Satu Minggu telah berlalu, Adista masih menolak untuk tinggal bersama dengan Elang meskipun saat ini dia sudah mulai masuk kuliah di kampus tempat dimana dia belajar untuk pertama kalinya di kota kelahirannya itu.
Adista pun masih sering berangkat dan pulang bersama dengan Gibran karena Elang sibuk dengan urusan pekerjaan.
Adista bahkan tak jarang pulang malam bersama Gibran karena sepulang kuliah gadis itu memutuskan untuk pergi y tempat tongkrongan teman lamanya dan Gibran.
Gibran sendiri saat ini terlihat lebih ceria setelah bergabung dengan sahabat Adista.
Sementara Gege kini akan dititipkan jika Adista berada di luar bersama dengan Gibran.
Mobil Lamborghini Aventador itu memasuki sebuah parkiran mobil yang ada di area kost tersebut setelah satpam membuka pintu pagar.
Diikuti oleh mobil Ferrari yang digunakan oleh Gibran, mereka berdua yang selalu menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang ada di sana, bahkan tidak jarang pula mendapatkan cibiran dari orang-orang yang iri dengan semua yang mereka miliki.
Elang sendiri saat ini hanya menggunakan mobil sedan mewah berwarna hitam itu yang terparkir di sebelah rumah Derby yang ada di area kost tersebut.
Adista dan Gibran meminjam tempat parkir milik Derby.
Ada sekitar empat mobil di garasi terbuka itu, dua mobil Adista dan dua mobil Derby juga Gibran.
"Saat Adista membuka pintu mobil, Gege langsung menghampiri dan melompat masuk tepat di pangkuan Adista.
"Duh kesayangan ku, kangen ya Gege kangen ya."ucap Adista yang berkali-kali mengelus puncak kepala Gege dan mengecup puncak kepala Gege.
Barulah mereka keluar dari dalam mobil sementara Gibran yang berjalan sejajar dengan Adista memberikan paper bag berisi makanan dan susu untuk si Gege tidak ketinggalan mainan baru untuk kucing itu.
Gibran dan Adista memang merawat kucing tersebut bersama-sama.
"Gege itu mainan mu yang baru jangan pergi keluar kandang tanpa pengawasan ya nanti kamu diculik atau tersesat."ucap Gibran.
"Maaf neng, tadi ibu lupa kunci kandangnya."ucap Bu Ning yang tiba-tiba muncul.
"Ah iya Bu tidak apa-apa, ini untuk ibu tadi aku beli sedikit lebih."ucap Adista yang memberikan sebuah paper bag berisi bakso beranak tanpa kuah seperti biasanya.
"Wah ngerepotin neng terimakasih ya."ucap Bu Ning.
"Tidak ko Bu santai saja."ucap Adista.
Dia tidak melihat jika saat ini seseorang tengah menatap tajam dari arah balkon pada gadis itu.
Adista pun langsung masuk kedalam rumah, begitu juga Gibran yang menaiki tangga untuk menuju kamar miliknya.
Dering ponsel Adista yang kini berbunyi nyaring, langsung membuat sang empunya kaget.
Adista langsung meraih ponsel tersebut dan menerima panggilan tersebut.
"Sudah berapa kali kamu pulang larut seperti ini saat aku tidak ada."ucap Elang terlihat sangat marah.
"Aku ada kegiatan lain akhir-akhir ini jadi wajar aku pulang jam segini belum lagi perjalanan yang cukup jauh."ucap Adista beralasan.
Gadis itu pun langsung mematikan ponsel tersebut karena tidak ingin lagi berdebat, tapi Adista seolah belum faham dengan sifat Elang yang tidak terbantahkan tersebut.
"Sudah berapa kali aku katakan jangan mematikan telpon saat aku bicara."ucap pria itu.
Adista yang hendak melepaskan t-shirt yang tengah ia kenakan pun membatalkan itu, karena tiba-tiba terdengar suara maskulin yang penuh ketegasan itu di belakangnya.
Padahal setengah t-shirt itu sudah terangkat ke atas.
"Bisa ketuk pintu dulu saat masuk tuan Elang."ucap Adista sambil menatap tajam kearah Elang yang kini tengah menatap kearahnya.
"Honey,,, kamu itu sudah salah nada bicara mu juga tinggi apa? kamu tidak sadar dengan itu."ucap Elang.
Elang pun langsung bergegas menghampiri Adista dan langsung memeluk gadis itu.
"Aku sangat merindukan mu."ucap Elang yang kini memeluk Adista.
"Heumm... jangan peluk aku bau."ucap Adista.
"Aku tidak peduli."ucap Elang.
"Terserah."ucap Adista.
Elang pun memejamkan mata saat masih memeluk Adista rasa rindunya sungguh membuat dirinya merasa sangat lelah.
"Segeralah mandi malam ini menginap di rumah sebelah, aku ingin tidur nyenyak bersama dengan mu."ucap Elang.
"Tidak bisa besok pagi-pagi sekali aku harus sudah berangkat jadi jika ingin menginap, maka kamu yang menginap."ucap Adista.
"Kamu harus libur besok."ucap Elang.
"Tidak bisa aku tidak bisa libur, semester ini adalah penentuan ku, untuk mengikuti pertukaran pelajar di Australia."ucap Adista.
"Tidak, kamu tidak akan pernah pergi kemanapun, setelah ini kamu hanya akan kuliah di sini."ucap Elang tegas.
"Itu tidak mungkin Elang, semua sudah diputuskan bahwa aku harus mengikuti peraturan."ucap Adista yang tetap kekeuh ingin pergi.
"Aku lebih baik langsung mencabut izin kuliah mu,"ucap Elang tegas.
"Elang aku mohon jangan lakukan itu, aku hanya ingin mengejar cita-cita ku, lagipula hanya dua tahun ko tidak lebih."ucap Adista.
"Cuma kamu bilang, apa? kamu tidak punya kuping... aku bahkan sudah sangat merindukan mu setelah beberapa hari ini sibuk bekerja."ucap Elang tegas.
"Aku mandi dulu, kita bahas itu setelah aku mandi oke tuan Elang."ucap Adista lembut.
"Cepat mandi setelah itu temani aku makan malam."ucap Elang.
"Sudah jam segini kamu belum makan."ucap Adista.
"Aku menunggu mu pulang karena aku ingin kita makan malam bersama."ucap Elang.
"Tunggu di luar aku mandi dulu."ucap Adista.
Elang pun pergi ke teras rumah dan duduk di kursi rotan yang ada di sana.
Pria itu merogoh ponselnya untuk memesan makanan.
Setelah selesai dia pun menyimpan itu kembali di saku piyama nya.
Elang kembali terlihat menatap kosong, mungkin dia tengah memikirkan perkataan Adista.
Setelah Adista selesai mandi, Elang yang sudah menegang beberapa paper bag berisi beberapa menu makanan yang ia beli dia membawa masuk itu kedalam kamar kost milik Adista.
Dilihatnya Adista sudah tampak fresh dengan piyama tidur yang kini ia kenakan.
"Taruh disitu biar aku yang bereskan aku sisiran dulu."ucap Adista.
"Kamu keramas di jam segini apa? tidak takut sakit kepala."ucap Elang.
"Habis mau gimana? lagi aku tidak punya waktu untuk mengurus rambut kalo pagi."ucap gadis itu.
"Heumm..... apa? kamu benar-benar sibuk, hingga tidak sempat keramas di pagi hari."ucap Elang.
"Ah sudahlah tidak penting yang terpenting sekarang adalah aku bisa mengeringkan rambut ku lebih dulu sebelum makan."ucap Adista.
Setelah selesai merapihkan dan mengeringkan rambut Adista pun langsung bergegas menuju dapur mini itu dan mengambil piring dan gelas tidak lupa sendok dan garpu untuk Elang karena dirinya sudah makan bersama dengan Gibran di luar.
...***************...
Semua sudah terhidang di atas karpet bulu yang digelar di lantai karena disana tidak ada meja makan kecuali meja makan yang besar panjang dan melingkar di luar itu untuk makan bersama dengan mereka.
"Makanlah."ucap Adista yang kini duduk di bersila di hadapan malam tersebut.
"Piring kamu mana yang, atau kita makan berdua."ucap Elang.
"Aku sudah kenyang aku hanya akan menemani kamu makan."ucap Adista.
"Ya sudah aku tidak usah makan saja ucap Elang yang hendak bangkit dari duduk.
"Elang please jangan seperti ini, aku suapi oke."ucap Adista.
"Tidak aku hanya ingin kita makan berdua itu saja."ucap Elang.
"Baiklah aku ambil piring dulu."ucap Adista sambil menghela nafas panjang.
Gadis itu seakan tengah mengurus anak kecil yang benar-benar menjengkelkan.
Adista pun langsung kembali setelah mengambil piring dia duduk di hadapan Elang yang masih menunggu dirinya makan.
Gadis itu pun menyendok beberapa menu yang ada di sana meskipun hanya dengan ukuran kecil.
Adista pun menatap kearah Elang.
"Ayo dimakan."ucap Adista.
Mereka pun mulai memakan makanan tersebut, sampai habis yang ada di piring masing-masing sisanya ditaruh di freezer buat oleh Adista meskipun Elang meminta untuk membuang sisa makanan tersebut.
Adista tidak mau melakukan hal itu karena di luaran sana masih banyak orang yang kesulitan untuk mencari makan.
Setelah merapikan semuanya Adista kini duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Elang yang duduk di sofa singgel tersebut.
"Sudah larut, pulang lah bukanya besok masih banyak pekerjaan."ucap Adista lembut.
"Kamu mengusir ku honey."ucap Elang yang kini menatap lekat wajah Adista.
"Elang tidak baik terus disini, nanti apa? kata orang."
"Yang harus dipikirkan itu masadepan kita bukan kata orang, karena tidak semua orang baik terhadap kita bisa saja mereka menginginkan kita untuk berpisah."ucap Elang tegas.
"Heumm.... baik'lah sekarang apa? mau mu."ucap Adista.
"Temani aku tidur."ucap Elang.
"Ya sudah tidurlah."ucap Adista dengan terpaksa toh Elang hanya meminta untuk menemani dia tidur.
"Bukan disini.... tapi di rumah sebelah."ucap Elang tegas.
"Heumm... baiklah-baiklah."ucap Adista yang sedang tidak ingin berdebat.
Dia mengambil handphone, tapi Elang mengambil itu dan melemparnya ke atas ranjang.
"Jangan bawa apapun karena kita akan tidur bukan main handphone.
Elang pun berjalan lebih dulu, Adista kembali menghembuskan nafas panjang karena merasa lelah.
Setelah mengunci pintu Elang langsung merangkul pinggang Adista dan pergi begitu saja.
Sesampainya di rumah sebelah yang merupakan rumah utuh berukuran 63 meter lumayan nyaman meskipun tidak untuk Elang, hanya saja ia terpaksa harus tinggal di sana karena Adista tidak mau tinggal di rumah miliknya di tengah kota yang dekat dengan kantor dan kampus.
Elang pun mengunci pintu setelah itu ia dan Adista masuk kedalam kamar yang sudah di dekorasi sedemikian rupa seperti yang Elang inginkan, disana terdapat furniture yang mewah dan elegan tentu tidak murah itu semua elang yang mengisi termasuk kasur super empuk dan nyaman itu.
"Aku bersih-bersih dulu."ucap Elang yang hendak menggosok gigi dan lain sebagainya karena Adista sudah melakukan hal itu tadi di dalam kamar kost.
Adista sudah berada di atas ranjang dia memilih langsung tidur sambil memeluk bantal guling yang ada di sana tidak lupa dengan selimut tebal itu.
Karena di kamar Elang AC yang ia nyalakan terlalu dingin untuk Adista.
Saat Elang keluar dari dalam kamar mandi dan sudah menggunakan kimono tidurnya, dia pun menyusul Adista berbaring tapi tidak langsung tidur seperti Adista pria itu menatap wajah wajah cantik itu memberikan kecupan hangat di bibir manis itu lalu melepaskan bantal guling teresebut dan membuat Adista memeluk dirinya.
Hingga pagi tiba, tepat pukul empat gadis itu sudah bangun dari tidurnya yang teramat nyaman dalam pelukan Elang.
Saat Adista hendak bangkit, Elang malah mengeratkan pelukannya saat itu juga.
"Mau kemana heumm... masih terlalu pagi."ucap Adista.
"Aku harus segera bersiap, saat ini aku ada jadwal kuliah pagi."ucap Adista.
"Aku yang akan mengantarmu kuliah."ucap Elang.
"Elang lalu aku pulang dengan apa? nanti sudahlah bukanya kamu juga sibuk."ucap Adista.
"Aku bisa menjemput mu dari kampus, setelah itu kita bisa pergi ke kantor terlebih dahulu."ucap Elang.
"Aku ada kegiatan di luar setelah bubar kuliah mungkin kembali pulang seperti kemarin, jadi aku harus bawa mobil."ucap Adista.
"Kegiatan apa?."ucap Elang.
"Menjadi relawan bersama dengan dokter pergi ke pelosok karena disana tengah diserang wabah penyakit jadi aku ditunjuk oleh dosen dan beberapa teman lainnya dari kelas ku untuk membantu sekaligus mempelajari apa? saja yang harus dilakukan saat itu. tidak hanya aku Gibran juga ikut membantu menyantuni mereka dan lain hal."ucap Adista.
"Aku akan ikut katakan saja pukul berapa jadi kamu tidak perlu repot-repot bawa mobil."ucap Elang.
Lagi-lagi Adista hanya mampuh menghela nafas.
"Baiklah kalau begitu ayo bangun dan bersiap, aku juga harus segera bersiap."ucap Adista.
Tapi Elang malah mengeratkan pelukannya hingga wajah Adista terbenam di dada bidang pria tampan itu.
"Elang please aku bisa terlambat."ucap Adista.
"Kita menikah saja, kamu cukup menjadi istri dan ibu bagi anak-anak kita kelak... tidak perlu bekerja aku yang akan bekerja keras untuk menghidupi kalian kelak."ucap Elang.
"Tidak bisa begitu Elang.... aku ingin meraih cita-cita ku terlebih dahulu setelah itu kita bisa menikah, hanya dua tahun lagi."ucap Adista.
"Itu terlalu lama sayang atau kita menikah terlebih dahulu."ucap Elang.
"Aku akan pergi ke Australia untuk pertukaran pelajar Elang, aku tidak ingin hubungan pernikahan itu rusak nantinya."ucap Adista.
"Kamu tidak akan kemana-mana Dista aku tidak akan mengijinkan mu pergi, kamu bisa jadi dokter hebat di sini."ucap Elang.
"Ayolah Elang, kamu bisa mengunjungi ku kapan pun itu, jadi tolong jangan menghalangi jalan ku untuk meraih cita-cita."ucap Adista.
"Menghalangi."ucap Elang yang melepaskan dekapan itu dengan kasar.
"Aku tidak menghalangi karir mu, aku hanya minta kita menikah dulu sebelum kamu pergi."ucap Elang.
"Aku sudah terlambat kita bicara nanti."ucap Adista yang hendak pergi tapi Elang langsung menghentikan langkah Adista dengan kata-katanya itu.
"Aku akan mengeluarkan mu dari kampus jika kamu tetap ngotot ingin pergi jauh dariku."ucap Elang.
"Elang please jangan ajak aku berdebat aku sudah hampir terlambat, nanti kita bicara lagi."ucap Adista yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 04:30.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments