Bab 5

"Mama ikut tunggu di apartemen tempat aku tinggal ini kuncinya Mama dan papa bisa istirahat sambil menunggu ku pulang kuliah."ucap gadis itu memberikan kunci dan alamat apartemen tempat dia tinggal.

Keduanya pun mengangguk, sementara Adista kini tengah buru-buru masuk kelas karena sudah hampir terlambat.

Gadis itu bahkan hampir saja terlambat beberapa menit.

Beruntung saat dia masuk dosen pengajar pun masuk.

Gadis itu langsung fokus kedepan saat dosen menyapa mereka.

Adista yang kini duduk di barisan ketiga dia diapit oleh keempat orang pria, tapi tidak dia kini tengah melirik ke arah bangku milik Megan.

Bangku itu kosong, mungkin Megan benar-benar dilarang untuk berteman dengan dirinya.

Setelah jam kuliah pertama usai, Adista pun langsung bergegas pergi menuju toilet umum.

Gadis itu tidak tau jika saat ini dia tengah diikuti oleh Gibran yang penasaran dengan perkataannya tadi.

"Dista."ucap Gibran.

Adista langsung menoleh.

"Gibran aku mohon pergi jangan mendekat bukan aku tak ingin berteman dengan mu tapi ada sesuatu yang sulit untuk dijelaskan."ucap Adista.

"Siapa? orang itu."ucap Gibran bertanya.

"Aku tidak tahu dan tidak bisa memberitahu mu cepat pergi dari sini."ucap Adista.

"Aku tidak takut dengan itu Adista, yang aku takutkan adalah kamu berada di dalam bahaya."ucap pemuda itu.

"Aku dilarang untuk berdekatan dengan siapapun, selama aku patuh nyawaku aman. aku minta maaf pergilah aku tidak ingin kamu dalam bahaya."ucap Adista.

"Tapi Dista."ucap Gibran.

"Tidak Gibran aku mohon jangan bertanya lagi."ucap Adista.

Tiba-tiba saja handphone Adista berdering saat itu juga.

"Masih berani membangkang."suara dingin itu terdengar menusuk jantung.

Wajah Adista tiba-tiba berubah pucat.

Gibran sudah bisa menebak lalu merebut handphone Adista.

"Siapa? kamu jangan pernah membuat Adista ketakutan atau aku akan membuat mu menyesal."ucap Gibran lantang.

^^^"Kau masih bisa mengancam ku disaat nyawamu ada di ujung tanduk, segera tinggalkan wanita ku sebelum kau menyesal."ucap pria itu terdengar sangat dingin.^^^

Adista langsung pergi meninggalkan Gibran yang kini tengah berpikir keras.

"Dista jangan takut aku janji akan melakukan apapun untuk bisa melepaskan mu darinya."ucap Adista.

Adista hanya menggeleng pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya itu membuat Gibran merasakan tidak berdaya.

Sampai saat seseorang menjemput Adista yang kini telah membawa peralatan kuliahnya.

Gadis itu hanya berurai air mata karena sudah merasa lelah dengan semua itu, dia tidak tahu harus bagaimana? menyikapi Elang.

Sesampainya di parkiran kampus, orang tersebut mengarahkan Adista untuk masuk kedalam sebuah mobil yang tidak pernah Adista lihat.

Adista pun hanya bisa menurut, dia tidak ingin Gibran celaka.

Adista dibawa ke sebuah rumah mewah yang memiliki pagar yang menjulang tinggi dengan beberapa orang bodyguard yang kini hilir mudik menjaga rumah tersebut.

"Masuk Nona."ucap orang itu.

Adista tidak berani bertanya kepada siapapun yang ada di sana.

Gadis itu memilih bungkam ketimbang buang-buang tenaga.

Karena percuma saja, dia tidak akan pernah menemukan jawaban yang dia inginkan dia hanya harus patuh seperti kucing peliharaan.

"Tunggu di kamar ini Nona sebelum tuan muda datang."ucap ketua pelayan tersebut.

Adista lagi-lagi hanya terdiam tanpa kata.

Adista menatap ke sekeliling kamar dari rumah mewah tersebut.

Disana terdapat foto Elang yang tengah latihan menembak dan saat pria itu berkuda.

"Siapa? kamu sebenarnya tuan Elang, kenapa? kau lebih mengerikan dari seorang ayah tiri."ucap Adista.

"Sudah puas memandangi ku."suara seseorang yang terasa sangat dingin dan menusuk tulang.

"Kenapa? aku dibawa kesini."tanya Adista.

"Rumah ini rumah tempat tinggal mu mulai sekarang."ucap Elang.

"Orang tua ku sudah."

"Mereka sudah pulang."potong Elang.

"Apahhh! itu tidak mungkin mereka datang untuk menjemput ku."ucap Adista yang terlihat bersedih.

"Aku sudah bilang jika kamu tidak akan pernah bisa pergi tanpa ijin dariku."ucap Elang tegas.

"Apa? yang kamu mau dariku cepat katakan."ucap Adista yang kini benar-benar merasa jengah.

"Simpel saja jangan pernah membantah dengan apa yang aku ucapkan."ucap Elang.

"Bunuh saja aku setelah itu kamu tidak akan pernah lagi melihat pembangkang seperti ku."ucap Adista.

"Kau."ucap Elang yang kini terlihat melotot tajam.

"Ya, aku kenapa?."ucap Adista tidak lagi mau mengalah.

"Bunuh pria itu sekarang juga."ucap Elang datar.

"Siapa? yang kamu maksud jangan lakukan itu aku mohon."ucap Adista yang merasa itu ditujukan untuk mengancam dirinya.

"Sudah terlambat."ucap Elang yang kini langsung bergegas pergi.

Tapi Adista langsung berlari mengejar elang memohon agar pria itu melepaskan orang yang saat ini akan dibunuh oleh anak buahnya itu.

"Please jangan lakukan itu, aku janji aku akan menurut,"ucap Adista yang kini bercucuran air mata.

Elang kembali berjalan ke hadapan Adista.

"Apa? kamu yakin bisa memenuhi janji mu."ucap Elang.

Adista pun mengangguk yakin, sementara pria itu tersenyum licik.

"Memohon lah dengan baik dan benar."ucap pria tampan itu.

Adista masih menangis dalam diam, dia menatap lekat wajah pria tampan yang kini tengah menatap lekat pada dirinya.

Adista pun mendekat kehadapan Elang yang kini tengah duduk sambil tumpang kaki di atas meja tersebut.

Adista pun berlutut di lantai di menyatukan dua tangannya lalu dia memohon, sambil berderai air mata.

Elang yang melihat itu langsung berdecih sambil membuang pandangannya.

Pria itu langsung bergegas bangkit lalu melangkah pergi meninggalkan gadis yang kini meraih kakinya itu dan memohon disana.

Demi pria sialan itu kau berani merendahkan dirimu, aku tidak menyangka cintamu begitu besar."ucap Elang.

Pria itu pergi begitu saja setelah menghempaskan tangan Agista.

"Tuan Elang, aku mohon jangan lakukan itu jangan bunuh orang lain karena aku, aku yang tidak menurut padamu."ucap Adista yang kini berterimakasih memohon sambil menangis sesenggukan.

Tapi Elang tidak peduli itu dia langsung pergi meninggalkan rumah tersebut, Elang benar-benar tidak terima wanita yang ia cintai rela merendahkan diri memohon demi seorang pria yang bahkan baru ia kenal.

"Bajingan, aku akan benar-benar membunuhmu dengan tanganku sendiri."ucap Elang.

Dor....

Dor....

Dor.....

Pria itu mengamuk dia menembak semua boto dan benda lainnya yang ada di sana.

Pria itu benar-benar terluka saat melihat wanita yang ia cintai memohon untuk pria lain yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya.

"Kenapa?.... kenapa! kau lakukan ini ahhhhhh sialan bajingan."ucap Elang membuat seluruh anak buahnya ketakutan.

Pria itu terus mengamuk hingga seorang anak buahnya membawakan minuman beralkohol.

...****************...

Kini seorang wanita paruh baya mendatangi Adista, dia membawa segelas air putih dan wanita itu langsung membantu Adista untuk bangkit dan duduk di sofa setelah ia menyimpan nampan itu di meja.

Wanita itu kini menyodorkan tissue pada Adista yang kini masih menangis dalam diam.

"Tuan muda orangnya memang seperti itu, tapi hatinya sangat baik, cobalah untuk tidak melawan petarungnya maka semuanya akan baik-baik saja."ucap wanita itu.

"Tapi saya bukan binatang peliharaan yang akan selalu mengikuti perkataannya dia."ucap Adista.

"Tuan muda tidak pernah membawa wanita manapun ke rumah utama ini, karena nyonya besar pernah bilang. pantang rumah ini dimasuki wanita manapun kecuali dia wanita yang sangat ia cintai dan merupakan cinta sejatinya."ucap wanita itu.

"Tapi saya bukan siapa-siapa dia."ucap Adista.

"Itu tidak mungkin nona, tuan Elang bahkan tidak akan pernah membiarkan orang lain masuk kedalam kamar ini kecuali saya yang sejak dulu mengurus segala kebutuhan tuan muda."ucap wanita paruh baya itu.

"Adista pun terdiam, dia tidak mau mengira-ngira tapi yang jelas untuk sementara waktu ia akan mencoba untuk mengikuti kemauan Elang.

Karena setelah mendengar penuturan dari wanita itu Elang adalah pria baik-baik.

Biarlah dia akan percaya dengan semua itu, meskipun hatinya tetap waspada terhadap Elang.

Wanita paruh baya itu memberikan sebuah paper bag berisi sebuah dress selutut yang akan ia kenakan setelah mandi nanti.

Adista pun bergegas menuju kamar mandi, dia ingin menenangkan diri disana sambil berendam.

Gadis itu pun menggunakan sabun yang tersedia di dalam paper bag tersebut.

Adista pun kini memejamkan matanya setelah dia benar-benar berendam di dalam bathtub-e tersebut.

Adista pun tertidur hingga air hangat itu berubah menjadi dingin gadis itu baru sadar jika saat ini dia masih berada di dalam kamar mandi.

Adista pun membersihkan sisa busa sabun yang masih menempel di tubuh itu.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, dia pun menyisir rambut panjang lurus tersebut lalu menggulungnya asal.

Setelah selesai bercermin dia pun duduk di sofa dan meraih sebuah majalah bisnis tidak pernah dia baca yang ada di sana.

Perlahan tapi pasti mata Adista didera oleh rasa kantuk berlebih hingga dia tertidur pulas di sofa.

Dia bahkan tidak tahu kehadiran seseorang yang kini masuk kedalam kamar itu dan memperhatikan wajah cantik dengan mata sipit dan hidup mancung bibir tipis yang begitu ranum meskipun tidak menggunakan lipstik.

Pria itu pun merapihkan poni yang kini menutup sebagian wajahnya itu.

"Aku sangat mencintaimu, dan sampai kapan pun aku tak akan pernah melepaskan mu. meskipun dunia ini sudah akan berakhir."ucap pria itu lirih.

Adista yang kini terjaga di tengah malam buta, dia kaget karena dirinya saat ini tengah tidur di atas ranjang yang berukuran king size tersebut dengan seorang pria yang kini tidur memeluk bantal guling dan memunggungi dirinya.

Gadis itu langsung memeriksa keadaannya hingga dia merasa bahwa dirinya benar-benar aman.

"Kau masih aman, saat ini jadi jangan buat aku benar-benar memaksamu jika kau terus bergerak-gerak dan mengganggu tidurku."ucap Elang.

"Tidurlah aku hanya menumpang sebentar setelah itu aku akan pulang."ucap pria itu.

Adista pun terdiam mematung di tempatnya dia tidak bisa untuk memejamkan matanya kembali, dia benar-benar takut sesuatu akan terjadi.

Meskipun mereka tidur berjauhan dan tidak saling berhadapan.

Sampai pukul empat pagi, Elang beranjak dari tidurnya dia langsung bergegas menuju kamar mandi dan itu membuat Adista bernafas lega .

Elang kini tengah berada di dalam kamar mandi menndi dan seseorang datang untuk menyiapkan segala keperluan pria itu.

Adista hanya mengintip sambil berpura-pura tertidur.

Tidak lama setelah itu Elang pun keluar dengan menggunakan bathrobe pria itu terlihat habis mandi.

Sementara Adista pun memejamkan mata kuat-kuat karena tidak ingin melihat pria itu saat ini dia begitu tampan dan seksi.

Mungkinkah itu sihir' atau sulap, kenapa? Adista tiba-tiba melihat pria itu dengan penglihatan yang aneh menurutnya.

"Ah.... tidak-tidak aku hanya bermimpi."ucap Adista yang kini tengah gelisah di dalam hatinya.

"Kenapa? kamu tidak bangun dan bantu aku berpakaian daripada sibuk berfantasi dan menahan diri untuk tidak melihat ketampanan ku."ucap Elang yang seakan tahu dengan apa? yang ia pikirkan saat ini.

Adista tidak bergeming sedikitpun, dia benar-benar tidak ingin membuka mata, karena selain malu dia juga masih mengantuk.

Sampai wanita paruh baya itu keluar sesuai isyarat yang Elang berikan.

"Bangun dia sudah pergi keluar, sekarang tidak ada siapapun yang akan membantu aku bersiap. hari ini aku akan keluar kota dan aku harap kamu bisa patuh pada peraturan selama aku tidak ada."ucap Elang.

Gadis itu baru akan bangun, tapi tiba-tiba."Ahhhhhh... sakit..... gadis itu meringis kesakitan.

Elang langsung bergegas menghampiri gadis itu yang kini terlihat pucat pasi.

"Dimana? yang sakit cepat tunjukkan."ucap pria yang kini sudah memangku Adista.

"Perut aku sakit sekali, ahhh...."ucap Adista.

Pria itu refleks mengisap perut Adista dengan lembut dan hal itu tiba-tiba Adista merasa nyaman.

"Apa? kamu tidak makan siang dan makan malam juga.", ucap Elang bertanya.

Adista hanya mengangguk pelan."Apa? kau ingin mati."ucap Elang kaget.

"Tidak ada yang menawarkan makanan disini, sementara aku hanya terkurung di dalam kamar ini."ucap Adista.

"Owh ya ampun, Adista aku memang mengurung mu, tapi bukan berarti kamu tidak bisa keluar dari dalam kamar untuk mencari atau meminta makanan pada pelayan rumah."ucap Elang yang kini terlihat merasa bersalah.

"Aku pikir kamu sengaja membuat aku kelaparan hingga aku tak meminta itu."ucap Adista.

"Sekarang tunggu disini, aku akan meminta koki untuk menyiapkan bubur. lambung kamu pasti tidak akan kuat makan-makan yang lain untuk sementara waktu."ucap Elang yang kini terlihat sangat perhatian.

"Tidak usah besok pagi saja."ucap Adista.

"Apa? kau tidak lihat ini sudah pagi."ucap Elang yang menunjukkan bahwa saat ini sudah pukul lima pagi.

"Aku tidak tau itu."ucap Adista lirih.

Sementara saat ini tanpa sadar tangan Elang masih megelus perut Adista.

"Apa? jika aku menurut kamu akan mengikuti semua keinginan ku."ucap Adista bertanya.

Elang pun menatap lekat wajah cantik itu.

Adista yang tidak kunjung mendapatkan jawaban pun langsung menunduk menghindari tatapan mata Elang saat ini.

"Kau akan mendapatkan kebebasan dariku, dan kamu bisa kembali kuliah tapi ingat tetap jaga jarak dari pria lain karena aku tidak suka wanita ku berdekatan dengan pria manapun."ucap Elang.

"Baiklah aku akan menurut."lirih Gadis itu.

Episodes
1 Bab:1
2 Bab 2
3 Bab: 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25.
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bangun 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121 season 2
122 Bab 122 season 2
123 Bab 123 season 2
124 BAb 124 season 2
125 Bab 125 season 2
126 Bab 126 season 2
127 Bab 127 season 2
128 Bab 128 season 2
129 Bab 129 season 2
130 Bab 130 season 2
131 Bab 131 season 2
132 Bab 133 season 2
133 Bab 133 season 2
134 Bab 134 season 2
135 Bab 135 season 2
136 Bab 136 season 2
137 Bab 137 season 2
138 Bab 137 season 2
139 Bab 139 season 2
140 Bab 140 season 2
141 Bab 141 season 2
142 Bab 142 season 2
143 Bab 143 season 2
144 Bab 144 season 2
145 Bab 145 season 2
146 Bab 146 season 2
147 Bab 147 season 2
148 Bab 148 season 2
149 Bab 148 season 2
150 Bab 150
151 Bab 151 season 2
152 Bab 152 season 2
153 Bab 153 season 2
154 Bab 154 season 2
155 Bab 155 season 2
156 Bab 156 season 2
157 Bab 157 season 2
158 Bab 158 season 2
159 Bab 159 season 2
160 Bab 160 season 2
161 Bab 161 season 2
162 Bab 162 season 2
163 Bab 163 season 2
164 Bab 164
165 Bab 165 season 2
166 Bab 166 season 2
167 Bab 167 season 2
168 Bab 168 season 2
169 Bab 169 season 2
170 Bab 170 season 2
171 Bab 171 season 2
172 Bab 172 season 2
173 Bab 173 season 2
174 Bab 174 season 2
175 Bab 175 season 2
176 Bab 176 season 2
177 Bab 177 season 2
178 Bab 178 season 2
179 Bab 179 season 2
180 Bab 180 season 2
181 Bab 181 season 2
182 Bab 182 season 2
183 Bab 183 season 2
184 Bab 184 season 2
185 Bab 185 season 2
186 Bab 186 season 2
187 Bab 187 season 2
188 Bab 188 season 2
189 Bab 189 season 2
190 Bab 190 season 2
191 Bab 191 season 2
192 Bab 192 season 2
193 Bab 193 season 2
194 Bab 194 season 2
195 Bab 195 season 2
196 Bab 196 season 2
197 Bab 197 season 2
198 Bab 198
199 Bab 199 season 2
200 Bab 200 season 2
Episodes

Updated 200 Episodes

1
Bab:1
2
Bab 2
3
Bab: 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25.
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bangun 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121 season 2
122
Bab 122 season 2
123
Bab 123 season 2
124
BAb 124 season 2
125
Bab 125 season 2
126
Bab 126 season 2
127
Bab 127 season 2
128
Bab 128 season 2
129
Bab 129 season 2
130
Bab 130 season 2
131
Bab 131 season 2
132
Bab 133 season 2
133
Bab 133 season 2
134
Bab 134 season 2
135
Bab 135 season 2
136
Bab 136 season 2
137
Bab 137 season 2
138
Bab 137 season 2
139
Bab 139 season 2
140
Bab 140 season 2
141
Bab 141 season 2
142
Bab 142 season 2
143
Bab 143 season 2
144
Bab 144 season 2
145
Bab 145 season 2
146
Bab 146 season 2
147
Bab 147 season 2
148
Bab 148 season 2
149
Bab 148 season 2
150
Bab 150
151
Bab 151 season 2
152
Bab 152 season 2
153
Bab 153 season 2
154
Bab 154 season 2
155
Bab 155 season 2
156
Bab 156 season 2
157
Bab 157 season 2
158
Bab 158 season 2
159
Bab 159 season 2
160
Bab 160 season 2
161
Bab 161 season 2
162
Bab 162 season 2
163
Bab 163 season 2
164
Bab 164
165
Bab 165 season 2
166
Bab 166 season 2
167
Bab 167 season 2
168
Bab 168 season 2
169
Bab 169 season 2
170
Bab 170 season 2
171
Bab 171 season 2
172
Bab 172 season 2
173
Bab 173 season 2
174
Bab 174 season 2
175
Bab 175 season 2
176
Bab 176 season 2
177
Bab 177 season 2
178
Bab 178 season 2
179
Bab 179 season 2
180
Bab 180 season 2
181
Bab 181 season 2
182
Bab 182 season 2
183
Bab 183 season 2
184
Bab 184 season 2
185
Bab 185 season 2
186
Bab 186 season 2
187
Bab 187 season 2
188
Bab 188 season 2
189
Bab 189 season 2
190
Bab 190 season 2
191
Bab 191 season 2
192
Bab 192 season 2
193
Bab 193 season 2
194
Bab 194 season 2
195
Bab 195 season 2
196
Bab 196 season 2
197
Bab 197 season 2
198
Bab 198
199
Bab 199 season 2
200
Bab 200 season 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!