti cewek murahan yang terpenting dia bisa terlepas dari jeratan Elang dan bisa hidup bebas tanpa harus terkurung di sana.
Adista berjinjit agar bisa mencium bibir Elang yang kini mencoba menghindar dari Adista karena dia tau jika Adista tidak tulus melakukan hal itu, Adista hanya ingin memanfaatkan situasi.
"Ya sudah jika tidak ingin... lebih baik aku tidur."ucap Adista yang kini pergi menjauh dari Elang.
Namun secepat kilat, gadis itu melayang di udara, akibat perbuatan Elang yang kini melemparkan Adista keatas ranjang super empuk itu.
"Ah.....!!."pekik Adista.
Namun Elang tidak perduli dengan itu, Adista kaget saat pria itu sudah berada di atas tubuhnya seolah dirinya ingin memp**ko*a Adista tapi hanya dalam hitungan detik tiba-tiba Elang tertidur di sana dengan dengkuran halus.
"Elang berat geser Elang aku tau kamu masih bisa mendengar bangun aku bisa mati jika begini caranya!!."teriak Adista yang tidak pernah didengar oleh Elang.
"Elang!!."teriak Adista.
Elang hanya bergumam."Apa? sih bicara yang jelas."ucap Elang yang kembali tertidur pulas.
"Owh ya ampun sayang ku Elang bangun ini berat sayang aku bisa mati."ucap Adista dengan lembut.
"Nah itu baru benar sayang pertahankan itu sampai kapan pun aku ingin kamu memanggil ku seperti itu."ucap Elang.
Pria itu langsung bangkit dan berbaring di samping Adista.
"Oh my God..."ucap Adista lirih dengan kepalan tangan yang begitu erat.
Ingin sekali Adista menghajar pria itu hingga babak belur jika tidak sayang dengan tampangnya yang sangat tampan paripurna tapi tetap ngeselin itu.
Andaikan saja itu Gibran mungkin sudah Adista hajar sedari tadi.
Gadis itu pun tidur membelakangi Elang, namun Elang malah menarik Adista untuk berbalik dan memeluk dirinya.
"Aku akan segera menikahi mu besok honey tidak ada lagi alasan."ucap Elang yang tidak pernah digubris oleh Adista.
Adista tidak ingin pernikahan yang berujung dengan cemoohan orang-orang meskipun Elang sudah benar-benar menjadi duda sekalipun karena dirinya hadir di sisi Elang tepat pada saat Elang masih berstatus sebagai suami orang.
Tapi kini dia juga tidak bisa lepas begitu saja dari pria egois menurut Adista.
Tapi Elang selalu berkata bahwa dia mencintai Adista dan tidak akan pernah melepaskan gadis itu sampai kapanpun itu.
Adista semakin mencemaskan masadepan dirinya sendiri, sementara kedua orang tuanya sibuk dengan urusan hidup masing-masing bahkan mereka tidak peduli dengan hubungan dirinya dengan pria yang kini tengah tidur di sampingnya.
Beruntung Elang tidak pernah berbuat yang macam-macam meskipun selama ini mereka sudah beberapa kali tidur bersama.
Elang hanya akan memeluknya.
...*********...
Hari ini adalah hari pertama Adista membuka mata, di jam sepuluh pagi, gadis itu menatap lekat wajah tampan tapi membuat ia marah itu.
Adista tidak menyangka jika kini dirinya bisa terjebak bersama dengan pria yang jelas-jelas tidak pernah ia tahu sebelumnya.
"Elang bangun antar aku pulang."ucap Adista.
"Heumm.... siapa? yang akan mengantarmu pulang jangan pernah berharap sebelum kamu bersumpah untuk tetap bersama dengan ku di untuk selamanya."ucap Elang.
"Terserah kamu Elang!."teriak Adista yang benar-benar marah.
Sementara Elang hanya tersenyum saat melihat Adista ngambek.
"Aku hanya ingin kita menikah sayang apa? susahnya."ucap Elang.
"Karier ku adalah masadepan ku, Elang selain menikah juga butuh kedewasaan aku juga ingin menikah dengan pria yang benar-benar mencintai ku dan bukan hanya cinta sesaat atau semusim."ucap Adista.
"Honey... apa? cintaku tak pernah berarti untukmu."ucap Elang.
"Bukan cinta mu yang tidak berarti Elang, aku tidak suka pemaksaan cinta itu akan berjalan seperti air mengalir, dan jika terburu-buru membuat keputusan seperti mu, itu jatuhnya bukan cinta elang tapi nafsu."ucap Adista.
"Dista sayang aku sudah dewasa bukan anak ABG yang akan mengulur waktu untuk sebuah komitmen, aku mungkin terkesan terburu-buru tapi semua demi kebaikan kita."ucap Elang.
Elang pun menyusul Adista yang menuju kamar mandi, Adista tengah menggosok gigi.
Elang pun langsung bergabung setelah membasuh wajah dan menggunakan scrub wajah terakhir gosok gigi.
Sementara Adista selesai dan hendak pergi tapi tangan Elang meraih pinggang ramping itu.
"Apalagi.... aku akan pergi dari sini saat ini juga."ucap Adista.
"Heumm... baiklah-baiklah sayang ku, tapi tunggu aku selesai dulu "ucap Elang berbohong.
Sebenarnya kompleks perumahan tersebut tidak dikelilingi buaya ataupun perairan namun berada di pusat kota. tapi Elang dengan sengaja membohongi gadis itu agar tidak pergi kemanapun.
Elang pun selesai menggosok gigi kini pria itu berjalan menuju ruang shower untuk mandi sementara Adista yang kini masih berada di sana dia buru-buru berlari keluar saat Elang sudah melepas piyama tidur bagian atas.
"Elang!!."ucap Adista yang kini terlihat dengan pipi yang merah merona karena malu.
Sementara Elang terkekeh geli saat membayangkan Adista yang benar-benar merasa malu.
Elang mandi di sana semeantara Adista kini tengah berada di balkon kamar tersebut dia begitu kesal saat melihat pemandangan kota yang dia kenal sejak kecil itu.
Adista pun kembali ke kamar dia meraih handphone milik Elang untuk menghubungi Gibran tapi sampai beberapa kali ia mencoba membuka nomor pin handphone tersebut namun sampai Elang keluar dari dalam kamar mandi kini terlihat tersenyum saat Adista tiba-tiba melempar Handphone tersebut ke atas ranjang.
"PIN nya tanggal lahir mu."ucap Arvin.
"Elang!!! kenapa? kamu bohong kalau rumah ini berada di tengah rawa apa? kamu tau diseberang sana adalah rumah ku."ucap Adista.
Sementara Elang malah tertawa terbahak-bahak melihat Adista yang kini terlihat benar-benar menggemaskan saat dia marah dan geregetan.
"Sayang,,, kamu mau apa? dengan ponsel itu."ucap Elang.
"Mau nelpon polisi karena kamu sudah menculik ku."ucap Adista yang meraih handphone tersebut dan langsung mengklik nomor PIN yang disebutkan oleh Elang hingga ponsel itu menampakkan foto dirinya yang tengah terlelap tidur.
"Elang!!!."teriak Adista yang kini benar-benar marah saat melihat dirinya di sana.
"Apa? sayang ku, kamu semakin menggemaskan."ucap Elang.
"Diam, dimana kamu menyimpan foto ku, aku akan menghapus semuanya."ucap Elang.
"Di sana ada di manapun juga ada."ucap Elang.
"Elang aku serius."ucap Adista.
"Aku lebih serius lagi honey."ucap Elang yang langsung membuka galeri.
Mulut Adista langsung menganga saat itu juga ketika melihat berbagai foto Adista yang tengah berada di setiap tempat.
"Kamu."ucap Adista yang kini menatap lekat wajah tampan itu.
"Apa? sayang.... apa? aku salah menyimpan foto wanita yang sangat aku cintai."ucap Elang.
"Tapi ini tidak wajar Elang, apa? sebenarnya maksud mu dengan semua ini?."tanya Adista.
"Honey.... jangan salah faham."ucap Elang.
Adista langsung menjauh dari Elang dia seolah terlihat takut entah apa? yang ada dipikirannya saat ini.
Adista pun langsung bergegas keluar dari dalam kamar tersebut Elang langsung mengejar dan meraih lengan Adista saat itu juga.
"Adista sayang ada apa? heumm... kenapa? tiba-tiba kamu ketakutan begini."ucap Elang.
Tubuh Adista tiba-tiba gemetar saat Elang merangkul pinggangnya.
"Elang... kamu kah orang itu."ucap Adista sambil menatap tajam.
"Tidak sayang, aku yang menyelamatkan mu malam itu dimana kamu hampir di perkosa namun saat itu ku sudah tidak sadarkan diri dan aku tidak sempat merapihkan penampilan saat itu aku langsung menghubungi keluarga mu."ucap Elang.
"Tapi kenapa? kamu tidak datang untuk menjelaskan semuanya agar orang-orang tidak salah menduga bahwa saat itu aku adalah korban pemerkosaan."ucap Adista yang teringat dengan kasus satu tahun yang lalu.
Dimana? dirinya di jebak seseorang saat dia berada di pesta ulang tahun sahabatnya saat itu.
Pesta yang diadakan di sebuah hotel secara besar-besaran itu melibatkan banyak para rekan bisnis dari orang tua sahabatnya itu.
Saat sedang duduk sendirian di sebuah kursi, tiba-tiba dia di suguhi segelas jus yang ternyata sudah diberi obat tidur oleh seseorang.
Adista pun tiba-tiba merasa pusing dan saat itu juga langsung sempoyongan, seseorang tiba-tiba membawa Adista ke sebuah kamar tapi saat sampai di sana ternyata pria itu tidak benar-benar menolong melainkan ingin menodai dirinya saat itu Adista masih setengah sadar dia berteriak dan menggapai apa saja yang dia bisa dan melemparnya dengan barang-barang yang ada di sana tapi kemudian Adista kembali terjerembab di atas ranjang saat itu dia sudah tidak bisa melawan karena matanya juga terpejam hingga akhirnya dia mendengar suara orang tengah berkelahi dan saat itu suara tembakan terdengar nyaring namun Adista tidak kunjung bisa membuka mata, tapi dia mendengar seseorang memanggil seseorang.
"Tuan Elang, biar saya yang bereskan."ucap Adista.
Adista sadar setelah keesokan harinya, mungkin karena dosis tinggi namun setelah ia sadar tiba-tiba dia mendengar orang lain bergosip bahwa dia adalah korban dari pemerkosaan.
"Tidak sayang aku pikir orang itu benar-benar menjelaskan seperti apa yang aku katakan waktu itu."ucap Elang .
"Tapi nyatanya tidak hingga aku harus merusakkan kondisi ku pada dokter spesialis. dan itu sungguh membuat mental ku terganggu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments