Sampai saat seseorang datang mengetuk pintu kamarnya itu.
Adista pun bangkit dari ranjang dan berjalan perlahan menuju pintu, sambil menahan kepalanya di kusen pintu.
"Siapa?."ucap Adista yang saat ini mengucek matanya.
"Masih mau pura-pura tidur untuk menghindari ku."ucap seseorang yang kini membuat mata Adista tiba-tiba terbuka sempurna.
"Ada apalagi tuan Elang, masih belum cukupkah anda menghancurkan kehidupan saya."ucap Adista sinis.
"Menghancurkan?."ucap Elang sambil menatap lekat wajah cantik itu meminta jawaban.
"Aku memang sedang tidur karena kecapean setelah jalan-jalan dan merampok rumah bersama dengan Gibran."ucap Adista.
"Merampok rumah sendiri lebih tepatnya."ucap Elang.
"Aku orang tak punya tuan dan sekarang sudah menjadi gelandangan jadi anda tau sendiri jika tidak jadi pelakor atau perampok aku tidak akan mendapatkan semua itu."ucap Adista menyindir laki-laki yang ada di hadapannya, seperti yang terpanggang di media sosial tersebut Adista mengulang kata itu.
"Hentikan Adista ayo ikut aku."ucap Elang yang kini meraih tangan Adista namun gadis itu berhasil menepisnya.
"Anda itu orang terpelajar dan kaya raya seharusnya anda menjaga image anda itu, jangan sesekali berurusan dengan pelakor agar nama baik anda tidak tercemar."ucap Adista sambil pergi meninggalkan Elang diambang pintu.
"Adista jangan menguji kesabaran ku!."ucap Elang penuh ketegasan.
Elang pun langsung masuk kedalam kamar kost milik Adista dia menyusul Adista yang kini tengah membasuh wajah di dalam kamar mandi yang pintunya terbuka itu.
"Adista aku hitung sampai dua jika kamu tidak keluar dan ikut aku, maka akan aku pastikan kosan ini akan digusur mulai besok."ucap Elang.
"Tuan Elang yang sukanya mengancam silahkan lakukan apapun yang ingin anda lakukan karena saya disini tidak punya kuasa apa-apa saya hanya seorang penghuni. jadi yang akan berurusan dengan anda adalah tuan Derby dan hukum."ucap Adista.
"Tentu saja semua berurusan dengan hukum tapi bukan aku melainkan dirimu."ucap Elang.
"Aku!."ucap Adista kaget.
"Ya, karena penyebab nya kamu."ucap Elang dengan wajah datar.
Adista tidak mendengarkan kata-kata Elang gadis itu langsung menggelengkan kepalanya, tapi setelah itu ia langsung duduk santai di sofa singgel yang ada di sana dan meraih ponsel miliknya saat itu juga dari atas nakas.
Adista dengan cueknya malah bermain ponsel dan sambil tumpang kaki.
Setelah itu dia bangkit dan mengambil sesuatu dari dalam dapur mini itu dia keluar dengan piring di tangannya yang berisi camilan manis miliknya.
Elang langsung merebut itu dari tangan Adista yang kini berusaha untuk meraih itu dari tangan Elang.
"Mau berapa lama lagi kamu keras kepala seperti ini."ucap Elang.
"Aku tidak keras kepala! aku punya hak untuk menolak keinginan seseorang yang jelas-jelas selalu membuat ku rugi."ucap Adista.
"Adista!! aku sudah katakan bahwa aku sangat mencintaimu."ucap Elang.
"Cinta...!."
"Sungguh terdengar me muakkan."ucap Adista yang kini kembali cuek dan bermain ponsel.
Elang meraih ponsel tersebut lalu.
"Brak...."
Seketika itu handphone Adista hancur berantakan.
"Hancurkan saja semuanya Elang, kau memang suka sekali menghancurkan semua termasuk hidupku!! aku sungguh muak!."teriak gadis itu hingga terdengar ke luar.
"Adista."panggil Elang.
Gadis itu tidak memperdulikan tatapan mata dari semua orang yang berkumpul di depan kosan yang luas itu.
Adista yang kini pergi dengan membawa kunci mobil Lamborghini miliknya itupun dikejar oleh Elang yang kini berhasil meraih pergelangan tangannya.
"Jangan keras kepala honey ini adalah malam pesta pertunangan kita."ucap Elang.
Adista pun mematung di tempatnya.
"Tidak ada pertunangan diantara kita tidak ada hubungan apapun itu."ucap Adista.
Adista langsung menghempaskan genggaman tangan Elang.
Gadis itu berjalan cepat menuju mobilnya namun lagi-lagi Elang merampas kunci mobil tersebut dan melempar kunci itu kesembarang arah pria itu benar-benar marah saat dirinya tidak di gubris.
"Elang!!."teriak Adista.
"Berteriak lah sesuka hati mu, tapi ingat Adista bersedia ataupun tidak semua ini akan tetap terjadi."ucap Elang yang kini menarik Adista kehadapan semua orang yang sedari tadi menjadi penonton keributan mereka termasuk Derby dan sang kekasih.
Sementara Gibran yang sedaritadi berada di rooftops dimana terdapat jemuran penghuni kost itu berada kini dia tengah menatap langit yang dipenuhi oleh bintang yang berkilauan.
Dia tengah menerawang jauh ke masa lalu yang penuh dengan kebahagiaan dimana saat itu ibu kandungnya masih hidup dan ayahnya masih menutupi seluruh rahasia besar itu.
Dimana? disitu Gibran merupakan seorang anak dari istri kedua yang selama ini dijadikan kambing hitam oleh istri pertama yang menggantikan posisi ibunya setelah ibu kandungnya meninggal dunia karena bunuh diri.
Gibran yang saat itu hidup bergelimang harta namun dikucilkan oleh kakak dan juga ibu tirinya itu selalu mengasingkan diri di rumah besar itu.
Tidak jarang pula dia mendapatkan cacian sebagai putra yang tidak berguna dari ibu tirinya itu.
Sejak ibunya meninggal, Gibran lebih banyak diurus oleh seorang pelayan yang sudah seperti ibunya sendiri dibandingkan dengan ibu sambungnya itu.
"Dimana mommy berada? Aku merindukan mommy.... jika mommy benar-benar menjadi bintang di langit, lalu bintang mana yang harus Gibran lihat."ucap Gibran lirih.
"Woy.... udah gede juga masih percaya pada dongeng yang penuh kebohongan itu, bukanya Lo kuliah ya... kok bisa percaya dengan dongeng anak-anak sebelum tidur."ucap pria itu.
Sesaat Gibran terdiam, saat melihat seseorang yang kini memiliki tampang seperti gadis tomboi itu.
Dia menggunakan celana jeans sobek-sobek dan T-shirt kedodoran tidak lupa di bibir bawahnya ada tindikan dan rokok di tangannya itu masih belum dinyalakan.
"Siapa? Lo."ucap Gibran yang kini menatap tak suka pada gadis yang ada di hadapannya itu.
Gue anak kost sebelah tadinya mau maen ke rumah yang ada di bawah eh sedang ada pesta lamaran yang bikin telinga gue gatel, pake acara akting segala lagi."ucap gadis bernama Ariel tersebut.
"Bukan akting memang wanita itu tidak ingin bertunangan dengan pria itu."ucap Gibran.
"Heeuh sungguh lucu seorang Pelakor yang hendak di lamar oleh pasangan selingkuhnya itu pura-pura menolak biar apa? coba jika bukan untuk menyembunyikan kebobrokannya saat ini."ucap Ariel.
"Hati-hati ya Lo kalau ngomong dia itu sahabat terbaik gue dan gue lebih tau siapa? dia dibandingkan Lo."ucap Gibran yang kini hendak pergi.
"Huuh.... gitu aja marah Cemen Lo jadi cowok."ucap Ariel.
"Gibran tidak menggubris ucapan gadis itu, sampai saat dia tiba di bawah kini tengah terjadi tarik menarik antara Adista dan Elang yang hendak memasang cincin pertunangan itu.
...***********...
Setelah pesta perayaan sederhana itu usai Adista meminta kunci Lamborghini Aventador tersebut pada Elang yang tadi melemparkan kunci mobil tersebut.
"Kembalikan kunci mobil ku."ucap Adista.
"Aku tidak pegang honey."ucap Elang.
Adista menggeleng tidak percaya.
"Buruan aku harus segera pergi."ucap Adista.
"Pergi kemana? di jam segini."tanya Elang yang kini mebabingkai wajah Adista .
"Sayang kamu jawab dulu atau aku tidak akan pernah membiarkan mu untuk pergi."ucap Elang yang kini masih merangkul pinggang Adista.
"Jangan ikut campur Elang."ucap Adista.
"Aku berhak ikut campur sayang kamu itu tunangan ku."ucap Elang.
"Kau bermimpi saja Elang karena aku tidak menganggap ini serius."ucap Adista yang kini berbalik badan dan pergi kembali ke dalam kamar kost miliknya itu.
Elang pun meraih kunci mobil itu dari dalam saku jas yang ia kenakan itu.
Adista pun hendak mengunci pintu namun Elang tidak mengijinkannya pria itu langsung masuk kedalam kamar tersebut.
"Mulai sekarang kita akan tinggal bersama di rumah sebelah."ucap Elang.
"Cukup Elang aku tidak suka dipaksa... mulai sekarang aku hidup bebas seperti yang ku mau."ucap gadis itu.
"Baiklah sayang untuk saat ini aku mengijinkan mu untuk tetap disini, dan aku pun akan menginap di sini."ucap Elang tegas.
"Terserah kamu bisa izin ke orang sekitar sini atau tidak."ucap Adista .
"Aku tidak perlu izin dari siapapun untuk bisa tinggal dengan calon istriku."ucap Elang.
Adista yang benar-benar pusing dia langsung bergegas pergi meninggalkan Elang.
Elang pun mengikuti Adista dia langsung melepaskan jas yang ia kenakan, lalu duduk di tepi ranjang, sementara Adista berada di dalam kamar mandi dia tengah mandi karena merasa gerah setelah berdebat dengan pria keras kepala itu.
Setelah hampir tiga puluh menit kemudian akhirnya dia keluar dari dalam kamar mandi tersebut.
"Sayang tolong ambilkan koper ku di teras aku juga mau mandi."ucap Elang.
"Kamu bisa ambil sendiri punya tangan bukan aku bukan pelayan mu."ucap Adista ketus dan dengan cueknya duduk di depan cermin yang ada di sana.
"Yank... aku tidak menganggap mu sebagai pelayan aku hanya minta tolong itu saja.jika kamu tidak ingin ya, tidak usah aku tidak akan pernah memaksa."ucap Elang yang langsung bergegas pergi.
"Pergilah yang jauh aku tidak peduli."ucap Adista ringan.
Sementara Elang yang mendengar perkataan itu bukanya marah tapi malah terkekeh kecil, dia tau Adista tidak akan Se tega itu mengusir dirinya.
Tidak sampai lima menit Elang sudah berada di dalam kamar itu dengan koper besar yang ia bawa.
Adista dengan cueknya berjalan menuju ranjang yang hanya berukuran 160x200 cm itu.
Adista langsung berbaring di sana dan langsung menutup tubuhnya dengan selimut tebal itu.
Adista pun kembali memejamkan matanya hingga tertidur pulas saat itu.
Sementara Elang kini tengah kebingungan bagaimana? caranya dia mandi, karena di sana tidak ada shower air hangat atau dingin.
Yang ada hanya keran air biasa dengan bak tampung yang berukuran kecil disampingnya hanya ada closet duduk sungguh sangat sederhana.
Elang pun memutuskan untuk cuci muka dan gosok Gigi setelah itu dia berganti pakaian dengan piyama tidur yang kini ia kenakan.
Elang keluar sambil membawa pakaian yang tadi ia pakai lalu dia melirik ke arah ranjang dan tersenyum melihat Adista yang kini tengah tertidur pulas.
Elang lalu memperhatikan ranjang yang berukuran sempit itu.
Dia berjalan menghampiri ranjang lalu duduk di tepi ranjang yang memiliki kasur tidak se-empuk ranjang yang ia biasa gunakan untuk tidur, Elang heran kenapa? gadis itu rela hidup sederhana seperti saat ini sementara dirinya bukan orang susah.
Elang pun berbaring di samping Adista pria itu memeluk Adista yang kini berada di dalam selimut tebal itu.
"Besok aku tidak mau tau kamu harus ikut aku pindah ke rumah sebelah."ucapnya lirih.
Sampai saat pagi menjelma Elang dan Adista masih berbaring di atas ranjang sempit itu.
"Eummm... pukul berapa ini."gumam pria tampan itu di hadapan wajah Adista yang hanya berjarak beberapa inci saja.
"Aku tidak tau."jawab Adista sambil menggeliat, tiba-tiba matanya langsung membulat saat sadar bahwa saat ia tidak tidur sendirian.
"Ah!... sialan kenapa? kamu tidur di sini."ujar Adista yang langsung bangkit dari atas ranjang tersebut.
"Kenapa? memangnya ini bukan pertama kalinya kita tidur bersama."ucap Elang yang malah meraih pinggang ramping itu.
Adista kembali terduduk di kasur.
"Lepaskan aku Elang ini sudah siang aku bisa terlambat untuk bekerja."ucap Adista.
"Lanjutkan kuliah mu, aku tidak akan pernah membiarkan kamu untuk bekerja lagi."ucap Elang.
"Kuliah, aku bahkan tidak bisa kuliah lagi semua karena ulah mu."ucap Adista.
"Aku sudah menjelaskan pada pihak kampus bahwa kita adalah tunangan sejak dulu."ucap Elang.
Adista pun menghela nafas panjang setelah itu ia hembuskan.
"Aku akan kembali pindah ke kampus lamaku."ucap Adista.
"Baiklah honey, kamu tinggal pilih mau tinggal di mana, aku sudah siapkan hunian."ucap Elang.
"Aku tetap tinggal di sini, lagipula hanya butuh satu jam menuju ke sana."ucap Adista.
"Itu terlalu jauh honey, aku akan belikan rumah yang dekat dengan kampus mu dan kantor ku, agar kita bisa tinggal bersama seperti dulu."ucap Elang.
"Jangan ngarang tuan kita tidak pernah tinggal bersama, kamu saja yang selalu memaksa untuk tinggal bersama dengan ku."ucap Adista lagi.
Elang malah mengajak Adista untuk berbaring kembali bahkan kali ini dia memeluk erat calon istrinya itu.
"Dua bulan lagi kita akan segera menikah."ucap Elang.
"Tidak mau."ucap Adista.
"Kenapa? sayang kamu sudah dewasa, lagipula aku tidak akan menuntut untuk segera punya anak. Aku hanya ingin kita bersama dengan sebuah ikatan resmi."ucap Elang.
"Aku tidak ingin menikah dan setelah itu menjadi janda karena bukan tidak mungkin pria yang pernah berkhianat pada pasangannya tidak akan melakukan hal itu lagi."ucap Adista.
"Sayang, itu lain cerita sayang aku tak akan pernah mencari wanita lain jika aku benar-benar mencintai istriku seperti aku mencintaimu. dan satu hal yang harus kamu tahu! dia mengkhianati selama ini."ucap Elang.
"Itu adalah sebuah alibi untuk menghindar dari kenyataan yang sesungguhnya."ucap Adista.
Elang langsung membungkam bibir Adista dengan bibirnya, dia tidak ingin lagi banyak berdebat. sudah diputuskan oleh dirinya bahwa mereka akan segera menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments