Tiga hari sudah berlalu kini Adista sudah keluar dari rumah sakit tersebut.
Tapi penderita Adista tidak cukup berhenti di situ, saat ini dia tengah menerima laporan bahwa dia dikeluarkan secara tidak hormat dari kampus yang beberapa bulan ini menjadi tempat dia belajar.
Entah apa? alasan yang jelas dari pihak kampus tersebut yang jelas mereka mengeluarkan gadis itu dengan alasan telah mencoreng nama baik kampus.
Dan, satu lagi beredarnya foto-foto saat Elang dan Adista tidur bersama di sebuah villa yang ada di pulau pribadi tersebut dan adegan mesra Elang juga Adista saat itu.
Adista yang baru saja keluar dari rumah sakit kini dia terduduk lemas sambil menangis.
Beruntung Bu Ning dan Derby juga Gibran membela Adista saat ini, disaat semua orang berkumpul dan bergosip tentang Adista si pelakor.
Elang yang saat ini tengah berada di kantor cabang pun, langsung bergegas pergi menuju kosan dan mengurus masalah isu tersebut.
Pria itu mungkin tidak bisa menghapus seluruh berita yang beredar di sosial media, tapi yang Elang upayakan saat ini adalah mengatasi kabar itu agar tidak berpengaruh terhadap pendidikan dan karier Adista yang cemerlang itu.
Elang sedang mengupayakan untuk supaya status Adista sebagai seorang pelajar di kampus tersebut tidak tercemar dan Elang meminta pihak kampus untuk mencabut pernyataan itu dan mengganti dengan surat pindah.
Adista masih menangis sesenggukan di pelukan Gibran seperti biasanya pemuda yang berstatus sebagai sahabat itu ada untuk Adista.
"Gibran aku sudah bekerja keras untuk bisa meraih cita-cita ku itu, tapi kenapa? mereka tega melakukan semua itu.... apa? mereka tidak pernah berfikir bagaimana sulitnya. berada di posisi ku."tangis Adista pecah.
Adista pun sudahlah jangan menangis mulai sekarang kamu harus menjadi pelakor beneran supaya kamu bisa memanfaatkan kekuasaan Elang untuk semua ini."ucap Gibran.
"Gibran aku bahkan sudah tidak ingin lagi mengenal dia."ucap Adista yang tiba-tiba menghentikan tangisnya itu.
"Ya, keputusan apapun aku akan mendukungnya."ucap Gibran.
Adista langsung bergegas kedalam kamar mandi, dia mencuci muka dan juga membersihkan diri.
Air mata itu terus keluar tanpa izin mengingat kehidupannya yang kini telah hancur.
Kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua kandung dan disaat hidupnya sudah sebatang kara kini cobaan terus datang silih berganti.
Derby kini sengaja mengadakan makan malam bersama dan mengharukan semua hadir di sana, dia juga mengatakan ingin memberitahukan sesuatu pada mereka semua.
Setelah pukul sepuluh siang semuanya berkumpul untuk menyiapkan pesta kecil-kecilan untuk makan malam nanti.
Karena selain makanan yang berat-berat saat ini ada banyak deseret yang harus dikerjakan lebih awal.
Adista pun ikut berbaur bersama dengan Gibran yang kini membantu ibu-ibu di sebelah Adista.
"Sepertinya sangat ini ada pesta syukuran gitu acara apa? ya."ucap mereka yang kini terlihat sibuk dengan berbagai macam jenis olahan.
"Ada acara apa? ya dista."ucap Gibran yang kini terlihat kepo seperti orang banyak.
"Entah mungkin ada yang nikah."ucap Adista pada Gibran.
"Mas Derby menikah."ucap Adista.
"Mas Derby sudah bertunangan, tapi belum memutuskan untuk menikah karena calon istrinya masih mengejar karir sebagai model."ucap Bu Ning.
"Owh... model."ucap Gibran dan Adista.
"Heumm... betul itu nak."balas bi Ning lagi.
Sampai pada saat Derby datang bersama dengan seseorang yang kini tengah bergelayut manja di lengan kekar itu.
"Siang semuanya."ucap Derby.
Sementara wanita itu tidak sedikitpun menyapa atau tersenyum.
"Siang mas."ucap semua.
"Ya, yang semangat ya masaknya nanti malam kita akan menyambut tamu yang akan menjadi penghuni di rumah yang disitu, dan ini semua adalah pemberian dari orang yang akan kita sambut nanti."ucap Derby.
"Rumah sebelah, bukankah itu sangat mahal mas sewanya."ucap beberapa orang.
Sementara Gibran dan Adista tidak memperdulikan hal itu.
Yang mereka pedulikan saat ini adalah siapa? orang yang tengah mereka bahas.
"Dista sebaiknya kamu segera istirahat sejenak pulang dari rumah sakit kamu belum benar-benar istirahat dengan baik."ucap Gibran.
"Aku bisa istirahat nanti pas makan malam, Gege juga tidak rewel sejak aku pulang dia anteng jadi aku bisa istirahat dengan cepat."ucap Adista.
"Heumm... baik'lah."ucap Gibran.
"Mereka melanjutkan bergotong royong hingga akhirnya kini giliran yang orang tua yang membantu master chef yang akan mengeksekusi semuanya.
Saat itu Adista mengajak Gibran untuk pergi ke sebuah tempat yang tidak pernah Gibran datangi dengan membawa serta Gege.
"Bawa mobilku saja nanti kita gantian nyetirnya."ucap Adista yang memberikan kunci pay Gibran.
Adista pun menggendong Gege karena di mobil Alphard miliknya sudah ada tempat Gege tinggal khusus jadi tidak perlu bawa-bawa kandang kucing ada kandang cadangan.
"Mas kami pamit pergi dulu titip kamar dan mobil."ucap Gibran.
"Kalian mau kemana?."ucap Derby.
"Mau cari hiburan lagi sumpek."ucap Gibran.
"loh kok pergi sama Adista."ucap Leli di tukang gosip.
"Mau tau saja."ucap Gibran sambil pergi.
"Bentar deh Gibran ada sesuatu di wajah mu."ucap Adista sambil menahan lengan Gibran.
"Adista jangan main-main deh mau pergi atau tidak."ucap Gibran.
"Pergilah honey."ucap Adista sambil terkekeh.
"Giliran sama gue saja bilang seperti itu."ucap Gibran.
"Hahaha biarkan saja suka-suka yeh..."ucap Adista yang sudah masuk di jok penumpang samping kemudi.
Sementara Gibran yang sudah stanby sejak tadi di depan kemudi.
"Gege sudah aman."ucap Gibran.
"Sudah."kata Adista.
"Come on kita pergi."ucap keduanya.
Bertepatan dengan kepergian mereka saat keluar pintu pagar tempat kost tersebut sebuah mobil sedan mewah masuk sekilas Adista melihat wajah pria yang saat ini dia benci itu.
"Itu si Elang Jawa mau ngapain datang lagi kesana buka kah sudah kamu usir pas di rumah sakit setelah si ****** itu kembali membuat kericuhan."ucap Gibran.
"Heuum entahlah mungkin ada kepentingan lainnya."ucap Adista yang terlihat malas membahas tentang itu.
Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah daerah perumahan elit yang ada di kota tersebut, Adista pun mengambil alih kemudi.
Wanita itu langsung memasuki area kompleks perumahan tersebut, Adista memasuki rumah paling besar di antara yang lainnya.
"Owh ya ampun Nona Adista."ucap seorang wanita paruh baya yang bekerja di rumah itu.
"Bu ati sehat."ucap Adista.
"Alhamdulillah non, bagaimana? kabar Nona."ucap wanita itu.
"Aku baik Bu, apa? papah masih disini."tanya Adista tapi wanita itu menggeleng.
"Nyonya juga sudah jarang pulang, sekalinya pulang bawa pria itu non."ucap Bu ati yang terlihat tidak enak hati untuk mengatakan yang sesungguhnya.
...**************...
Gibran yang sedari tadi mengekor di belakang Adista dia sudah mengerti dengan apa? yang Adista alami saat ini.
Ternyata semua sesuai dengan laporan tersebut.
Adista meminta Bu ati membuat minuman dan makan siang untuk mereka berdua, sementara mereka naik ke lantai tiga dimana kamar Adista berada.
"Wow, rumah mu sangat bagus Adista, tapi kenapa? mesti pergi ke tempat sederhana seperti itu."ucap Gibran yang kini tengah mengambil foto Adista secara diam-diam untuk membuktikan bahwa Adista bukan orang sembarangan.
"Adista pun memasuki sebuah ruangan di samping kamar tidurnya yang merupakan sebuah walk-in closed yang terlihat seperti milik para artis di televisi.
Lagi-lagi Gibran mengambil foto, Adista tidak tahu itu.
"Dia bolehkah? aku keliling rumah untuk membuat konten yang bagus."ucap Gibran.
"Suka-suka kamu saja."balas Adista.
Gibran langsung keluar rumah Adista dan mengajak seorang asisten rumah di sana untuk berkeliling dan bercerita tentang Adista dan rumah tersebut.
Mulai dari awal masuk pintu pagar yang menjulang tinggi, dan memperlihatkan rumah masa kecil Adista hingga masuk ke seluruh ruangan dan terakhir mobil mewah hadiah ulang tahun milik Adista yang berjajar rapi hingga lima mobil dan bukan mobil murah yang seperti pada umumnya, mobil itu benar-benar mobil mewah yang harganya cukup untuk membeli dua unit rumah mewah dengan harga segitu.
Karena ternyata kedua orang tua Adista memiliki bisnis yang cukup besar.
Video tersimpan rapi di dalam galeri handphone milik Gibran.
Dia tidak hanya mengabadikan kemewahan rumah tersebut, tapi juga mengabadikan setiap foto milik Adista dari mulai orok hingga dewasa.
Dia juga mengabadikan kamar Adista yang memiliki banyak printilan yang tidak murah.
Adista membawa dua koper besar dan sebuah gitar yang diberikan pada Gibran.
"Gege majikan mu yang baru ini habis ngerampok ya."ucap Gibran.
"Tidak masalah gue ngerampok milik gue sendiri."ucap Adista sambil terkekeh.
"Aku mau ganti mobil ke yang kecil saja kamu bawa itu sama pak sopir biar nanti dia bawa itu mobil kembali ke sini atau gimana? ya kalau bawa dua-duanya kasihan mas Derby parkiran penuh."ucap Adista.
"Masih muat dua mobil lagi tuh halaman."ucap Gibran.
"Satu saja ah tidak apa-apa kapan-kapan kita bisa balik sini kalau mau ambil."ucap Adista.
"Adista sayang putri Mama kamu pulang nak, Owh Mama senang sekali semoga kamu tidak pergi kemanapun lagi."ucap Arinda.
"Dista hanya mau ngambil baju ganti ma... Dista sudah tidak kuliah jadi mau kuli saja."ucap Adista sekenanya.
"Kamu tidak kuliah sayang apa? papah tidak memberikan uang jajan yang cukup."ucap Arinda.
"Ah sudahlah kalian sama saja orang tua macam apa? kalian bahkan tidak peduli anaknya masuk rumah sakit dan sekarang aku dikeluarkan dari kampus."ucap Adista lantang.
"Sayang kamu tidak berbuat yang macam-macam kan nak, mommy benar-benar takut putri mommy kenapa-napa sayang ayo cerita sama Mama."ucap nyonya Arinda.
"Tidak macam-macam, mama pasti punya handphone kan bisa lihat bagaimana? Putri Mama menghancurkan rumah tangga orang lain dan aku dikeluarkan dari kampus karena kasus itu, aku menjadi pelakor."ucap Adista sambil menatap tajam kearah pria yang baru saja datang.
"Hi...nak kamu pulang."ucap suami baru Arinda.
"Tentu saja mau pulang dan pergi aku bebas karena ini juga rumah ku."jawab Adista sinis.
"Sayang jangan begitu maksud om Arman baik... maafkan Adista ya mas, dia masih belum bisa terima dengan semua yang terjadi."ucap Arinda.
"Tenang saja Sayang, aku maklum kok putri kita memang harus belajar dari nol untuk semua itu. oh iya sayang ambilah ini untuk kebutuhan sehari-hari kamu."ucap pria itu menyodorkan black card pada Adista.
"Jangan mas dia sudah punya itu sendiri tapi tidak pernah digunakan."ucap Arinda.
"Gibran ayo pergi disini sungguh membosankan sekali ma aku bawa dua mobil."UC Adista meskipun ketus tapi dia masih ingat pamit.
"Iya sayang bawalah lagipula mobil itu milik mu dan tidak ada yang make soal kuliah mu nanti Mama akan urus semuanya kamu tenang saja."ucap Arinda yang tidak ingin memaksa anak gadisnya itu untuk tinggal.
Adista yang tadinya ingin bawa sopir tapi tidak jadi karena saat ini dia sudah terlanjur bilang bawa dua mobil.
"Gege ikut Adista ya, Gigi mau bawa mobil satunya."ucap Adista.
"Dia gak akan protes, yang protes itu aku, kenapa? jadi aku yang bawa barang."ucap Gibran.
"Aku bawa Lamborghini ."ucap Adista.
"Ah baiklah-baiklah daripada lama di traktir makan restauran paling baik di kota ini."ucap Gibran.
"Iya bawel."ucap Adista.
Mereka pun berangkat hanya di tatap sendu oleh sang Mama yang berharap putrinya kembali padanya.
Dia tidak akan pernah menikah lagi, jika saja Adam tidak mengkhianati cinta yang selama ini tumbuh bersemi setelah mereka tinggal bersama.
"Maaf kan Mama nak."ucap wanita paruh baya itu.
Sepanjang perjalanan, Adista benar-benar membuktikan kelihaian dalam mengemudi mobil sport di jalan raya yang dipenuhi kendaraan tersebut.
Sampai mereka tiba di sebuah restaurant berbintang Adista dan Gibran turun untuk makan siang di jam tiga sore.
Setelah selesai makan siang mereka langsung bergegas kembali ke kosan tersebut untuk mengurus tempat parkir kedua mobilnya itu.
Disaat semua orang tengah sibuk memasak Adista dan Gibran datang dan menjadi pusat perhatian, Adista kini menggunakan mobil Lamborghini Aventador dengan warna perpaduan pink dan hitam tersebut.
Adista turun sampai menggendong Gege.
"Gigi tolong turunkan barangnya ya."ucap Adista.
"Siap Nona."ujar Gibran yang kini terlihat membawa gitar yang masih baru itu di punggung karena masih tersimpan di dalam tas gitar tersebut.
"Kalian habis dari mana."ucap Derby yang kini tengah mengontrol perjuangan mereka yang tengah memasak.
"Merampok rumah Nona Adista ."ucap Gibran.
"Benarkah itu Adista, darimana dia mendapatkan semua itu."ucap para wanita yang di para wanita.
Namun Adista enggan berkomentar untuk hal itu ,
Adista pun langsung bergegas masuk membawa Gege, dia langsung menaruh geger kedalam kandangnya setelah itu barulah dirinya.
Adista tidak peduli jika saat ini dia tengah menjadi pusat perhatian dan gosip miring tentang dirinya yang sekarang tengah beredar.
Sampai saat makan malam itu dimulai, Adista masih setia tidur di atas ranjang miliknya, sementara kini seseorang tengah menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments