Adista pun menoleh pada pria itu, pria yang sudah ia lihat beberapa kali, tapi Adista tidak tahu yang mana ayah dari Megan.
"Dista aku duluan ya, nanti kita pulang bersama karena saat ini pasti kamu buru-buru ."ucap Adista.
Adista pun mengangguk pelan dia berjalan mengikuti Megan Adista yang sudah tiba di mobilnya itu pun langsung bergegas masuk tapi tidak memperhatikan Megan masuk mobil yang mana.
Adista pun mulai melajukan mobilnya perlahan tanpa menoleh kesana-kemari seperti biasa dia akan fokus menyetir.
Alunan musik yang ia dengarkan saat ini membuat dirinya ingin bersenandung.
Adista yang membuka sedikit sedikit kaca jendela mobilnya dan disaat yang bersamaan dia melihat Megan berada di mobil yang tidak asing yang sering ia lihat di basement apartemen tersebut.
Adista yang tidak sempat memperhatikan penumpang lainnya karena mobil itu berbelok ke arah lain.
Adista pun kembali fokus pada jalanan yang padat merayap tersebut.
Ternyata di sana ada razia polisi yang tengah memeriksa surat-surat lengkap kendaraan.
Adista pun ikut berhenti karena saat ini beberapa orang polisi menghampiri mobilnya.
"Nona boleh tunjukkan surat-surat lengkap kendaraan anda."ucap para polisi yang terlihat gagah dan tampan itu.
"Boleh pak tunggu sebentar."ucap Adista yang mengambil surat kendaraan tersebut yang di simpan di atas dasbor karena sudah disiapkan.
"Heumm suratnya lengkap ini juga semua memenuhi persyaratan, tapi ingat harus tetap tertib saat berkendara ."ucap salah seorang dari mereka.
"Siap pak."ucap Adista yang kini tersenyum manis pada beberapa orang polisi tersebut.
Adista pun langsung bergegas pergi menuju kampus yang tinggal putar arah untuk masuk area kampus.
Adista yang datang lebih awal dia pun duduk sejenak di dalam mobil setelah memarkir mobil tersebut dengan cantik.
Dia membuka ponselnya untuk mengusir kejenuhan sebelum jam perkuliahan dimulai sambil menunggu tamanya Megan.
Saat dia membuka kotak pesan di aplikasi WhatsApp miliknya dia melihat pesan dari kedua orang tuanya yang menanyakan keberadaan nya mereka bahkan bilang akan menjemput Adista langsung.
"Kenapa? setelah hampir dua Minggu aku pergi dari rumah kalian baru sadar kalau aku tidak ada saat ini, orang tua macam apa kalian! mulai sekarang urus saja pasangan kalian masing-masing jangan lagi pedulikan aku anggap saja kalian tidak pernah punya anak seperti ku."ucap Adista yang benar-benar kecewa dengan kedua orang tuanya itu.
"Adista."ucap seseorang dari arah belakang.
Gadis itu tidak langsung menoleh tapi dia mengusap air matanya terlebih dahulu lalu menoleh meskipun wajah sembab itu masih terlihat jelas.
"Eh, Megan cepat banget perasaan aku baru sampai."ucap Adista yang kini tengah berusaha
"Pasti kamu kena razia ya makanya kamu nangis sini mana surat tilang nya biar asisten Daddy yang urus."ucap Megan.
"Tidak ada surat tilang Nona dan lagi siapa? juga yang menangis."ucap Adista yang kini tersenyum.
"Sudah besar juga."ucap Gibran yang tiba-tiba muncul seperti jalangkung.
"Astaga naga ni orang apa hantu kenapa? Lo disini apa? mau gue rajut hati Lo biar di tusuk-tusuk sekalian."ucap Megan.
"Perasaan disini banyak bisik-bisik Saiton ayo kita pergi yuk."ucap Gibran yang tiba-tiba merangkul bahu Adista berjalan bersamanya.
Seseorang kini tengah menatap tajam sambil mengeratkan kepalan tangannya.
"Adista,,, kok aku ditinggalin sih jahat deh."ucap Megan.
Gadis itu sudah ada di belakang mereka berdua.
"Adista ih lepas Suneo."ucap Megan pada Gibran yang kini melotot karena wajah tampan itu disebut seperti tokoh kartun yang ada di sereal Dora Emon.
"Dasar Lo bule nyungsep."ucap Gibran tidak mau kalah.
"Owh ya ampun mobil ku tas."ucap Adista yang tiba-tiba berlari karena hanyut dalam kesedihan sehingga membuat dia lupa saat ini pintu mobilnya dan juga peralatan kuliahnya masih di mobil.
Adista yang saat itu tiba di samping mobilnya dia langsung meraih tas kunci mobil dan beberapa buku tebal yang tengah ia pelajari tentang ilmu kedokteran.
Adista pun keluar dari dalam mobil dan hendak berbalik pergi setelah menutup pintu mobil miliknya tiba-tiba dia dikagetkan oleh suara dehem seseorang.
"Eheum, gara-gara cowok itu sampai lupa dengan barang-barang pribadi mu sendiri."ucap pria tampan dan gagah itu.
"Maaf anda siapa? ya, dan apa? ada masalah dengan anda."ucap Adista.
"Tentu saja, saya tidak suka ada pria manapun yang dekat dengan wanita yang saya suka."ucap pria yang kini membuka kacamatanya itu.
"Anda!."ucap Adista yang kini menutup mulutnya tidak percaya bahwa pria itu adalah pria yang sama dengan yang saat berada di mini market namun saat itu pria itu berpenampilan santai.
"Maafkan saya, saya sudah terlambat."ucap Adista.
"Dista, saya tidak suka kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain."ucap pria itu yang tidak lain adalah Elang Anggara.
Adista tidak menggubris pria itu, bahkan dia menganggap semua itu hanya candaan semata.
Adista pun langsung bergegas menyusul Megan dan Gibran yang masih ribut saling mengejek saat ini.
Sementara Elang meminta seseorang untuk mengikuti kegiatan Adista saat ini.
Pria itu segera pergi setelah menyuruh orang untuk memata-matai gadis yang ia sukai sejak satu tahun lalu.
Sejak ia melihat foto Adista yang terpangpang jelas di akun media sosial miliknya.
Elang bahkan sempat mencari tahu tentang Adista mulai dari data diri dan juga latar belakang keluarganya.
Semua sudah dia kantongi hingga saat gadis itu mengeluh di media sosial miliknya itu Elang langsung menawarkan sebuah hunian yang sangat nyaman dengan harga murah dan dengan fasilitas lengkap yang ada di dalam sana, Adista hanya perlu pindah saja.
Elang bahkan tau siapa? orang tua gadis itu.
Sementara Adista tidak pernah tau jika hunian yang kini ia tempati adalah milik Elang Anggara.
Yang Adista tau itu adalah hunian bekas Elisabeth karena yang dia tahu bahwa Elisabeth adalah pengelola gedung apartemen tersebut, padahal Elisabeth adalah orang asing yang Elang bayar untuk melancarkan semua itu.
Jam perkuliahan pun sudah masuk jam kedua setelah istirahat seperti biasanya.
Adista pun kembali fokus belajar, gadis itu tidak ingin konsentrasinya terganggu oleh hal apapun.
Sampai saat jam kuliah selesai, dia dan Megan juga Gibran mereka memutuskan untuk hangout bareng.
Seperti biasa keduanya pasti pergi ke wahana permainan trampolin di mall yang pernah Megan dan Adista saat itu juga.
Adista tertawa terbahak-bahak saat melihat Gibran dan Megan jatuh bertindihan .
"Ah sakit Suneo."
...***************...
"Harusnya yang bilang sakit itu gue bukan lo bule nyungsep."ucap Gibran tidak mau kalah.
"Sepertinya sebentar lagi ada yang naik ke pelaminan nih."ucap Adista yang kini ngeloyor pergi meninggalkan mereka berdua yang kini membulatkan matanya kaget saat mendengar perkataan Adista.
"Ah, amit-amit bisa-bisa gue sekarat sebelum bahagia."ucap Gibran.
"Cih... siapa? juga yang mau sama Lo yang lebih mirip teman si jayen."ucap gadis itu tidak mau kalah.
"Aku ingin begini... aku ingin begitu.... semua-semua."ucap Adista yang langsung terhenti saat menabrak seseorang.
"Ah...sorry tidak sengaja nonya."ucap Adista yang kini berjongkok membantu memungut paper bag yang terjatuh.
"Bisa hati-hati tidak lihat kan untungnya tidak sampai berhamburan barang-barang saya."ucap seorang wanita cantik yang kini berada di hadapannya itu.
"Mom."ucap Megan yang tiba-tiba muncul di hadapan keduanya karena memang mereka berjalan sedikit berjauhan sedari tadi.
"Sayang kamu disini, lihatlah hampir saja barang mommy hancur gara-gara dia."ucap Astrid mengantar wanita paruh baya yang masih sangat awet muda itu.
"Dista tidak sengaja mommy, dia teman kuliah Megan Mom."ucap Megan.
"Megan sejak kapan kamu berteman dengan mereka yang."
"Stop mom jangan pernah menghina teman Megan lagi Megan akan kesepian jika mommy terus seperti ini."ucap Megan.
"Pulang!."ucap wanita itu.
"Tidak mom, Megan akan bilang pada daddy tentang mommy jika mommy terus mengekang Megan."ancam gadis itu.
"Heuuhh, kamu pikir mommy takut, kita lihat saja nanti."ucap Astrid.
Adista pun terbengong saat mendengar pertengkaran anak dan ibunya itu, apalagi sepertinya kondisi Megan dan dirinya sama.
Adista lalu berkata."Pulanglah kita masih bisa bertemu di kampus bukan."ucap Adista.
"Jangan coba-coba mempengaruhi putriku kalian orang dari kalangan rendah selalu memprovokasi putri ku hingga dia jadi pembangkang seperti ini."ucap nyonya Astrid lantang.
"Dista jangan terus bungkam jika dihina orang kaya raya, kita sama-sama makan nasi tapi jika kamu tidak suka mendengar itu kita bisa pergi saja."ucap Gibran yang kini merangkul bahu Adista dan menarik gadis itu pergi.
"Tunggu, tolong jangan pernah tinggalkan aku aku tidak ingin lagi hidup kesepian."ucap Megan yang kini dibawa pulang oleh beberapa orang bodyguard yang sedari tadi mengikuti sang nyonya dari belakang.
Adista melirik ke arah Megan yang kini meronta-ronta meminta tolong agar dilepaskan.
"Hidup jadi orang kaya itu ternyata tidak enak ya sobat."ucap Adista.
"Ya tergantung siapa? dulu orang tua kita."ucap Gibran yang tersenyum manis.
"Heumm,,,, orang tua ya."ucap Adista yang ekspresi wajahnya tiba-tiba saja berubah.
"Kamu kenapa? Dista, ayo kita nonton sepertinya film akan segera dimulai."ucap Gibran.
"Baiklah lah."ucap gadis itu.
Adista berjalan menuju antrian pembelian tiket, gadis itu sibuk mengotak-atik ponselnya hingga tanpa sadar bahwa saat ini seseorang telah membawa dia masuk ke salah satu ruangan.
Adista kaget karena ternyata bukan Gibran yang kini membawa dia pergi.
Adista pun menatap ke arah pria itu.
"Maaf ada perlu apa? ya, saya sedang buru-buru."ucap Adista.
"Kamu mau menonton film bukan, pilih film yang mana yang ingin kamu tonton, jangan sembarangan pergi dengan laki-laki lain."ucap pria itu yang kini duduk sambil menatap lekat wajah cantik itu."ucap Elang.
"Saya tidak tertarik maaf."ucap Adista yang hendak pergi, tapi dihadapan nya sudah berdiri dua barisan bodyguard.
"Apa-apaan ini tuan."ucap Adista kaget.
"Aku sudah bilang aku tidak suka penolakan."ucap pria tampan itu.
"Tapi apa? mau anda sebenarnya kita bahkan tidak saling kenal."ucap Adista.
"Baiklah kita bisa kenalan nama saya Elang."ucap pria itu mengulurkan tangannya.
Tapi Adista menolak itu.
Adista pun langsung bergegas kembali untuk pergi tapi lagi-lagi para pria yang lebih mirip robot itu menghalangi langkahnya.
"Adista lagi-lagi berhenti di sana dan saat hendak berbalik tiba-tiba jidatnya menubruk sesuatu yang kokoh yang ada di hadapannya.
"Auw... sakit."ucap Adista lirih.
"Mana yang sakit."ucap Elang yang kini merangkul pinggang Adista. hingga Agista kaget dan mencoba untuk berontak.
"Sudah kubilang menurut lah."ucap pria itu.
Mematung di tempatnya, saat pria itu tiba-tiba mengecup keningnya.
Sampai saat dia tersadar."Apa-apaan kamu tuan jangan kurang ajar ya saya laporkan kamu."ucap Adista yang benar-benar marah.
Cuph...
Lagi-lagi pria itu mengecup bibir Adista, dan itu adalah ciuman pertama bagi gadis itu.
"Ahhh.... sialan."ucap Adista merasa benar-benar dilecehkan, saat ini dia memukul-mukul dada bidang Elang namun pria itu hanya berkata.
"Aku pemilik dirimu mulai saat ini dan selamanya kamu hanya boleh keluar dengan ku."ucap pria itu tegas.
Adista pun menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pria yang ia temui di supermarket terdekat.
Adista langsung ingin mendorong dadanya itu tapi tidak bergeming sedikitpun.
"Apa? maumu."ucap gadis itu.
"Simpel saja aku mau kamu menjadi milikku."ucap pria itu.
"Itu tidak mungkin."ucap Adista.
"Tidak ada pilihan."ucap Elang tegas.
Gadis itu hanya terduduk lemas di lantai, namun tidak lama kemudian ia melayang di udara.
Elang mengangkat tubuh Adista yang kini melayang di udara.
Adista yang terus memukul-mukul dada pria itu meminta dilepaskan tapi tidak pernah berhasil hingga ia lelah berteriak.
Elang membawa gadis itu pergi menuju mobilnya dan seakan di sulap tiba-tiba tidak satu orangpun disana yang tadi berdesakan.
Elang pun langsung membawa dia masuk kedalam mobil setibanya di basement mall tersebut.
"Itu mobil ku."ucap Adista.
"Mobil mu akan dibawa oleh mereka nanti."ucap Elang.
Adista tidak bicara lagi sampai saat dia tiba di apartemen miliknya.
"Masuklah."ucap pria itu.
"Kamu tau darimana ini hunian ku."ucap Adista.
"Semua gedung ini milikku jadi kamu tidak perlu bertanya aku tau dari mana.
Adista terdiam saat pria itu merangkul pinggang Adista dan membawa dia duduk di atas sofa, seakan dia tahu setiap ruangan tersebut.
"Atau memang mereka tau seperti yang ia katakan.
"Berhenti kuliah, tanpa bekerja pun kau tidak akan pernah kekurangan materi."ucap Elang.
"Tidak itu adalah cita-cita ku sejak kecil."ucap Adista.
"Baiklah, aku akan mengundang dosen khusus untuk mengajarmu secara privat jadi tidak perlu belajar di kampus lagi kamu hanya akan datang kesana saat wisuda nanti."ucap Elang.
"Tidak bisa, memangnya siapa? kamu hingga berani mengatur ku."ucap gadis itu protes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments