Mereka pun akhirnya turun karena Eli terus memaksa, kini tepat di bibir pantai dengan pasir putih tersebut, Elang membantu gadis itu menaiki sebuah speed boat.
Karena Adista menolak untuk bermain jetski akhirnya mereka pun per menggunakan itu untuk berlayar.
Adista yang baru pertama kali menaiki itu membuat dirinya gemetar ketakutan, Elang langsung memeluk Adista dari belakang sambil berpegangan.
"Rileks saja sayang kamu aman ko."ucap gadis itu.
"Heumm... benarkah apa? yang kamu katakan."ucap Adista .
"Heumm,,, nanti disana mau berenang tidak? mungpung airnya tenang."ucap Elang.
"Tidak-tidak sayang aku tidak mau! aku tidak pernah berenang di laut."ucap Adista.
Elang pun tersenyum, di villa ada kolam renang mau berenang di sana?."tawar Elang.
Adista pun mengangguk.
Elang kini duduk di ujung speed boat tersebut sambil menatap kearah depan.
Adista sendiri yang sudah mulai terbiasa dengan itupun mulai terbawa suasana dia duduk di samping elang yang dengan setia merangkul pinggangnya itu.
"Elang, apa? ini pulau pribadi milik mu."ucap Adista bertanya.
"Tidak aku sewa saja."bohong Elang.
"Jangan buang-buang uang untuk hal yang tidak penting, diluar sana masih banyak orang yang sangat membutuhkan bantuan."ucap Adista.
"Tidak penting?."tanya Elang.
"Ya, aku benar bukan jika ingin seperti ini kita bisa pergi ke pantai yang banyak di kunjungi oleh turis dan berbarengan menyewa kapal kecil untuk memancing atau sekedar berlayar dan menginap di penginapan biasa jangan menyewa pulau pribadi! ya,,, aku tau kamu mampu tapi tidak seharusnya seperti ini."ucap Adista.
Sementara Elang tetap menatap kedepan. bukan pria itu tidak peduli, tapi dia merasa tengah dinasehati oleh sang omah yang sama persis seperti itu, jika sedang ngomel.
Heumm... keterlaluan memang tapi semua itu memang benar adanya, Adista memang benar-benar mirip dengan Omah nya jika sedang mengomel dan itu membuat Elang rindu pada wanita sepuh yang sudah berjasa dalam hidupnya itu.
Tapi sayang kini dia telah tiada.
"Honey, apa? kau pernah tinggal bersama dengan Omah mu."ucap Elang.
Namun gelengan itu menjadi jawaban yang mengartikan bahwa Adista tidak pernah mengalami hal yang menjadi pertanyaan.
"Aku tidak pernah mengenal kakek nenek, sejak aku lahir dan tumbuh besar.... yang aku kenal hanya tetangga dekat rumah dan sekitarnya."ucap Adista.
"Kok bisa, apa? kedua orang tuamu yatim piatu."tanya Elang lagi.
"Tidak, saat mereka menemui ku di kampus... mereka bilang mereka kabur dari kedua keluarga mereka saat itu."ucap gadis itu sambil menatap sendu ke arah langit.
"Benarkah, lalu dimana? mereka mungkin kita bisa temui mereka suatu saat nanti untuk meminta restu."ucap Elang.
"Elang, hubungan kita tidak sejauh itu...aku tidak mengenal siapa? dirimu yang sebenarnya. jujur saja aku ada di sisimu karena terpaksa, kamu selalu mengintimidasi ku."ucap Adista.
Elang langsung terdiam rasanya bagai ditusuk dengan benda tumpul berulang-ulang kali.
Kejujuran yang terlontar dari bibir gadis itu membuat hatinya terluka.
"Kalau begitu ayo kita kembali, mulai sekarang kamu bebas mau melakukan apapun! bahkan kamu bebas memilih siapapun."ucap Elang yang kini beranjak dari tempat dia duduk tadi.
"Elang."ucapan Adista pun terhenti saat Elang mengangkat tangan agar Adista berhenti untuk bicara.
"Elang!."ucap Adista yang kini duduk sambil memeluk lutut karena takut saat Elang melajukan boat itu dengan kecepatan tinggi, sampai saat benda berbentuk perahu modern itu mendarat di bibir pantai tempat di pasir putih tadi.
"Turun."ucap Elang dingin.
"Elang aku minta maaf jika aku ada salah aku tidak bermaksud untuk melakukan hal itu."ucap Adista.
Pergilah segera bersiap, sebentar lagi akan ada yang menjemput mu."ucap Elang.
Elang pun pergi meninggalkan Adista yang kini mematung di tempatnya.
Elang tidak peduli dengan itu melihat Adista sudah sangat menyakitkan.
Adista adalah cintanya tapi cinta itu sendiri tidak pernah bisa ia gapai.
Biarlah semua pergi bersama dengan luka yang kini teramat pedih.
Adista pun berjalan menuju villa dia langsung berganti pakaian dan masukkan barang bawaannya kedalam koper tersebut, setelah selesai dan hendak keluar dari dalam kamar Elang langsung memberikan sebuah cek.
"Ambilah."ucap Elang.
"Apa? ini."tanya Adista.
"Anggap itu sebagai bayaran atas jasa mu berada di sisiku selama ini, dan kamu tetap bisa tinggal di apartemen itu."ucap Elang.
"Aku bukan pe***ur tuan Elang silahkan ambil anggap saja kita tidak pernah bertemu dan tidak terjadi apa-apa diantara kita kamu tidak usah khawatir secepatnya setelah kembali dari sini aku akan segera keluar dari apartemen mu, terimakasih untuk tampungan mu, semoga tuhan membalas kebaikan mu."ucap Adista yang hendak pergi.
"Kucing itu ada di penitipan kucing, aku akan menelpon mereka untuk diantarkan ke apartemen."ucap Elang.
"Terimakasih."ucap gadis itu yang tidak menoleh lagi, dia tidak bisa membiarkan elang melihat air matanya.
Begitu juga Elang yang menatap kepergian Adista.
Pria itu mengeratkan genggaman tangannya pada besi pembatas balkon kamar tersebut mungkin jika itu terbuat dari kaca saat ini benda itu sudah remuk tak bersisa.
Sungguh begitu sakit rasanya hati Elang ingin rasanya dia memohon agar Adista tetap tinggal namun Elang sadar jika Adista berhak untuk bahagia.
Adista pun pergi dengan sebuah helikopter yang kini membawa dia pergi menjauh dari villa menjauhi Elang yang masih menatapnya Air mata itu terus berjatuhan keduanya sama-sama terluka, Adista tidak pernah sadar bahwa rasa cinta itu kini benar-benar nyata adanya.
Adista pun tiba di sebuah bandara tapi kali ini dia tidak menggunakan jet pribadi milik Elang.
Seseorang memberikan tiket pesawat atas perintah dari Elang.
Adista pun tersenyum kecut mungkin hidupnya memang tidak ditakdirkan untuk memiliki pasangan baik itu teman hidup atau yang lainnya semua orang pergi menjauh.
Adista pun tiba di ibukota setelah menempuh perjalanan beberapa jam.
Gadis itu langsung naik taksi menuju ke apartemen tempat dia tinggal. sesampainya di sana dia sudah melihat barang-barang nya semua di depan pintu hunian tersebut.
Adista tau Elang punya hak untuk itu, dia melihat Gege yang kini berada di antara tumpukan barang-barang tersebut.
Adista pertama kali menatap lekat hunian yang belum lama ini dia huni.
Lalu beralih pada barang-barang miliknya, setelah itu dia mengangkat Gege dan menyeret koper tersebut berjalan menuju lantai bawah, tidak ada lagi satpam yang membantu dia seperti saat pertama kali dia datang.
Tapi Adista sadar semua atas kendali Elang.
...***********...
Saat semua barang-barang itu masuk kedalam mobil, setelah dia berulang kali bolak-balik ke atas kebawah semua barang-barang nya sudah masuk semua tidak ada yang tersisa di sana, Adista duduk menenangkan diri sejenak lalu dia menulis sebuah surat tanpa tujuan tertera gadis itu hanya berucap terimakasih atas semuanya setelah itu dia memasukkan cincin dan juga handphone pemberian Elang kedalam sebuah amplop berwarna coklat yang dibungkus dengan rapi seperti sebuah kiriman paket. gadis itu kembali keluar dari dalam mobil dia pun menitipkan itu pada sekuriti yang selama ini selalu membantu dirinya.
"Pak tolong berikan ini pada tuan Elang yang tinggal di gedung ini, ini ada sedikit rejeki terimakasih atas kebaikan anda selama ini saya pamit."ucap Adista yang langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari sekuriti tersebut.
Adista pun langsung bergegas pergi meninggalkan gedung pencakar langit tersebut dia tidak lagi melirik ke arah bangunan itu, sementara seseorang yang sedari tadi menatap kepergian gadis itu lagi-lagi mengeratkan genggaman tangannya.
"Tuan ini ada titipan dari mbak Adista."ucap sekuriti tersebut.
Pria itu langsung mengambil itu tanpa bicara apapun, sikapnya yang dingin kembali lagi seperti sedia kala.
Di dalam lift pria itu menggenggam erat benda itu sampai saat bunyi lift terdengar nyaring dia pun keluar dari dalam sana tepat di hadapannya istrinya sudah menunggu di depan pintu.
"Sudah pulang rupanya cepat sekali liburannya, apa? dia tidak bisa membuat mu puas di atas ra***ng ."ucap Astrid yang kini mengelus pundak suaminya dan dada bidang Elang.
Pria itu langsung menyambar bibir wanita itu dan langsung membawa istrinya itu masuk kedalam apartemen tersebut, Elang tidak pernah memberikan kesempatan untuk bicara pada Astrid sampai mereka selesai bercinta.
"Dia hanya gadis malang yang kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang kini sibuk dengan pasangannya masing-masing, dia gadis baik-baik yang selalu menjaga kehormatan diri, aku bahkan telah menipu dia dengan membuat surat perjanjian jual beli palsu dan uang itu mungkin uang tabungannya setelah dia tahu jika semua fasilitas yang dia miliki adalah milikku dia pun pergi dengan cepat."ucap Elang.
"Aku yang mengeluarkan semua barang-barangnya."ucap Astrid yang membuat Elang terdiam karena tidak menyangka Astrid bisa berbuat seperti itu pada orang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya.
Memang Astrid adalah wanita yang arogan tapi dia tidak pernah seperti itu pada orang yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
Elang pikir Adista benar-benar pergi meninggalkan apartemen itu karena tidak ingin bertemu dengan dirinya lagi.
Sementara Adista, saat ini dia tengah bermalam di dalam mobil miliknya yang ia parkir di sebuah pom bensin, gadis itu tidak mungkin mencari tempat di saat malam larut seperti ini.
Adista pun memberikan Gege makan dan minum terlebih dahulu mungkin dia lapar jadi dia tidak bisa tenang.
Adista pun langsung bergegas menuju super market yang tak jauh dari area tersebut, gadis itu membeli makanan kucing dan juga beberapa roti dan Air meneral tidak lupa kopi hitam yang dia sedu di pom bensin tersebut karena ada yang jualan kopi secara keliling.
Adista membawa semua itu kedalam mobilnya, dia mengganjal perut dengan roti, bukan tidak mampu lagi untuk membeli makanan. tapi Adista sudah tidak lagi bernafsu duduk menunggu makanan menghampiri meja seperti biasanya.
Sekarang gaya hidup mewah itu sudah akan hilang dari hidungnya, Adista harus mulai belajar hidup sederhana meskipun uang terus mengalir dari kedua orang tua yang tidak pernah peduli dengan perasaannya.
Adista hanya ingin melanjutkan hidup, dia sudah tidak lagi memikirkan tentang kedua orang tuanya yang penting baginya mereka baik-baik saja.
Adista pun mulai memejamkan mata nya karena malam semakin larut pom bensin tersebut juga banyak di tempati oleh mobil-mobil truk yang mengisi bahan bakar sekaligus beristirahat sejenak menghilangkan rasa lelahnya setelah mengemudi seharian penuh.
Adista pun menutup kaca mobilnya dengan kertas hps yang dia miliki agar dia bisa tidur nyenyak sebelum pagi tiba.
Sementara itu di apartemen milik Elang.
Pria itu kini tengah menatap langit malam, dia tengah memikirkan dimana gadis itu berada.
Elang pun teringat dengan paket berwarna coklat itu, dia mencari benda itu dan membawanya ke tempat dimana ia tadi menyendiri.
Disobek nya kertas coklat itu, dia pun mematung menatap lekat kedua benda berharga yang pernah ia berikan pada gadis itu.
Mungkin untuk cincin, Elang bisa mengerti jika Adista mengembalikan itu, tapi handphone, itu adalah pengganti handphone Adista yang sudah ia hancurkan saat itu.
Elang pun membuka keseluruhan amplop tersebut.
Dia menemukan sebuah tulisan tanpa tujuan yang jelas.
"Aku mungkin bodoh karena tidak bisa mengerti dengan apa? yang kamu rasakan selama ini, tapi cinta tak akan pernah baik-baik saja jika semua itu dijalani dengan keterpaksaan. Aku tau kamu menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih besar dari rasa cinta yang tak pernah kamu ungkapkan itu dariku! tapi cukup aku saja yang tau. Terimakasih atas kebaikan mu selamat tinggal karena kepergian ku pun atas kehendak mu."
Disaat Elang meremas kertas itu, bayang-bayang gadis itu terus melintas di benaknya.
Dan pertanyaan itu pun muncul di dalam benaknya.
"Apa? Adista tau tentang dirinya.
Sementara gadis yang dia pikirkan saat ini tengah terjaga dari mimpi buruknya.
Waktu menunjukkan pukul dua pagi dini hari, Adista pun menutup mata sambil mengelus Gege yang kini berada di pangkuannya.
Adista memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Jogja meskipun dia tidak akan pernah tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, dan dia memutuskan untuk kembali pindah kuliah.
Bersamaan dengan kepergian Adista Megan berlarian mencari-cari Adista saat ini karena dia mendengar kabar gadis itu kembali tidak melanjutkan kuliah di sana.
"Adista."ucap gadis yang kini hendak menawarkan bantuan beasiswa jika Adista berhenti kuliah.
Padahal Adista baru merencanakan untuk pindah ke kampus tempat dimana ia pertama kali masuk kuliah.
Saat Megan sedang ingin bertanya apa seseorang tiba-tiba ibu dan ayah nya lewat kehadapannya .
"Mommy daddy apa? kalian tidak melihat teman ku, dia pergi tanpa pamit.... bahkan dia berhenti kuliah handphone nya sudah sulit untuk dihubungi dan media sosial ku semua di blokir nomor handphone ku juga di blokir."ucap gadis itu ..
Saat ini Adista tengah berada sebuah teras rumah petak, tepatnya di sebuah kos-kosan yang lumayan besar dan banyak penghuni itu.
"Bagaimana? apa? sudah cocok
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments