"Wah ini hunian mirip dengan milik daddy dulu."ucap Megan yang baru saja datang.
"Megan."ucap Adista yang melirik kedatangan sahabatnya itu karena memang pintu itu tidak di tutup rapat jadi Megan langsung masuk.
"Heumm, benarkah?."tanya Adista.
"Tentu saja, boleh aku keliling."ucap Megan young memang sangat mengenal hunian tersebut karena diantara keseluruhan hunian tersebut memiliki ruangan yang berbeda-beda, tidak semua satu tipe tapi ada di antaranya yang membedakan.
Morgan ingat saat pertama kali bertemu dengan Daddynya di tempat itu, Daddynya bilang dari seluruh gedung apartemen itu ada dua hunian yang akan pria itu tempati dan keduanya memiliki tipe yang cukup mirip.
Pria itu juga berkata jika kedua hunian itu tidak dijual ataupun disewakan itu khusus milik pribadi.
Sepanjang penelusuran tempat tersebut, Megan tidak berbicara sedikitpun, tapi dia mengabadikan itu dengan kamera ponselnya.
Adista sendiri tidak curiga dengan itu, dia menganggap itu adalah satu keisengan yang dilakukan oleh gadis yang memang selalu bertingkah ajaib jika mereka tengah bersama.
Adista pun kembali sibuk dan bersiap dengan kegiatannya memberikan kucing makan siang setelah itu dia kembali bersiap mandi dan berganti pakaian untuk pergi jalan bareng bersama dengan Megan.
Penampilannya sudah sangat sempurna saat ini dia tampil layaknya anak muda seusianya.
Gadis itu sudah membawa tas selempang kesayangannya.
Tapi saat keluar dari dalam kamar, dirinya terkejut karena yang ada di sana bukan Megan. melainkan pria yang tadi sempat ingin menghukumnya.
"Dimana? teman ku Elang."tanya Adista yang kini menatap lekat wajah tampan itu.
"Dia sudah pergi mungkin saat aku datang."jawab Elang.
Tiba-tiba ponsel gadis itu berbunyi nyaring.
"Megan, kamu dimana?."ucap Adista.
Adista terlihat lesu saat Megan mengatakan bahwa ia membatalkan acara jalan-jalan tersebut karena ibunya meminta dia untuk kembali ke rumah.
"Sudah jelas."ucap pria itu yang kini merangkul pinggang gadis itu.
"Lepas aku harus berganti pakaian."ucap Adista.
"Kenapa?...apa? karena tidak jadi jalan-jalan."ucap Elang.
"Heumm."jawab Adista.
Elang pun langsung membingkai wajah gadis cantik itu yang kini sudah sangat rapi dan wangi dengan penampilannya itu.
"Ayo jalan-jalan sepuasnya kamu mau pergi kemana sore ini biar aku temani."ucap Elang.
"Aku rindu kedua orang tuaku, apa? boleh kita pergi keluar kota."ucap Adista.
"Orang tua mu yang mana? karena setahuku keduanya sudah bercerai dan mereka sudah punya keluarga masing-masing."ucap Elang yang benar-benar membuat gadis itu terkejut.
"A apa? M maksud mu."ucap Adista yang kini memegangi kepalanya itu.
"Aku bertanya sebenarnya orang tua yang mana yang ingin kamu kunjungi."ucap Elang.
"Mereka membohongi ku lagi."ucap Adista yang kini berjalan mundur dia meraih handphone lalu mengetik sebuah nomor telepon rumah, dan saat panggilan itu di jawab suara pria asing yang menjawab telepon itu dan terdengar suara sang Mama yang terdengar bertanya siapa? yang menelpon dengan sangat mesra dan sebuah kecupan terdengar jelas.
Handphone Adista seketika terlepas dari tangannya bersamaan dengan tangis yang sedari tadi ia tahan kini pecah tidak tertahankan.
Adista benar-benar menangis pilu tubuhnya merosot ke lantai wajah cantik itu kini tertunduk kebawah dan hanya lutut yang menjadi tumpuan tubuhnya bergetar hebat saat ini dia benar-benar rapuh.
Elang pun mendekat lalu berkokok di hadapan Adista dan meraih tengkuk Gadis itu menyandarkan kepalanya Adista di bahunya.
Adista semakin terisak di bahu Elang.
Elang pun mengangkat tubuh ramping itu dengan sekali tarikan dan membawa gadis itu kearah sofa tempat di pangkuannya wajah gadis itu terbenam di dada bidang Elang.
"Menangis lah sampai kamu puas sampai air mata itu tidak lagi keluar, dan kamu bisa menerima semuanya. bahwa Ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan."ucap Elang.
"Kenapa? harus ada pertemuan jika akhirnya harus ada perpisahan.... dan kenapa? harus aku yang mereka korbankan demi kebahagiaan."ucap Adista.
"Setiap manusia punya jalan hidup masing-masing begitu juga dengan mereka, mereka berhak memilih jalan hidup yang mereka inginkan."ucap Elang.
"Baiklah jika mereka sudah tidak peduli lagi dengan ku, aku akan mati saja."ucap Adista yang kini hendak turun dari pangkuan Elang.
"Jangan lakukan hal bodoh Adista! jika mereka sudah tidak peduli lagi dengan mu masih ada aku yang akan selalu ada untukmu. kita akan segera menikah."ucap Elang.
Tapi Adista langsung menggelengkan kepalanya saat itu juga, Adista tidak tau kenapa? ada keraguan yang begitu besar terhadap pria yang kini tengah mendekapnya erat.
"Aku akan berhenti kuliah dan akan pergi jauh dari negara ini."ucap Adista.
"Kamu ingin tinggal di mana?."tanya elang.
"Diujung dunia dimana sudah tidak ada lagi kehidupan."ucap Adista.
"Aku tau saat ini kamu sedang sangat putus asa, jadi bicaramu melantur rapihkan dirimu aku akan mengajak mu ke suatu tempat yang indah."ucap Elang.
Tapi Adista menggeleng pelan.
"Apa? tidak ingin melihat tempat yang belum pernah kamu kunjungi."ucap Elang.
"Apa? ada tempat terindah di dunia yang bisa membuat kita lupa dengan rasa sakit."ucap Adista.
"Tentu saja ada? ayo kita berlibur."ucap Elang.
Adista pun bangkit dari pangkuan pria yang sejak tadi berusaha memberikan semangat kepada dirinya.
"Tunggu sebentar."ucap gadis itu.
Sementara Elang menghubungi seseorang untuk menyiapkan villa yang berada di pulau pribadi miliknya itu.
Tidak hanya itu dia juga meminta disiapkan barang-barang pribadinya.
Dia akan berlibur di sana selama yang Adista mau dia juga akan menitipkan kucing kesayangan gadis itu di tempat penitipan kucing.
Elang tidak ingin Adista terbebani, lagi pula di apartemen tersebut sudah ada larangan sejak awal diresmikan bahwa tidak ada yang boleh membawa hewan peliharaan di gedung tersebut.
Namun karena Elang tidak ingin mengecewakan gadis itu dia pun diam-diam sudah bicara pada sekuriti di sana untuk tidak melarang Adista memelihara kucing tersebut dan diharuskan untuk mengawasi kucing itu jika tanpa sengaja kabur atau berkeliaran di gedung tersebut.
Adista sudah bersiap dengan membawa koper berukuran kecil dia pun sudah memperbaiki penampilannya.
Elang meraih koper itu dan merangkul pinggang Adista berjalan berdampingan.
Tapi tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya.
"Sebentar, Gege dimana Gege."ucap gadis itu yang kini terlihat panik.
"Sudah di titip di penitipan hewan nanti setelah pulang kita ambil kembali."ucap Elang.
Sementara itu di kediaman Astrid, Megan kini tengah memperlihatkan bukti-bukti tentang apa? yang tadi ia lihat.
Tapi bukannya dia mencurigai sang daddy selingkuh, dia hanya penasaran dengan apa?yang terjadi dengan hunian tersebut.
...**********...
"Daddy mu bilang bahwa saat ini apartemen itu sedang di sewakan pada mahasiswi dari luar kota."ucap Astrid.
"Ya, dia teman satu jurusan dengan ku mom."ucap Megan.
"Berarti gadis itu bukan gadis sembarangan."ucap Astrid.
"Heumm, dia juga memiliki fasilitas yang tidak jauh beda dengan Megan."ucap Megan.
"Lain kali kita bahas itu, tadi saat kamu ke apartemen apa? kamu tidak bertemu dengan Daddy mu."tanya Astrid.
Tidak mom, mungkin daddy langsung istirahat."ucap Megan.
"Ya,,,, kasihan dia sudah beberapa hari ini Daddy mu kurang istirahat."ucap Astrid.
Sementara saat ini pria yang mereka bahas sudah berada di dalam pesawat jet pribadi untuk berangkat menuju pulau pribadi miliknya.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan yang terjadi karena Adista masih memikirkan kejadian tadi.
Dia benar-benar tidak habis pikir kenapa? kedua orang tuanya harus membohongi dirinya waktu itu, kenapa? mereka tidak pernah berterus terang kepada dirinya jika ternyata mereka sudah tidak bisa bersama lagi.
"Mau sampai kapan kamu meratapi hidup mu, aku tidak ingin melihat mu terus seperti ini."ucap Elang.
"Elang, apa? rasanya sesakit ini saat dibohongi oleh orang terkasih."ucap Adista.
"Ya, mungkin saja karena aku tidak pernah dibohongi oleh siapapun."ucap Elang.
"Heumm.... mungkin karena kamu tinggal di dalam keluarga yang utuh."ucap Adista.
"Kedua orang tua ku sudah tidak ada sejak aku lahir, dan aku dibesarkan oleh nenek ku."ucap Elang.
"Setidaknya itu jauh lebih baik daripada ada tapi tidak peduli dengan perasaan anaknya seperti ini."ucap Adista.
"Tidak dengan kedua orang tuaku, mereka adalah orang-orang yang sangat baik hingga kematiannya selalu di kenang setiap tahunnya oleh para pelayan dan kerabat."ucap Elang lagi.
"Rasanya tidak adil jika orang yang paling baik harus pergi secepat itu."ucap Adista.
"Karena Tuhan sangat menyayangi mereka berdua hingga tidak ingin mereka berbuat dosa."ucap Elang.
"Heumm..."lirih Adista yang ternyata sudah terlelap saat ini.
Elang tidak tahu jika gadis itu bisa tidur di keadaan seperti itu.
Tapi Elang langsung menyelimuti gadis itu karena ini sudah larut malam.
Adista pun terbangun di sebuah kamar megah yang entah dimana?.
Gadis itu entah sedang bermimpi atau dia sudah meninggal dunia karena yang Adista ingat dia tadi sedang berada di dalam pesawat.
Tapi saat dia melihat ke sisi kiri dia melihat Elang yang kini tengah memunggunginya saat ini.
Sinar matahari yang masuk dari celah gorden yang kini terlihat menyilaukan mata tersebut, Adista pun turun dengan menggunakan lingerie entah milik siapa? dan siapa? yang menggantikan pakaiannya itu, Adista tiba-tiba mematung lalu ia menjerit kaget saat sadar dengan pakaian yang yang terlihat menerawang itu.
Elang yang mendengar jeritan Adista tiba-tiba dia terjaga dari tidurnya dan melirik ke arah sumber suara.
"Ada apa? sayang kenapa? kamu berteriak aku masih mengantuk."tanya Elang.
"Katakan padaku siapa? yang sudah mengganti pakaian ku dengan saringan santan ini!."tanya Adista.
"Aku yang menggantikan itu sayang tapi kamu tidak usah khawatir semua aman ko."ucap Elang.
Pria itu menatap wajah cantik khas bangun tidur dari wanita sipit itu.
"Buka matamu sayang, apa? Tidak kesulitan melihat semua ini."ucap Elang dengan sengaja menggoda gadis cantik itu.
"Kau bercanda Elang, tuhan yang memberikan ini padaku."ucap Adista yang bergegas pergi menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut.
"Heumm,,, aku tau itu, tapi asal kamu tahu, aku sangat mencintaimu dengan semua kekurangan dan juga kelebihan yang kamu miliki honey."ucap Elang sambil tersenyum.
Pria itu bangkit dari ranjang, dia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, dia yang kini menggunakan celana pendek dan undersrt terlihat begitu seksi dengan tubuh atletis yang ia miliki.
Setelah Adista keluar dari dalam kamar mandi dan hanya menggunakan bathrobe akhirnya gadis itupun menghentikan langkahnya saat melihat Elang menatap lekat kearahnya.
"Dimana? koper ku, maaf aku tidak bilang jika aku menggunakan semua yang ada di dalam sana yang entah milik siapa? mungkin milik kekasih mu atau istri."ucap Adista.
"Kau bicara apa? jangan ngelantur, itu semua tersedia untuk mu."ucap Elang yang terlihat menyembunyikan rasa kesalnya.
"Heumm, lagipula tidak masalah jika kamu sudah punya istri. kita tidak punya hubungan spesial jadi aku bisa pergi kapanpun itu."ucap Adista lagi sambil menatap cermin.
"Jaga bicaramu, aku tidak suka kamu selalu berucap sembarangan seperti itu."kata Elang.
"Heumm...maaf."ucap Adista.
Elang yang kini mengeratkan genggaman tangannya dia buru-buru masuk kedalam kamar mandi.
Elang sempat menonjok dinding sekuat tenaga karena rasa sakit saat mendengar kata pisah dari Adista yang teramat ia cintai.
Elang tidak bisa berkata jujur jika dirinya bukan pria singgel dan dia juga tidak bisa kehilangan Adista.
Elang buru-buru mandi saat ini dia ingin bermain jetski di pantai bersama dengan gadis pujaannya itu.
Sampai saat Adista sudah berpakaian dengan menggunakan dress selutut berwarna putih floral.
Rambut Adista yang di gulung asal memperlihatkan leher jenjangnya itu yang putih mulus tersebut membuat siapapun yang melihatnya sulit untuk berkedip.
"Jeny black pink."ucap seseorang yang kini memeluk dirinya dari belakang saat Adista melihat pemandangan pulau tersebut dari arah balkon.
"Tidak lucu Elang."ucap Adista lirih.
"Tapi itu yang sering orang bilang tentang mu."ucap Elang yang kini memeluk erat Adista dan menghirup aroma shampo yang terasa menyenangkan.
Tubuh Elang yang sedikit lebih tinggi dari Adista membuat mereka terlihat serasi dari sisi manapun.
Adista pun mendongak ke atas menatap lekat wajah tampan yang tiba-tiba mengecup bibir nya.
"Sayang.... aku sangat mencintaimu."ucap Elang.
"Heumm... terimakasih."ucap Adista yang kini terlihat terbawa suasana romantis tersebut.
"Tidak perlu berterimakasih atas semua yang aku berikan untuk mu, cukup dengan bertahan di sisiku untuk selamanya karena aku tidak akan pernah melepaskan dirimu sampai kapan pun hingga raga ini sudah tidak bernyawa lagi."ucap Elang.
"Elang jangan bicara seperti itu, karena takdir hidup kedepannya tidak tau akan seperti apa? kita cukup jalani apa? yang ada didepan."ucap Adista.
"Aku pastikan itu adalah sebuah janji yang tidak akan pernah aku ingkari."ucap Elang.
"Ayo jalan-jalan aku akan membawa mu bermain jetski."ucap Elang.
"Tidak mau Elang.... aku takut."ucap Adista.
"Kenapa? heumm...ada aku kita akan terus saling berpelukan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments