Bab 16

Satu Minggu telah berlalu, Adista masih menolak untuk tinggal bersama dengan Elang meskipun saat ini dia sudah mulai masuk kuliah di kampus tempat dimana dia belajar untuk pertama kalinya di kota kelahirannya itu.

Adista pun masih sering berangkat dan pulang bersama dengan Gibran karena Elang sibuk dengan urusan pekerjaan.

Adista bahkan tak jarang pulang malam bersama Gibran karena sepulang kuliah gadis itu memutuskan untuk pergi y tempat tongkrongan teman lamanya dan Gibran.

Gibran sendiri saat ini terlihat lebih ceria setelah bergabung dengan sahabat Adista.

Sementara Gege kini akan dititipkan jika Adista berada di luar bersama dengan Gibran.

Mobil Lamborghini Aventador itu memasuki sebuah parkiran mobil yang ada di area kost tersebut setelah satpam membuka pintu pagar.

Diikuti oleh mobil Ferrari yang digunakan oleh Gibran, mereka berdua yang selalu menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang ada di sana, bahkan tidak jarang pula mendapatkan cibiran dari orang-orang yang iri dengan semua yang mereka miliki.

Elang sendiri saat ini hanya menggunakan mobil sedan mewah berwarna hitam itu yang terparkir di sebelah rumah Derby yang ada di area kost tersebut.

Adista dan Gibran meminjam tempat parkir milik Derby.

Ada sekitar empat mobil di garasi terbuka itu, dua mobil Adista dan dua mobil Derby juga Gibran.

"Saat Adista membuka pintu mobil, Gege langsung menghampiri dan melompat masuk tepat di pangkuan Adista.

"Duh kesayangan ku, kangen ya Gege kangen ya."ucap Adista yang berkali-kali mengelus puncak kepala Gege dan mengecup puncak kepala Gege.

Barulah mereka keluar dari dalam mobil sementara Gibran yang berjalan sejajar dengan Adista memberikan paper bag berisi makanan dan susu untuk si Gege tidak ketinggalan mainan baru untuk kucing itu.

Gibran dan Adista memang merawat kucing tersebut bersama-sama.

"Gege itu mainan mu yang baru jangan pergi keluar kandang tanpa pengawasan ya nanti kamu diculik atau tersesat."ucap Gibran.

"Maaf neng, tadi ibu lupa kunci kandangnya."ucap Bu Ning yang tiba-tiba muncul.

"Ah iya Bu tidak apa-apa, ini untuk ibu tadi aku beli sedikit lebih."ucap Adista yang memberikan sebuah paper bag berisi bakso beranak tanpa kuah seperti biasanya.

"Wah ngerepotin neng terimakasih ya."ucap Bu Ning.

"Tidak ko Bu santai saja."ucap Adista.

Dia tidak melihat jika saat ini seseorang tengah menatap tajam dari arah balkon pada gadis itu.

Adista pun langsung masuk kedalam rumah, begitu juga Gibran yang menaiki tangga untuk menuju kamar miliknya.

Dering ponsel Adista yang kini berbunyi nyaring, langsung membuat sang empunya kaget.

Adista langsung meraih ponsel tersebut dan menerima panggilan tersebut.

"Sudah berapa kali kamu pulang larut seperti ini saat aku tidak ada."ucap Elang terlihat sangat marah.

"Aku ada kegiatan lain akhir-akhir ini jadi wajar aku pulang jam segini belum lagi perjalanan yang cukup jauh."ucap Adista beralasan.

Gadis itu pun langsung mematikan ponsel tersebut karena tidak ingin lagi berdebat, tapi Adista seolah belum faham dengan sifat Elang yang tidak terbantahkan tersebut.

"Sudah berapa kali aku katakan jangan mematikan telpon saat aku bicara."ucap pria itu.

Adista yang hendak melepaskan t-shirt yang tengah ia kenakan pun membatalkan itu, karena tiba-tiba terdengar suara maskulin yang penuh ketegasan itu di belakangnya.

Padahal setengah t-shirt itu sudah terangkat ke atas.

"Bisa ketuk pintu dulu saat masuk tuan Elang."ucap Adista sambil menatap tajam kearah Elang yang kini tengah menatap kearahnya.

"Honey,,, kamu itu sudah salah nada bicara mu juga tinggi apa? kamu tidak sadar dengan itu."ucap Elang.

Elang pun langsung bergegas menghampiri Adista dan langsung memeluk gadis itu.

"Aku sangat merindukan mu."ucap Elang yang kini memeluk Adista.

"Heumm... jangan peluk aku bau."ucap Adista.

"Aku tidak peduli."ucap Elang.

"Terserah."ucap Adista.

Elang pun memejamkan mata saat masih memeluk Adista rasa rindunya sungguh membuat dirinya merasa sangat lelah.

"Segeralah mandi malam ini menginap di rumah sebelah, aku ingin tidur nyenyak bersama dengan mu."ucap Elang.

"Tidak bisa besok pagi-pagi sekali aku harus sudah berangkat jadi jika ingin menginap, maka kamu yang menginap."ucap Adista.

"Kamu harus libur besok."ucap Elang.

"Tidak bisa aku tidak bisa libur, semester ini adalah penentuan ku, untuk mengikuti pertukaran pelajar di Australia."ucap Adista.

"Tidak, kamu tidak akan pernah pergi kemanapun, setelah ini kamu hanya akan kuliah di sini."ucap Elang tegas.

"Itu tidak mungkin Elang, semua sudah diputuskan bahwa aku harus mengikuti peraturan."ucap Adista yang tetap kekeuh ingin pergi.

"Aku lebih baik langsung mencabut izin kuliah mu,"ucap Elang tegas.

"Elang aku mohon jangan lakukan itu, aku hanya ingin mengejar cita-cita ku, lagipula hanya dua tahun ko tidak lebih."ucap Adista.

"Cuma kamu bilang, apa? kamu tidak punya kuping... aku bahkan sudah sangat merindukan mu setelah beberapa hari ini sibuk bekerja."ucap Elang tegas.

"Aku mandi dulu, kita bahas itu setelah aku mandi oke tuan Elang."ucap Adista lembut.

"Cepat mandi setelah itu temani aku makan malam."ucap Elang.

"Sudah jam segini kamu belum makan."ucap Adista.

"Aku menunggu mu pulang karena aku ingin kita makan malam bersama."ucap Elang.

"Tunggu di luar aku mandi dulu."ucap Adista.

Elang pun pergi ke teras rumah dan duduk di kursi rotan yang ada di sana.

Pria itu merogoh ponselnya untuk memesan makanan.

Setelah selesai dia pun menyimpan itu kembali di saku piyama nya.

Elang kembali terlihat menatap kosong, mungkin dia tengah memikirkan perkataan Adista.

Setelah Adista selesai mandi, Elang yang sudah menegang beberapa paper bag berisi beberapa menu makanan yang ia beli dia membawa masuk itu kedalam kamar kost milik Adista.

Dilihatnya Adista sudah tampak fresh dengan piyama tidur yang kini ia kenakan.

"Taruh disitu biar aku yang bereskan aku sisiran dulu."ucap Adista.

"Kamu keramas di jam segini apa? tidak takut sakit kepala."ucap Elang.

"Habis mau gimana? lagi aku tidak punya waktu untuk mengurus rambut kalo pagi."ucap gadis itu.

"Heumm..... apa? kamu benar-benar sibuk, hingga tidak sempat keramas di pagi hari."ucap Elang.

"Ah sudahlah tidak penting yang terpenting sekarang adalah aku bisa mengeringkan rambut ku lebih dulu sebelum makan."ucap Adista.

Setelah selesai merapihkan dan mengeringkan rambut Adista pun langsung bergegas menuju dapur mini itu dan mengambil piring dan gelas tidak lupa sendok dan garpu untuk Elang karena dirinya sudah makan bersama dengan Gibran di luar.

...***************...

Semua sudah terhidang di atas karpet bulu yang digelar di lantai karena disana tidak ada meja makan kecuali meja makan yang besar panjang dan melingkar di luar itu untuk makan bersama dengan mereka.

"Makanlah."ucap Adista yang kini duduk di bersila di hadapan malam tersebut.

"Piring kamu mana yang, atau kita makan berdua."ucap Elang.

"Aku sudah kenyang aku hanya akan menemani kamu makan."ucap Adista.

"Ya sudah aku tidak usah makan saja ucap Elang yang hendak bangkit dari duduk.

"Elang please jangan seperti ini, aku suapi oke."ucap Adista.

"Tidak aku hanya ingin kita makan berdua itu saja."ucap Elang.

"Baiklah aku ambil piring dulu."ucap Adista sambil menghela nafas panjang.

Gadis itu seakan tengah mengurus anak kecil yang benar-benar menjengkelkan.

Adista pun langsung kembali setelah mengambil piring dia duduk di hadapan Elang yang masih menunggu dirinya makan.

Gadis itu pun menyendok beberapa menu yang ada di sana meskipun hanya dengan ukuran kecil.

Adista pun menatap kearah Elang.

"Ayo dimakan."ucap Adista.

Mereka pun mulai memakan makanan tersebut, sampai habis yang ada di piring masing-masing sisanya ditaruh di freezer buat oleh Adista meskipun Elang meminta untuk membuang sisa makanan tersebut.

Adista tidak mau melakukan hal itu karena di luaran sana masih banyak orang yang kesulitan untuk mencari makan.

Setelah merapikan semuanya Adista kini duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Elang yang duduk di sofa singgel tersebut.

"Sudah larut, pulang lah bukanya besok masih banyak pekerjaan."ucap Adista lembut.

"Kamu mengusir ku honey."ucap Elang yang kini menatap lekat wajah Adista.

"Elang tidak baik terus disini, nanti apa? kata orang."

"Yang harus dipikirkan itu masadepan kita bukan kata orang, karena tidak semua orang baik terhadap kita bisa saja mereka menginginkan kita untuk berpisah."ucap Elang tegas.

"Heumm.... baik'lah sekarang apa? mau mu."ucap Adista.

"Temani aku tidur."ucap Elang.

"Ya sudah tidurlah."ucap Adista dengan terpaksa toh Elang hanya meminta untuk menemani dia tidur.

"Bukan disini.... tapi di rumah sebelah."ucap Elang tegas.

"Heumm... baiklah-baiklah."ucap Adista yang sedang tidak ingin berdebat.

Dia mengambil handphone, tapi Elang mengambil itu dan melemparnya ke atas ranjang.

"Jangan bawa apapun karena kita akan tidur bukan main handphone.

Elang pun berjalan lebih dulu, Adista kembali menghembuskan nafas panjang karena merasa lelah.

Setelah mengunci pintu Elang langsung merangkul pinggang Adista dan pergi begitu saja.

Sesampainya di rumah sebelah yang merupakan rumah utuh berukuran 63 meter lumayan nyaman meskipun tidak untuk Elang, hanya saja ia terpaksa harus tinggal di sana karena Adista tidak mau tinggal di rumah miliknya di tengah kota yang dekat dengan kantor dan kampus.

Elang pun mengunci pintu setelah itu ia dan Adista masuk kedalam kamar yang sudah di dekorasi sedemikian rupa seperti yang Elang inginkan, disana terdapat furniture yang mewah dan elegan tentu tidak murah itu semua elang yang mengisi termasuk kasur super empuk dan nyaman itu.

"Aku bersih-bersih dulu."ucap Elang yang hendak menggosok gigi dan lain sebagainya karena Adista sudah melakukan hal itu tadi di dalam kamar kost.

Adista sudah berada di atas ranjang dia memilih langsung tidur sambil memeluk bantal guling yang ada di sana tidak lupa dengan selimut tebal itu.

Karena di kamar Elang AC yang ia nyalakan terlalu dingin untuk Adista.

Saat Elang keluar dari dalam kamar mandi dan sudah menggunakan kimono tidurnya, dia pun menyusul Adista berbaring tapi tidak langsung tidur seperti Adista pria itu menatap wajah wajah cantik itu memberikan kecupan hangat di bibir manis itu lalu melepaskan bantal guling teresebut dan membuat Adista memeluk dirinya.

Hingga pagi tiba, tepat pukul empat gadis itu sudah bangun dari tidurnya yang teramat nyaman dalam pelukan Elang.

Saat Adista hendak bangkit, Elang malah mengeratkan pelukannya saat itu juga.

"Mau kemana heumm... masih terlalu pagi."ucap Adista.

"Aku harus segera bersiap, saat ini aku ada jadwal kuliah pagi."ucap Adista.

"Aku yang akan mengantarmu kuliah."ucap Elang.

"Elang lalu aku pulang dengan apa? nanti sudahlah bukanya kamu juga sibuk."ucap Adista.

"Aku bisa menjemput mu dari kampus, setelah itu kita bisa pergi ke kantor terlebih dahulu."ucap Elang.

"Aku ada kegiatan di luar setelah bubar kuliah mungkin kembali pulang seperti kemarin, jadi aku harus bawa mobil."ucap Adista.

"Kegiatan apa?."ucap Elang.

"Menjadi relawan bersama dengan dokter pergi ke pelosok karena disana tengah diserang wabah penyakit jadi aku ditunjuk oleh dosen dan beberapa teman lainnya dari kelas ku untuk membantu sekaligus mempelajari apa? saja yang harus dilakukan saat itu. tidak hanya aku Gibran juga ikut membantu menyantuni mereka dan lain hal."ucap Adista.

"Aku akan ikut katakan saja pukul berapa jadi kamu tidak perlu repot-repot bawa mobil."ucap Elang.

Lagi-lagi Adista hanya mampuh menghela nafas.

"Baiklah kalau begitu ayo bangun dan bersiap, aku juga harus segera bersiap."ucap Adista.

Tapi Elang malah mengeratkan pelukannya hingga wajah Adista terbenam di dada bidang pria tampan itu.

"Elang please aku bisa terlambat."ucap Adista.

"Kita menikah saja, kamu cukup menjadi istri dan ibu bagi anak-anak kita kelak... tidak perlu bekerja aku yang akan bekerja keras untuk menghidupi kalian kelak."ucap Elang.

"Tidak bisa begitu Elang.... aku ingin meraih cita-cita ku terlebih dahulu setelah itu kita bisa menikah, hanya dua tahun lagi."ucap Adista.

"Itu terlalu lama sayang atau kita menikah terlebih dahulu."ucap Elang.

"Aku akan pergi ke Australia untuk pertukaran pelajar Elang, aku tidak ingin hubungan pernikahan itu rusak nantinya."ucap Adista.

"Kamu tidak akan kemana-mana Dista aku tidak akan mengijinkan mu pergi, kamu bisa jadi dokter hebat di sini."ucap Elang.

"Ayolah Elang, kamu bisa mengunjungi ku kapan pun itu, jadi tolong jangan menghalangi jalan ku untuk meraih cita-cita."ucap Adista.

"Menghalangi."ucap Elang yang melepaskan dekapan itu dengan kasar.

"Aku tidak menghalangi karir mu, aku hanya minta kita menikah dulu sebelum kamu pergi."ucap Elang.

"Aku sudah terlambat kita bicara nanti."ucap Adista yang hendak pergi tapi Elang langsung menghentikan langkah Adista dengan kata-katanya itu.

"Aku akan mengeluarkan mu dari kampus jika kamu tetap ngotot ingin pergi jauh dariku."ucap Elang.

"Elang please jangan ajak aku berdebat aku sudah hampir terlambat, nanti kita bicara lagi."ucap Adista yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 04:30.

Episodes
1 Bab:1
2 Bab 2
3 Bab: 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25.
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bangun 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121 season 2
122 Bab 122 season 2
123 Bab 123 season 2
124 BAb 124 season 2
125 Bab 125 season 2
126 Bab 126 season 2
127 Bab 127 season 2
128 Bab 128 season 2
129 Bab 129 season 2
130 Bab 130 season 2
131 Bab 131 season 2
132 Bab 133 season 2
133 Bab 133 season 2
134 Bab 134 season 2
135 Bab 135 season 2
136 Bab 136 season 2
137 Bab 137 season 2
138 Bab 137 season 2
139 Bab 139 season 2
140 Bab 140 season 2
141 Bab 141 season 2
142 Bab 142 season 2
143 Bab 143 season 2
144 Bab 144 season 2
145 Bab 145 season 2
146 Bab 146 season 2
147 Bab 147 season 2
148 Bab 148 season 2
149 Bab 148 season 2
150 Bab 150
151 Bab 151 season 2
152 Bab 152 season 2
153 Bab 153 season 2
154 Bab 154 season 2
155 Bab 155 season 2
156 Bab 156 season 2
157 Bab 157 season 2
158 Bab 158 season 2
159 Bab 159 season 2
160 Bab 160 season 2
161 Bab 161 season 2
162 Bab 162 season 2
163 Bab 163 season 2
164 Bab 164
165 Bab 165 season 2
166 Bab 166 season 2
167 Bab 167 season 2
168 Bab 168 season 2
169 Bab 169 season 2
170 Bab 170 season 2
171 Bab 171 season 2
172 Bab 172 season 2
173 Bab 173 season 2
174 Bab 174 season 2
175 Bab 175 season 2
176 Bab 176 season 2
177 Bab 177 season 2
178 Bab 178 season 2
179 Bab 179 season 2
180 Bab 180 season 2
181 Bab 181 season 2
182 Bab 182 season 2
183 Bab 183 season 2
184 Bab 184 season 2
185 Bab 185 season 2
186 Bab 186 season 2
187 Bab 187 season 2
188 Bab 188 season 2
189 Bab 189 season 2
190 Bab 190 season 2
191 Bab 191 season 2
192 Bab 192 season 2
193 Bab 193 season 2
194 Bab 194 season 2
195 Bab 195 season 2
196 Bab 196 season 2
197 Bab 197 season 2
198 Bab 198
199 Bab 199 season 2
200 Bab 200 season 2
Episodes

Updated 200 Episodes

1
Bab:1
2
Bab 2
3
Bab: 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25.
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bangun 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121 season 2
122
Bab 122 season 2
123
Bab 123 season 2
124
BAb 124 season 2
125
Bab 125 season 2
126
Bab 126 season 2
127
Bab 127 season 2
128
Bab 128 season 2
129
Bab 129 season 2
130
Bab 130 season 2
131
Bab 131 season 2
132
Bab 133 season 2
133
Bab 133 season 2
134
Bab 134 season 2
135
Bab 135 season 2
136
Bab 136 season 2
137
Bab 137 season 2
138
Bab 137 season 2
139
Bab 139 season 2
140
Bab 140 season 2
141
Bab 141 season 2
142
Bab 142 season 2
143
Bab 143 season 2
144
Bab 144 season 2
145
Bab 145 season 2
146
Bab 146 season 2
147
Bab 147 season 2
148
Bab 148 season 2
149
Bab 148 season 2
150
Bab 150
151
Bab 151 season 2
152
Bab 152 season 2
153
Bab 153 season 2
154
Bab 154 season 2
155
Bab 155 season 2
156
Bab 156 season 2
157
Bab 157 season 2
158
Bab 158 season 2
159
Bab 159 season 2
160
Bab 160 season 2
161
Bab 161 season 2
162
Bab 162 season 2
163
Bab 163 season 2
164
Bab 164
165
Bab 165 season 2
166
Bab 166 season 2
167
Bab 167 season 2
168
Bab 168 season 2
169
Bab 169 season 2
170
Bab 170 season 2
171
Bab 171 season 2
172
Bab 172 season 2
173
Bab 173 season 2
174
Bab 174 season 2
175
Bab 175 season 2
176
Bab 176 season 2
177
Bab 177 season 2
178
Bab 178 season 2
179
Bab 179 season 2
180
Bab 180 season 2
181
Bab 181 season 2
182
Bab 182 season 2
183
Bab 183 season 2
184
Bab 184 season 2
185
Bab 185 season 2
186
Bab 186 season 2
187
Bab 187 season 2
188
Bab 188 season 2
189
Bab 189 season 2
190
Bab 190 season 2
191
Bab 191 season 2
192
Bab 192 season 2
193
Bab 193 season 2
194
Bab 194 season 2
195
Bab 195 season 2
196
Bab 196 season 2
197
Bab 197 season 2
198
Bab 198
199
Bab 199 season 2
200
Bab 200 season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!