"Mama ikut tunggu di apartemen tempat aku tinggal ini kuncinya Mama dan papa bisa istirahat sambil menunggu ku pulang kuliah."ucap gadis itu memberikan kunci dan alamat apartemen tempat dia tinggal.
Keduanya pun mengangguk, sementara Adista kini tengah buru-buru masuk kelas karena sudah hampir terlambat.
Gadis itu bahkan hampir saja terlambat beberapa menit.
Beruntung saat dia masuk dosen pengajar pun masuk.
Gadis itu langsung fokus kedepan saat dosen menyapa mereka.
Adista yang kini duduk di barisan ketiga dia diapit oleh keempat orang pria, tapi tidak dia kini tengah melirik ke arah bangku milik Megan.
Bangku itu kosong, mungkin Megan benar-benar dilarang untuk berteman dengan dirinya.
Setelah jam kuliah pertama usai, Adista pun langsung bergegas pergi menuju toilet umum.
Gadis itu tidak tau jika saat ini dia tengah diikuti oleh Gibran yang penasaran dengan perkataannya tadi.
"Dista."ucap Gibran.
Adista langsung menoleh.
"Gibran aku mohon pergi jangan mendekat bukan aku tak ingin berteman dengan mu tapi ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan."ucap Adista.
"Siapa? orang itu."ucap Gibran bertanya.
"Aku tidak tahu dan tidak bisa memberitahu mu cepat pergi dari sini."ucap Adista.
"Aku tidak takut dengan itu Adista, yang aku takutkan adalah kamu berada di dalam bahaya."ucap pemuda itu.
"Aku dilarang untuk berdekatan dengan siapapun, selama aku patuh nyawaku aman. aku minta maaf pergilah aku tidak ingin kamu dalam bahaya."ucap Adista.
"Tapi Dista."ucap Gibran.
"Tidak Gibran aku mohon jangan bertanya lagi."ucap Adista.
Tiba-tiba saja handphone Adista berdering saat itu juga.
"Masih berani membangkang."suara dingin itu terdengar menusuk jantung.
Wajah Adista tiba-tiba berubah pucat.
Gibran sudah bisa menebak lalu merebut handphone Adista.
"Siapa? kamu jangan pernah membuat Adista ketakutan atau aku akan membuat mu menyesal."ucap Gibran lantang.
^^^"Kau masih bisa mengancam ku disaat nyawamu ada di ujung tanduk, segera tinggalkan wanita ku sebelum kau menyesal."ucap pria itu terdengar sangat dingin.^^^
Adista langsung pergi meninggalkan Gibran yang kini tengah berpikir keras.
"Dista jangan takut aku janji akan melakukan apapun untuk bisa melepaskan mu darinya."ucap Adista.
Adista hanya menggeleng pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya itu membuat Gibran merasakan tidak berdaya.
Sampai saat seseorang menjemput Adista yang kini telah membawa peralatan kuliahnya.
Gadis itu hanya berurai air mata karena sudah merasa lelah dengan semua itu, dia tidak tahu harus bagaimana? menyikapi Elang.
Sesampainya di parkiran kampus, orang tersebut mengarahkan Adista untuk masuk kedalam sebuah mobil yang tidak pernah Adista lihat.
Adista pun hanya bisa menurut, dia tidak ingin Gibran celaka.
Adista dibawa ke sebuah rumah mewah yang memiliki pagar yang menjulang tinggi dengan beberapa orang bodyguard yang kini hilir mudik menjaga rumah tersebut.
"Masuk Nona."ucap orang itu.
Adista tidak berani bertanya kepada siapapun yang ada di sana.
Gadis itu memilih bungkam ketimbang buang-buang tenaga.
Karena percuma saja, dia tidak akan pernah menemukan jawaban yang dia inginkan dia hanya harus patuh seperti kucing peliharaan.
"Tunggu di kamar ini Nona sebelum tuan muda datang."ucap ketua pelayan tersebut.
Adista lagi-lagi hanya terdiam tanpa kata.
Adista menatap ke sekeliling kamar dari rumah mewah tersebut.
Disana terdapat foto Elang yang tengah latihan menembak dan saat pria itu berkuda.
"Siapa? kamu sebenarnya tuan Elang, kenapa? kau lebih mengerikan dari seorang ayah tiri."ucap Adista.
"Sudah puas memandangi ku."suara seseorang yang terasa sangat dingin dan menusuk tulang.
"Kenapa? aku dibawa kesini."tanya Adista.
"Rumah ini rumah tempat tinggal mu mulai sekarang."ucap Elang.
"Orang tua ku sudah."
"Mereka sudah pulang."potong Elang.
"Apahhh! itu tidak mungkin mereka datang untuk menjemput ku."ucap Adista yang terlihat bersedih.
"Aku sudah bilang jika kamu tidak akan pernah bisa pergi tanpa ijin dariku."ucap Elang tegas.
"Apa? yang kamu mau dariku cepat katakan."ucap Adista yang kini benar-benar merasa jengah.
"Simpel saja jangan pernah membantah dengan apa yang aku ucapkan."ucap Elang.
"Bunuh saja aku setelah itu kamu tidak akan pernah lagi melihat pembangkang seperti ku."ucap Adista.
"Kau."ucap Elang yang kini terlihat melotot tajam.
"Ya, aku kenapa?."ucap Adista tidak lagi mau mengalah.
"Bunuh pria itu sekarang juga."ucap Elang datar.
"Siapa? yang kamu maksud jangan lakukan itu aku mohon."ucap Adista yang merasa itu ditujukan untuk mengancam dirinya.
"Sudah terlambat."ucap Elang yang kini langsung bergegas pergi.
Tapi Adista langsung berlari mengejar elang memohon agar pria itu melepaskan orang yang saat ini akan dibunuh oleh anak buahnya itu.
"Please jangan lakukan itu, aku janji aku akan menurut,"ucap Adista yang kini bercucuran air mata.
Elang kembali berjalan ke hadapan Adista.
"Apa? kamu yakin bisa memenuhi janji mu."ucap Elang.
Adista pun mengangguk yakin, sementara pria itu tersenyum licik.
"Memohon lah dengan baik dan benar."ucap pria tampan itu.
Adista masih menangis dalam diam, dia menatap lekat wajah pria tampan yang kini tengah menatap lekat pada dirinya.
Adista pun mendekat kehadapan Elang yang kini tengah duduk sambil tumpang kaki di atas meja tersebut.
Adista pun berlutut di lantai di menyatukan dua tangannya lalu dia memohon, sambil berderai air mata.
Elang yang melihat itu langsung berdecih sambil membuang pandangannya.
Pria itu langsung bergegas bangkit lalu melangkah pergi meninggalkan gadis yang kini meraih kakinya itu dan memohon disana.
Demi pria sialan itu kau berani merendahkan dirimu, aku tidak menyangka cintamu begitu besar."ucap Elang.
Pria itu pergi begitu saja setelah menghempaskan tangan Agista.
"Tuan Elang, aku mohon jangan lakukan itu jangan bunuh orang lain karena aku, aku yang tidak menurut padamu."ucap Adista yang kini berterimakasih memohon sambil menangis sesenggukan.
Tapi Elang tidak peduli itu dia langsung pergi meninggalkan rumah tersebut, Elang benar-benar tidak terima wanita yang ia cintai rela merendahkan diri memohon demi seorang pria yang bahkan baru ia kenal.
"Bajingan, aku akan benar-benar membunuhmu dengan tanganku sendiri."ucap Elang.
Dor....
Dor....
Dor.....
Pria itu mengamuk dia menembak semua boto dan benda lainnya yang ada di sana.
Pria itu benar-benar terluka saat melihat wanita yang ia cintai memohon untuk pria lain yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya.
"Kenapa?.... kenapa! kau lakukan ini ahhhhhh sialan bajingan."ucap Elang membuat seluruh anak buahnya ketakutan.
Pria itu terus mengamuk hingga seorang anak buahnya membawakan minuman beralkohol.
...****************...
Kini seorang wanita paruh baya mendatangi Adista, dia membawa segelas air putih dan wanita itu langsung membantu Adista untuk bangkit dan duduk di sofa setelah ia menyimpan nampan itu di meja.
Wanita itu kini menyodorkan tissue pada Adista yang kini masih menangis dalam diam.
"Tuan muda orangnya memang seperti itu, tapi hatinya sangat baik, cobalah untuk tidak melawan petarungnya maka semuanya akan baik-baik saja."ucap wanita itu.
"Tapi saya bukan binatang peliharaan yang akan selalu mengikuti perkataannya dia."ucap Adista.
"Tuan muda tidak pernah membawa wanita manapun ke rumah utama ini, karena nyonya besar pernah bilang. pantang rumah ini dimasuki wanita manapun kecuali dia wanita yang sangat ia cintai dan merupakan cinta sejatinya."ucap wanita itu.
"Tapi saya bukan siapa-siapa dia."ucap Adista.
"Itu tidak mungkin nona, tuan Elang bahkan tidak akan pernah membiarkan orang lain masuk kedalam kamar ini kecuali saya yang sejak dulu mengurus segala kebutuhan tuan muda."ucap wanita paruh baya itu.
"Adista pun terdiam, dia tidak mau mengira-ngira tapi yang jelas untuk sementara waktu ia akan mencoba untuk mengikuti kemauan Elang.
Karena setelah mendengar penuturan dari wanita itu Elang adalah pria baik-baik.
Biarlah dia akan percaya dengan semua itu, meskipun hatinya tetap waspada terhadap Elang.
Wanita paruh baya itu memberikan sebuah paper bag berisi sebuah dress selutut yang akan ia kenakan setelah mandi nanti.
Adista pun bergegas menuju kamar mandi, dia ingin menenangkan diri disana sambil berendam.
Gadis itu pun menggunakan sabun yang tersedia di dalam paper bag tersebut.
Adista pun kini memejamkan matanya setelah dia benar-benar berendam di dalam bathtub-e tersebut.
Adista pun tertidur hingga air hangat itu berubah menjadi dingin gadis itu baru sadar jika saat ini dia masih berada di dalam kamar mandi.
Adista pun membersihkan sisa busa sabun yang masih menempel di tubuh itu.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, dia pun menyisir rambut panjang lurus tersebut lalu menggulungnya asal.
Setelah selesai bercermin dia pun duduk di sofa dan meraih sebuah majalah bisnis tidak pernah dia baca yang ada di sana.
Perlahan tapi pasti mata Adista didera oleh rasa kantuk berlebih hingga dia tertidur pulas di sofa.
Dia bahkan tidak tahu kehadiran seseorang yang kini masuk kedalam kamar itu dan memperhatikan wajah cantik dengan mata sipit dan hidup mancung bibir tipis yang begitu ranum meskipun tidak menggunakan lipstik.
Pria itu pun merapihkan poni yang kini menutup sebagian wajahnya itu.
"Aku sangat mencintaimu, dan sampai kapan pun aku tak akan pernah melepaskan mu. meskipun dunia ini sudah akan berakhir."ucap pria itu lirih.
Adista yang kini terjaga di tengah malam buta, dia kaget karena dirinya saat ini tengah tidur di atas ranjang yang berukuran king size tersebut dengan seorang pria yang kini tidur memeluk bantal guling dan memunggungi dirinya.
Gadis itu langsung memeriksa keadaannya hingga dia merasa bahwa dirinya benar-benar aman.
"Kau masih aman, saat ini jadi jangan buat aku benar-benar memaksamu jika kau terus bergerak-gerak dan mengganggu tidurku."ucap Elang.
"Tidurlah aku hanya menumpang sebentar setelah itu aku akan pulang."ucap pria itu.
Adista pun terdiam mematung di tempatnya dia tidak bisa untuk memejamkan matanya kembali, dia benar-benar takut sesuatu akan terjadi.
Meskipun mereka tidur berjauhan dan tidak saling berhadapan.
Sampai pukul empat pagi, Elang beranjak dari tidurnya dia langsung bergegas menuju kamar mandi dan itu membuat Adista bernafas lega .
Elang kini tengah berada di dalam kamar mandi menndi dan seseorang datang untuk menyiapkan segala keperluan pria itu.
Adista hanya mengintip sambil berpura-pura tertidur.
Tidak lama setelah itu Elang pun keluar dengan menggunakan bathrobe pria itu terlihat habis mandi.
Sementara Adista pun memejamkan mata kuat-kuat karena tidak ingin melihat pria itu saat ini dia begitu tampan dan seksi.
Mungkinkah itu sihir' atau sulap, kenapa? Adista tiba-tiba melihat pria itu dengan penglihatan yang aneh menurutnya.
"Ah.... tidak-tidak aku hanya bermimpi."ucap Adista yang kini tengah gelisah di dalam hatinya.
"Kenapa? kamu tidak bangun dan bantu aku berpakaian daripada sibuk berfantasi dan menahan diri untuk tidak melihat ketampanan ku."ucap Elang yang seakan tahu dengan apa? yang ia pikirkan saat ini.
Adista tidak bergeming sedikitpun, dia benar-benar tidak ingin membuka mata, karena selain malu dia juga masih mengantuk.
Sampai wanita paruh baya itu keluar sesuai isyarat yang Elang berikan.
"Bangun dia sudah pergi keluar, sekarang tidak ada siapapun yang akan membantu aku bersiap. hari ini aku akan keluar kota dan aku harap kamu bisa patuh pada peraturan selama aku tidak ada."ucap Elang.
Gadis itu baru akan bangun, tapi tiba-tiba."Ahhhhhh... sakit..... gadis itu meringis kesakitan.
Elang langsung bergegas menghampiri gadis itu yang kini terlihat pucat pasi.
"Dimana? yang sakit cepat tunjukkan."ucap pria yang kini sudah memangku Adista.
"Perut aku sakit sekali, ahhh...."ucap Adista.
Pria itu refleks mengisap perut Adista dengan lembut dan hal itu tiba-tiba Adista merasa nyaman.
"Apa? kamu tidak makan siang dan makan malam juga.", ucap Elang bertanya.
Adista hanya mengangguk pelan."Apa? kau ingin mati."ucap Elang kaget.
"Tidak ada yang menawarkan makanan disini, sementara aku hanya terkurung di dalam kamar ini."ucap Adista.
"Owh ya ampun, Adista aku memang mengurung mu, tapi bukan berarti kamu tidak bisa keluar dari dalam kamar untuk mencari atau meminta makanan pada pelayan rumah."ucap Elang yang kini terlihat merasa bersalah.
"Aku pikir kamu sengaja membuat aku kelaparan hingga aku tak meminta itu."ucap Adista.
"Sekarang tunggu disini, aku akan meminta koki untuk menyiapkan bubur. lambung kamu pasti tidak akan kuat makan-makan yang lain untuk sementara waktu."ucap Elang yang kini terlihat sangat perhatian.
"Tidak usah besok pagi saja."ucap Adista.
"Apa? kau tidak lihat ini sudah pagi."ucap Elang yang menunjukkan bahwa saat ini sudah pukul lima pagi.
"Aku tidak tau itu."ucap Adista lirih.
Sementara saat ini tanpa sadar tangan Elang masih megelus perut Adista.
"Apa? jika aku menurut kamu akan mengikuti semua keinginan ku."ucap Adista bertanya.
Elang pun menatap lekat wajah cantik itu.
Adista yang tidak kunjung mendapatkan jawaban pun langsung menunduk menghindari tatapan mata Elang saat ini.
"Kau akan mendapatkan kebebasan dariku, dan kamu bisa kembali kuliah tapi ingat tetap jaga jarak dari pria lain karena aku tidak suka wanita ku berdekatan dengan pria manapun."ucap Elang.
"Baiklah aku akan menurut."lirih Gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments