Elang tidak mau mengalah saat itu dia tetap menahan Adista yang ngotot ingin pergi.
"Yank... aku harus segera bersiap."ucap Adista.
"Nanti saja, aku yang akan mengantarmu pergi."ucap Elang yang tidak terima dengan Adista yang terus menolak untuk menikah dengan dirinya.
Elang langsung meraih pinggang Adista dia mengeratkan pelukannya dan mencium bibir Adista sedikit lebih kasar hingga mengigit kecil bibir bawah itu.
Elang yang kini mulai hilang kendali membuat Adista mendorong dada bidang Elang hingga Adista terhindar dari Elang.
Adista berbalik dan hendak pergi tapi kemudian Elang langsung meraih lengan Adista.
"Kenapa? sayang bukankah kita akan menikah cepat atau lambat."ucap Elang.
"Aku tidak mau melakukan hal itu sebelum kita menikah nanti."ucap Adista.
"Ayo kita menikah sekarang juga."ucap Elang.
"Tidak Yank.... tunggu aku lulus kuliah setelah itu aku janji akan menikah sebelum melanjutkan kuliah nantinya."ucap Adista.
"Aku mau hari ini."ucap Elang.
Pria itu tetap kekeuh dan tidak ingin mengalah.
"Elang jika kamu seperti ini lebih baik kita putus."ucap Adista.
"Adista!!."Bentak Elang yang kini menatap tajam kearahnya.
"Sayang kamu dimana? lihat ini aku hamil anak kita, usia kandungan ku empat bulan Honey."ucap Astrid yang tiba-tiba datang membawa hasil ter kehamilan dan hasil USG.
"Elang sayang kamu di dalam ya."ucap Astrid lagi.
"Elang sayang."ucap wanita itu lagi.
"Kamu lihat itu Elang, anak mu."ucap Adista yang kini berurai air mata.
Empat bulan itu tepat saat pertama kali Adista datang dan tinggal di apartemen tersebut.
Adista pun berusaha melepaskan genggaman tangan Elang tapi pria itu semakin mengeratkan genggaman tangan itu.
"Lepas, sekarang kamu bisa menyambut kebahagiaan mu itu."ucap Adista yang langsung menghempaskan tangan Elang dengan kuat hingga akhirnya terlepas Elang kembali berusaha menahan Adista namun pintu itu tiba-tiba terbuka dan tampak Astrid di hadapan mereka berdua.
"Dasar kau pelakor wanita ****** tidak tahu malu kau menginap di rumah suamiku ku bunuh kau."ucap Astrid.
Tiba-tiba Gibran muncul menarik Adista.
"Jangan pernah berani menyentuh sahabat ku jika kamu tidak ingin menyesal, urus suamimu dengan benar jika tidak ingin ada wanita lain yang hadir di hidup mu dan berhenti menggoda suami orang jika kamu ingin selamat."ucap Gibran yang benar-benar murka seakan ingin menerkam wanita itu.
"Adista tunggu!!."ucap Elang yang kini hendak mengejar Adista yang berlari pergi menuju kamar kost tersebut.
Disana ternyata sudah banyak penghuni kost yang tengah berolahraga atau beres-beres itulah kenapa Adista ingin keluar lebih pagi.
Elang yang tidak memperdulikan Astrid akhirnya berhenti mengejar Adista karena wanita itu mengancam akan bunuh diri dan anak Elang pun otomatis akan ikut mati bersama dengan Astrid.
Sementara Gibran pun pergi mengejar Adista yang kini sudah masuk kedalam kamar kost, Adista buru-buru mandi dan bersiap untuk pergi kuliah, dia bahkan tidak tahu jika Gibran menunggu dirinya.
Sampai selesai bersiap Adista pun memasukkan makanan susu milik Gege kedalam Totti bag dia juga membawa kandang Gege yang biasa di bawa bepergian tersebut.
Adista juga membawa koper berukuran sedang dia bawa semua itu ke teras.
"Sudah selesai Dista ayo gue bantu gue juga berencana tidak akan pulang jadi lebih baik pakai mobil Alphard milik Lo saja ya biar sekalian gue nebeng di sana."ucap Gibran.
"Ambil kuncinya."ucap gadis itu yang memberikan sebuah kunci mobil milik Adista.
"Ayo buruan aku tidak ingin pria itu menghalangi jalan ku."ucap Adista.
Adista membawa Gege semeantara Gibran membawa koper miliknya dan Adista.
Masuk lebih dulu sepertinya pria itu akan kesini."ucap Gibran yang menatap kearah Elang yang kini masih menggunakan pakaian santai.
"Sayang tunggu!."ucap Elang namun mobil sudah di tutup oleh Adista dan terkunci Gibran langsung menyalakan mesin dan buru-buru pergi.
"Yank."ucap Elang kini menahan kecewa.
"Aku tidak akan pernah membiarkan mu pergi sayang bahkan sampai ke ujung dunia pun aku akan mengejar mu."ucap Elang tegas.
Sementara kini di dalam mobil Adista sibuk memberikan Gege makan dan minum.
"Gib kita berhenti dulu di Cafe untuk beli sarapan pagi."ucap Adista.
"Nanti saja Dista ini baru seperempat jalan, kenapa? Tidak cafe depan kampus kita saja."ucap Gibran.
"Aku sudah sangat laper, kamu tidak sedang buru-buru kan?."tanya Adista.
"Tidak sih hanya saja aku harus memberikan tugas ku sesampainya di sana."ucap Gibran.
"Tidak sampai sepuluh menit ko aku janji, oh iya kamu mau sarapan apa kopi mungkin."ucap Adista.
"Belikan aku kopi hitam tanpa gula dan hamburger."ucap Gibran.
"Siap tuan Gibran yang tampan."ucap Adista.
"Ih najis gue di puji pelakor penakut kaya lo."ucap Gibran.
Adista tidak menggubris Gibran karena dia tau sahabatnya itu tengah bercanda namun juga sangat menyebalkan.
Seperti yang Adista katakan hanya sepuluh menit, gadis itu sudah membawa tidak paper bag berukuran kecil.
"Pesanan mu tuan semuanya tiga juta saja dengan ongkos jalan."ucap Adista.
"Dasar rentenir."ucap Gibran sambil tersenyum manis.
"Heumm... begitu rupanya."ucap Adista yang kini menyeruput kopi hitam dari sedotan.
"Woy, itu punya ku."ucap Gibran yang kini masih fokus menyetir.
"Masa sih ini punya ku juga."ucap Adista.
"Kamu bercanda, sejak kapan kamu suka kopi hitam yang pahit menurut yang tidak suka?."ucap Gibran.
"Sejak dulu aku sudah menyukai ini."ucap Adista.
"Sepertinya kita saudara kembar yang terpisah."celetuk Gibran yang membuat Adista hampir tersedak kopi karena ingin tertawa saat dia mengatakan itu.
"Kurang kerjaan ya kamu Gibran."ucap Adista yang kini tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa? kamu tidak mau menjadi adik dari pria yang sebentar lagi menjadi orang sukses ini."ucap Gibran.
"Amiinn tapi gue wakilin si Gege untuk terakhir kalinya tertawa lepas."ucap Adista yang benar-benar semua beban menghilang untuk beberapa detik.
Sampai saat mereka tiba di kampus keduanya menitipkan Gege di tempat satpam Gibran juga memberikan uang tips pada satpam itu.
Gibran dan Adista pun masuk kedalam kampus mereka langsung masuk kelas terpisah meskipun di kampus yang sama tapi mereka berbeda jurusan.
Sementara itu di kediaman Elang saat ini dia tengah terjadi keributan Elang meminta Astrid untuk tetap pulang elang berjanji akan segera mencari dirinya nanti tapi Astrid tetap kekeuh ingin terus berada di sisi Elang.
Namun elang bilang dia tidak akan pernah bertanggung jawab jika Astrid tetap kekeuh ada di sana.
...************...
Sudah larut malam, Adista dan Gibran tidak kunjung kembali.
Elang yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka namun keduanya tidak kunjung pulang.
Adista pun tidak bisa dihubungi sama sekali, Elang langsung meminta seseorang untuk melacak ponsel dan mobil Adista saat itu juga.
Elang masih berada, di ruang kerja menunggu kabar dari seseorang dan tidak butuh waktu lama Elang pun mendapat laporan bahwa mobil itu berada di sebuah tempat dan masih di kota yang sama hanya jarak nya sedikit jauh dari jangkauan Elang.
Tapi pria itu tidak mau diam saja mendapatkan pembangkangan terhadap dirinya Elang langsung bergegas pergi kesana bersama dengan para bodyguard nya.
Butuh waktu satu jam lebih untuk tiba di tempat tersebut dari tempat kontrakan yang kini ia tempati.
"Tunggu sampai aku tiba Adista kamu benar-benar tidak mengenal siapa? aku."ucap Elang.
Pria itu tidak akan memberikan waktu kepada Adista untuk bisa bebas seperti saat ini.
Sementara itu Adista kini tengah berkumpul di sebuah lapangan hijau bersama dengan teman-teman relawan yang lain, rencananya mereka akan kembali melakukan bakti sosial untuk warga besok dan tidak kembali ke kampus karena memang mereka sudah mengantongi izin bahkan pihak kampus sangat mendukung kegiatan tersebut.
Sampai saat ini mereka tengah bermain musik dengan alat seadanya beruntung Gibran membawa gitar di mobil Adista.
Mereka tengah bersenang-senang berjoget ria sambil bernyanyi mengelilingi api unggun.
Di sana salah satunya adalah Adista.
Deru mesin helikopter disertai angin kencang hampir meluluhlantakkan api unggun tersebut mereka pun berhenti berjoget dan bernyanyi ketika melihat seseorang turun dari helikopter dengan begitu gagahnya ditengah kegelapan malam.
Elang yang kini menggunakan jubah kebesarannya dan juga kacamata hitam dia turun menghampiri kerumunan para mahasiswa yang tengah berkumpul dengan beberapa anak muda desa tersebut.
Elang pun melirik Gibran dan Adista yang kini tidak terlalu berjauhan.
"Ikut aku sayang."ucap Elang pada Adista.
Adista yang tidak ingin ribut pun langsung bergegas pergi mengikuti Elang bersama dengan Gibran.
"Bukan mobilnya."ucap Elang datar.
"Aku masih ada kegiatan Elang apa? maumu."tanya Adista.
"Mulai besok kamu berhenti kuliah jika terus membangkang seperti ini."ucap Elang yang kini menatap lekat wajah Adista.
"Elang, orang tua ku saja tidak pernah melarang aku untuk kuliah lalu kenapa? kamu melakukan itu."ucap Adista yang kini mulai terpancing emosi.
"Aku bilang bukan pintu mobilnya."ucap Elang tegas.
"Owh ya ampun, sungguh pria yang tidak berperasaan."ucap Adista yang kini membuka pintu mobil tersebut.
"Masuk."ucap Elang.
"Tidak aku ditunggu mereka, kamu bisa bicara dengan Gibran. Elang!."pekik Adista yang saat itu sedang bicara tiba-tiba didorong masuk kedalam mobil, untung saja tidak sampai kepentok pintu mobil tersebut.
Elang menarik Adista keatas pangkuannya saat itu juga, sementara Gibran hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Ingat jangan berbuat kasar."ucap Gibran yang pergi kembali ke tempat sahabatnya yang lain.
Elang hanya mendelik tajam tidak lama setelah itu dia langsung menutup pintu mobil nya.
"Siapa? yang mengijinkan mu melakukan itu hingga tidak pulang."ucap Elang yang masih menatap lekat wajah Adista yang berpaling ke arah lain.
"Elang aku punya kebebasan untuk melakukan apapun karena aku adalah wanita singgel yang tidak punya ikatan dengan siapapun."ucap Adista.
"Aku adalah calon suamimu dan kita akan segera menikah secepatnya."ucap Elang.
"Tidak Elang itu tidak mungkin kamu masih memiliki istri dan calon anak kalian berdua jadi aku sudah jelas bukan siapa-siapa kamu lagi."ucap Adista.
Kedua tangan Elang menggenggam pergelangan tangan Adista dengan sangat erat hingga wanita itu memekik kesakitan Elang tidak memperdulikan hal itu.
Elang masih menatap tajam kearah Adista.
"Sampai dunia ini hancur pun aku tidak akan pernah melepaskan dirimu Adista Putri jadi jangan coba-coba untuk menghindar dari ku, atau kau akan tahu akibatnya."ucap Elang yang kini mencengkeram erat rahang Adista.
Adista yang sampai saat ini hanya menitikan air mata dan tidak bisa bergerak sama sekali karena rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Dengarkan aku Adista Putri, aku mungkin sering menyentuh Astrid, tapi asal kamu tahu aku sudah lama melakukan operasi sebelum menikah, adalah permintaan Omah semasa hidupnya, aku hanya akan memiliki anak dari wanita yang sangat aku cintai."ucap Elang.
"Itu dusta Elang buktinya istrimu itu hamil, sudah Elang akhiri semua ini. karena cerita kita tidak akan berakhir seperti di novel yang selalu berakhir bahagia! ini bukan sugar Daddy juga bukan cerita di televisi drama.... aku tidak akan mau dijadikan yang kesekian oleh siapapun apalagi disebut sebagai pelakor atau perempuan ******! karena aku tidak pernah memberikan tubuhku demi secarik cek, demi merebut suami orang aku tidak pernah meminta apapun darimu!!."Teriak Adista di hadapan wajah Elang dia kini beranjak dari pangkuan Elang.
"Mau kemana? kamu Dista aku tidak mengijinkan mu bergabung dengan mereka."ucap Elang yang menarik kasar tangan Adista.
"Aku tidak peduli dengan ijin darimu karena mulai sekarang kamu bukan siapa-siapa ku."ucap Adista tegas.
Adista salah jika dia berpikir bisa bebas dari Elang, gadis itu langsung terdiam saat melihat beberapa orang bodyguard.
"Kenapa? berhenti honey."ucap Elang.
"Kamu licik Elang kamu bajingan."ucap Adista yang langsung tidak sadarkan diri.
Gibran yang kini di tahan oleh kedua bodyguard Elang dia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan gadis yang kini dibawa dengan menggunakan helikopter tersebut.
"Elang berjanjilah bahwa kamu tidak akan pernah menyakiti sahabat ku, karena kalau tidak aku janji akan membuat perhitungan dengan mu!!."teriak Gibran yang kini tengah dihampiri oleh para sahabatnya.
"Siapa? pria itu Gib, tanya salah satu ketua dari mereka.
Dia pria yang sangat mencintai Adista, tapi pria itu masih memiliki hubungan yang rumit dengan wanita jahat itu."ucap Gibran.
"Wah, tidak menyangka sampai segitunya tuan Elang mencintai Adista."celetuk seseorang dari arah belakang.
"Kau tahu siapa? dia."ucap Gibran.
"Siapa? yang tidak mengenal Tuan Elang Anggara pemilik perusahaan Anggara group yang paling besar di kota ini dan masih banyak lagi yang lainnya."ucap wanita cantik itu.
"Heumm... tapi Adista juga bukan orang biasa mungkin harta kekayaan itu tidak akan sama dengan tuan Elang tapi gadis itu memiliki delapan mobil sport dan ini juga rumah mewah dan tidak lupa kedua orang tua mereka memilik perusahaannya masing-masing."ujar Gibran.
"Wah memang hebat dua-duanya."ucap
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments