Perdebatan Adista dan Elang terus terjadi hingga Elang berkata dengan nada tegas.
"Ikuti apa? kata-kata ku jika tidak kamu akan tau akibatnya."ucap pria itu tegas.
"Aku bilang tida ya! tidak...kau tidak bisa mengatur hidupku sesuka mu tuan."ucap Adista tidak kalah tegas.
Pria itu langsung menekan rahang Adista.
"Aku sudah katakan aku tidak suka dibantah."ucap Elang .
Adista langsung terdiam, sambil merasakan sakit .
Elang langsung melepaskan cengkraman tangannya pada rahang Adista yang kini terlihat merah.
Adista langsung berlari menuju kamar sambil menangis sesenggukan, dia tidak pernah diperlakukan kasar oleh siapapun tapi kini dia mendapatkan itu dari pria yang bahkan tidak pernah ia kenal.
Adista pun membereskan barang-barang kedalam koper, dia kini tengah menelpon ibu dan ayahnya sambil menangis sesenggukan tapi belum sempat bicara ponsel itu sudah hancur berantakan.
"Jangan coba-coba untuk pergi dariku, karena sampai ke ujung dunia pun aku akan menemukan mu."ucap Elang sambil menatap lekat wajah Adista yang kini tengah menangis.
"Kamu bunuh saja aku agar kamu puas."ucap Adista.
"Jika saat itu tiba, aku akan melakukannya."ucap Elang.
Adista kembali diam meskipun dengan derai air mata.
"Mulai sekarang kamu akan keluar jika aku ijinkan."ucap pria itu tegas.
"Tuan aku mohon jangan lakukan itu, aku harus kuliah atau aku bunuh diri saja."ucap Adista.
"Jangan pernah mengancam ku."ucap Elang tegas.
"Aku tidak suka mengancam tapi aku akan buktikan semua itu."ucap Adista.
Pria itu terlihat berpikir sejenak karena dia tau bahwa gadis itu pernah melakukan hal itu, seperti informasi yang dia dapat.
"Aku bisa mengijinkan mu untuk beraktivitas seperti biasanya tapi jangan pernah dekat dengan pria manapun termasuk pemuda itu, atau aku akan buat mereka menyesal."ucap Elang.
"Tapi Gibran teman ku."ucap gadis itu.
"Tidak ada teman pria yang benar-benar tulus berteman dia juga sangat tertarik padamu."ucap Elang.
"Dia hanya teman."ucap Adista tegas.
Pria itu kembali menatap lekat wajah cantik yang kini membuang pandangannya.
"Aku tidak akan berbuat kasar jika kamu menuruti semua ucapan ku, tapi jika kamu membantah ku maka kamu tidak akan pernah bisa bepergian lagi."ucap Elang.
"Baiklah sekarang tuan Elang boleh pergi, karena aku ingin istirahat."ucap Adista.
"Kau mengusir ku sayang, apa? kau pikir kau bisa mengusir ku dari tempat ku sendiri."ucap Elang.
"Apa? yang anda maksud, saya sudah membeli hunian ini secara tunai."ucap Adista.
"Apa? kau pikir dengan uang segitu bisa membeli hunian yang harganya jauh diatas uang yang kamu bayarkan belum lagi fasilitas lengkap ini."ucap Elang.
"Tapi semua ditulis jelas didalam surat perjanjian jual beli itu bahwa aku membayar dengan seharga itu dan semua fasilitas sudah termasuk didalamnya."ucap Adista.
"Kamu bisa berfikir secara logika berapa harga-harga barang tersebut."ucap Elang tidak mau kalah.
"Sekarang kembalikan uang itu, dan aku bisa pergi dari tempat ini sekarang juga."ucap Adista.
"Jangan bermimpi untuk bisa pergi."ucap Elang tegas.
"Baiklah aku juga tidak butuh uang itu, aku masih bisa mencari uang, dan aku akan pergi sekarang juga."ucap Adista.
"Sudah aku katakan kalau kau tidak akan pernah bisa pergi dariku."ucap Elang.
Adista pun menghela nafas panjang lalu ia berkata."Aku lelah bicara dengan mu tuan. sekarang tolong keluar aku akan mandi."ucap Adista.
Mandilah aku bisa menunggu mu disini."ucap Elang.
Adista menarik nafas panjang lalu ia mengambil pakaian dari dalam lemari, setelah itu dia membawanya masuk kedalam kamar mandi.
Tidak hanya itu ia juga mengunci pintu kamar mandi.
Adista pun mulai mengisi air kedalam bathtub-e, hanya cara itu yang bisa ia lakukan untuk menghindari pria yang menurutnya aneh itu.
Adista mencampurkan sabun aroma terapi dan mematikan aliran airnya.
Adista yang sudah polos tanpa busana itu langsung masuk kedalam bathtub-e dan berendam sambil memejamkan matanya hingga saat ia ketiduran, gadis itu terbangun dari tidurnya setelah gedoran pintu terdengar nyaring.
"Dista kamu mandi atau sedang menghindari ku, buka pintunya."teriak elang tegas.
Adista pun tidak menggubris nya dia langsung menyalakan shower di ruangan tersebut dan membersihkan tubuh yang sudah kedinginan itu.
Adista yang kini sudah berpakaian lengkap, dia keluar dari dalam kamar mandi, dia tidak peduli dengan pria yang kini tengah menatap lekat dirinya.
Dengan cueknya dia membuka lilitan handuk di kepala yang kini membuat rambut panjang hitam legam yang lurus itu.
Adista terus fokus pada alat pengering rambut dan juga sisir di tangannya.
"Kamu itu mandi atau sedang menghindari ku."ucap pria itu.
"Anda bisa lihat sendiri."ucap gadis itu dingin.
"Adista aku sedang bertanya padamu."ucap Elang.
"Aku mandi."ucap Adista.
Adista tidak ingin lagi berdebat, karena perdebatan itu hanya akan melukai dirinya.
Sampai saat dia selesai selesai mengeringkan rambut dan menggunakan pelembab kulit wajah dan juga tangan dan kakinya itu, barulah ia bangkit dari depan cermin.
"Temani aku makan."ucap pria itu.
"Saya belum masak."ucap Adista.
"Tidak perlu, karena semua sudah tersedia di meja."kata Elang lagi.
"Heumm."ucap Adista yang baru menyimpan handuk di dalam kamar mandi.
Keduanya pun keluar dari dalam kamar, Adista yang kini berjalan dibelakang pria itu dia kini tengah mengumpat pria itu didalam hati. hingga dia merasakan sakit di jidatnya karena menabrak punggung kokoh tersebut.
"Aw... sakit."ucap Adista.
"Jalan yang benar, jangan terus mengumpat orang yang ada di hadapan mu begitulah akhirnya."ucap Elang.
Adista berjalan dengan cueknya saat ini tidak ingin menggubris pria yang tengah berbicara padanya itu.
Adista tengah memikirkan nasibnya yang entah akan seperti apa? nanti.
Mereka sudah duduk berdua di atas meja makan, Adista pun hanya duduk diam tak melakukan apapun.
"Mau sampai kapan kamu terus diam dan tidak kunjung menyiapkan makan malam untukku."ucap pria itu.
Adista terperanjat kaget, saat mendengar kata malam....bukan kah tadi saat kembali masih pukul empat sore.
"Pukul tujuh!."ucap dia kaget'.
"Kau pikir ini pukul berapa? apa? kau buta. bahkan kau mandi sampai satu jam lebih."ucap pria itu.
Adista langsung menyajikan makanan untuk Elang, setelah itu ia pun mengambil makanan untuk dirinya.
Elang tidak tau kenapa? dia bisa mencintai gadis ceroboh itu.
"Selamat makan malam tuan Elang."ucap gadis itu yang kini melihat Elang terus terdiam.
"Mulai besok kamu hanya harus pergi kuliah dan langsung pulang tidak ada keluyuran di luar."ucap Elang yang langsung beranjak pergi tanpa tanpa mencicipi makanan yang ia sajikan.
"Makan malamnya."ucap gadis itu.
"Mulai besok kau harus belajar bagaimana? cara melayani ku dengan benar."ucap pria itu.
Pria itu pergi meninggalkan hunian tersebut, meninggalkan gadis yang kini tengah berpikir keras tentang kesalahan apa? yang dia perbuat hingga pria itu pergi.
Bukan karena dia ingin memperbaiki diri agar pria itu tetap tinggal, tapi dia ingin terus melakukan itu agar pria itu menjauh darinya.
...***********...
Keesokan harinya, Adista sudah bersiap untuk berangkat kuliah, dia pergi lebih awal untuk mencari konter handphone yang sudah buka, karena dia harus membeli Handphone baru untuk dirinya gunakan.
Tapi saat dirinya hendak masuk kedalam lift, tiba-tiba Elang datang bersama dengan kedua asisten pribadinya menghampiri Adista yang terlihat terburu-buru untuk menghindari Elang.
"Nona, tunggu tuan Elang menunggu Nana di dalam lift."ucap pria yang kini menghadang langkah gadis bermata sipit itu.
"Maaf saya sedang buru-buru lain kali saja ya."ucap Adista yang langsung pergi meloloskan diri tapi lagi-lagi langkahnya dihadang oleh orang-orang yang seakan tidak ada habisnya itu.
"Adista."ucap seseorang dari belakang yang kini tengah menatap tajam kearahnya.
"Tuan Elang saya sedang buru-buru harus membeli handphone baru sebelum masuk kuliah."ucap Adista.
"Ikut dengan ku."ucap pria yang kini terlihat menahan marah itu.
Terlihat dari cengkeraman tangannya Elang yang membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Tuan sebenarnya apa? yang kamu inginkan, ginjal ku atau jantung kenapa? tidak langsung kamu ambil saja daripada terus disakiti seperti ini nanti organ dalam ku rusak dan tidak ada yang bisa kamu ambil."ucap Adista.
"Aku tidak butuh semua itu darimu aku hanya butuh kamu menurut padaku."ucap Elang tegas.
"Tapi kamu bahkan bukan siapa-siapa aku, kenapa? Aku harus menuruti keinginan mu."ucap Adista yang mulai kesal.
"Jangan membantah."ucap Elang saat dia membawa Adista masuk kedalam mobil miliknya.
"Jangan membantah jika kamu tidak ingin celaka."ucap Elang.
Adista kembali terdiam, gadis itu tidak akan pernah menang berdebat dengan pria yang ada di hadapannya itu.
Mobil tersebut tidak kunjung berangkat, sampai saat Adista hendak protes karena sudah terlambat untuk ketempat tujuannya.
"Ambilah, mulai sekarang gunakan itu dengan baik."ucap Elang.
"Aku tidak suka berhutang budi, sebaiknya ambil kembali semuanya termasuk apartemen, aku bisa tinggal di tempat biasa dan sederhana sekalipun setidaknya tidak akan ada yang mengungkit semua itu suatu hari nanti."ucap Adista.
"Aku yang berhak memutuskan semuanya."ucap Elang.
"Kau bukan siapa-siapa."ucap Adista kembalilah menegaskan itu.
Tiba-tiba Elang meraih tangan Adista pria itu memasang sebuah cincin berlian yang sangat indah dan terlihat sangat mahal itu.
"Kau adalah calon istriku, mulai sekarang jangan pernah memberikan kesempatan laki-laki manapun mendekati mu, atau mereka semua akan lenyap."ucap keduanya.
Adista tidak bisa berkata apa-apa lagi, dirinya hanya terdiam hingga saat Elang kembali terdiam.
"Pergilah, ingat kamu pesan ku."ucap Elang.
Adista pun buru-buru pergi membawa sebuah paper bag berisi Handphone keluaran terbaru dengan harga yang mungkin sangat mahal entahlah Adista tidak tau itu.
Adista langsung bergegas pergi menuju kampus.
Adista pun langsung bergegas pergi meninggalkan basement apartemen tersebut.
Diikuti oleh Elang dengan mobil mewahnya itu.
Sementara Adista tidak tau itu.
Sesampainya di depan kampus, Adis langsung masuk gerbang kampus tersebut tanpa melihat kekanan dan kiri dimana ada mobil Elang dan mobil bodyguard yang selama ini selalu mengikuti pria itu.
Saat Adista keluar dari dalam mobil, tiba-tiba Gibran menghampirinya.
"Jenny, kemarin kamu kenapa? tiba-tiba menghilang aku jadi nonton film itu sendiri."ucap Gibran.
"Gibran tolong jangan temui aku lagi disini terlalu banyak mata-mata seseorang akan melenyapkan siapapun yang mendekati ku."lirih Adista yang kini terlihat celingukan.
Gibran yang kaget pun langsung menjauh, dia tidak tau dengan apa? yang terjadi pada gadis yang terlihat tertekan itu.
Tapi Gibran tidak akan pernah menyerah dia akan mencari kesempatan untuk mendekati gadis itu, dan membicarakan tentang yang Adista katakan tadi.
Sementara itu saat ini Adista juga tidak melihat Megan berada di kampus.
Mungkin kah Megan juga dikurung oleh ibunya, entahlah yang jelas saat ini gadis itu sudah sangat pusing dengan semua yang terjadi hingga suara familiar itu terdengar dari arah belakang.
"Adista Putri."ucap sepasang pria dan wanita.
"Papah... mamah..."ucap gadis itu yang kini terlihat menatap sendu pada keduanya.
Adista mematung di tempatnya sambil berderai air mata.
Gadis itu tidak tahu harus bagaimana? saat ini, setelah dirinya terjebak di dalam hubungan yang tidak pernah ia inginkan, mereka baru datang mencari dirinya.
Keduanya datang menghampiri Adista dan menghambur memeluk putrinya yang sudah pergi hampir dua Minggu lebih dari rumah mereka.
"Maafkan Mama dan papa sayang ayo kita pulang Mama janji tidak akan membuat kamu kecewa lagi Maka dan Papa sudah kembali rujuk demi kamu sayang."ucap keduanya.
"Mungkin jika bukan saat ini aku masih bisa kembali pada kalian tapi saat ini aku sudah menjadi milik orang lain dan tidak akan ada satupun yang bisa membuat ku terlepas darinya kecuali kematian."
"Papah dan Mamah sudah menjerumuskan ku kedalam jurang tak bertepi."ucap Adista lagi.
"Apa? maksud mu sayang, kamu putri kecil kami tidak pernah kami ingin membuang mu, kami pun bisa bersatu karena kehadiran mu sehingga kami memutuskan untuk pergi dari keluarga kami."ucap ayah Adista.
"Flashback on"
Tuan Adam dan nyonya Sinta adalah kedua sahabat, yang tidak terpisahkan. tapi saat itu nyonya Sinta tengah menghadapi perjodohan dan saat itu nyonya Sinta meminta tuan Adam untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat perjodohan itu batal, yaitu dengan cara membuat nyonya Sinta hamil meskipun disana tidak ada cinta diantara mereka setidaknya nyonya Sinta tidak akan menikah dengan pria yang jauh lebih tua dari dirinya.
Saat hari pernikahan akan digelar, tuan Adam datang membawa hasil tes kehamilan dan hasil pemeriksaan dokter tersebut.
Saat itu kedua belah pihak mengamuk pada mereka berdua dan Adam membawa kabur Sinta sesuai rencana mereka.
Mereka pergi ke sebuah kota, di pulau Jawa dan sejak saat itu mereka pun memutuskan untuk menikah, hingga Adista kecil yang cantik dan menggemaskan itu lahir di sebuah rumah sakit kota.
Adista memang memiliki darah campuran Indonesia dan Jepang dari keluarga Adam.
"Flashback off"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments