Keputusan CEO

Hari itu, Syadira sudah mampu tersenyum bahkan bercanda di kantor bersama Vita, setelah lesung pipinya sempat sembunyi tak mau keluar karena kata-kata cemoohan yang ia dengar.

Namun, tiba-tiba senyumnya menjadi pahit tatkala ayah Aji selaku CEO perusahaan tempat Syadira bekerja, memanggil dirinya untuk menghadap. Perintah itu disampaikan oleh salah seorang karyawan kepercayaan Pak Haryo. Dengan perasaan yang tak menentu, Syadira segera menuju ruangan ayah Aji. Vita terus memberikan dukungan dan doanya agar tak terjadi apa-apa.

Syadira mengetuk pintu ruangan CEO, dan masuk ke dalam ruangan tersebut setelah dipersilakan.

“Silakan duduk, Syadira.” Ayah Aji meminta Syadira duduk di depan mejanya.

“Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan kamu untuk Aji. Tanpa kamu, Aji mungkin akan depresi dikejar-kejar oleh Bella. Saya yakin, Aji juga sudah memberikan imbalan kamu atas jasa kamu.” Ayah Aji membuka pembicaraan.

Syadira tetap diam mendengarkan apa yang akan disampaikan ayah Aji.

Ayah Aji melanjutkan pembicaraan tujuan ia memanggil Syadira. Sebelumnya, ia menyodorkan sepucuk surat yang dibalik, sehingga Syadira tak dapat membacanya. Jantungnya semakin berdegup kencang.

“Kalau kamu ingat, saya pernah memberikan kamu 2 kali perlindungan saat berita hubungan kalian tersebar, sebagai ucapan terima kasih saya atas bantuan kamu. Juga sebagai perlindungan untuk anak saya. Namun, Syadira, perlu kita ingat bahwa hidup ini akan selalu tentang hak dan kewajiban. Memberi dan menerima.” Pak Haryo memandang Syadira sekian detik.

“Setelah perlindungan yang telah saya berikan, ada hal yang perlu kamu lakukan untuk saya. Hal ini juga sekaligus tentang kontrak kerja kamu selama 1 tahun ini yang sudah tidak bisa diperpanjang lagi. Saya mau kamu menandatangani surat pengunduran diri ini,” perintah ayah Aji dengan membalikkan kertas di atas mejanya.

Sekujur tubuh Syadira lemas. “Maaf, Pak, kalau memang kontrak kerja saya sudah tidak bisa diperpanjang lagi, kenapa saya yang harus mengundurkan diri?”

“Syadira, di perusahaan ini, kalau kamu mengundurkan diri, kamu masih dapat pesangon. Tapi kalau kamu diberhentikan karena kontrak kamu telah diselesaikan, kamu tidak akan dapat apa-apa setelah kamu menerima gaji bulan terakhir kamu bekerja. Sebenarnya saya bisa saja melakukan kebijakan itu, namun saya selaku ayah dari anak laki-laki yang sudah kamu bantu, ingin memberikan sesuatu yang lebih baik untuk kamu,” jelas ayah Aji.

Syadira juga sempat menanyakan mengapa tiba-tiba kontraknya dihentikan, padahal jangka waktu saat ia menandatangani kontrak kerja adalah 3 tahun. Apalagi, selama 1 tahun ia bekerja, ia tak pernah sekalipun melanggar peraturan kantor, izin sesuai waktu yang ditentukan, bahkan tak pernah 1 kali pun terlambat, juga tak pernah mendapat teguran apa pun. Namun, ayah Aji enggan untuk mengatakan alasannya, ia hanya mengatakan bahwa ini adalah kebijakan kantor yang baru jika karyawan kontrak bisa sewaktu-waktu diputus kontraknya, tidak perlu menunggu 3 tahun.

Syadira yang tak berani melawan ayah Aji, hanya sanggup menerima, walaupun dalam hatinya merasa belum bisa menerima semua ini. Syadira terpaksa menandatangani surat pengunduran dirinya. Entah di mana ia harus segera mencari pekerjaan setelah ini.

“Tenang saja, kamu masih tetap bekerja sampai akhir bulan ini. Terakhir dari saya, jangan mengatakan apa pun kepada Aji tentang pengunduran diri kamu,” pinta Pak Haryo.

Syadia mengangguk tanda mengerti, kemudian izin pamit meninggalkan ruangan.

Begitu mentup pintu, Syadira bergegas berlari menuju toilet. Air matanya sudah tak tertahankan lagi. Selama 15 menit Syadira menangis tanpa suara di dalam toilet.

“Dir, kenapa?” tanya Vita saat Syadira tiba di dekatnya.

“Nanti aku ceritakan sepulang kantor,” jawab Syadira datar.

###

Selesai jam kantor, Syadira meminta Aji tak mengantarnya pulang karena sedang ada urusan dengan Vita. Syadira mengajak Vita mampir ke rumahnya untuk menceritakan semuanya. Syadira mulai menjelaskan apa yang dibicarakan Pak Haryo padanya. Sontak, Vita pun menangis tersedu-sedu.

“Bagaimana denganku tanpa kamu, Dir,” isak tangis Vita tak berhenti.

Syadira pun menenangkan Vita dan memintanya belajar dari kisahnya, untuk tak melakukan seperti apa yang dilakukannya, sekali pun itu adalah perintah atasannya. Setiap keputusan memiliki konsekuensi. Ini lah konsekuensi yang diterima Syadira.

Sampai saat ini, Syadira masih merasa bahwa keputusan Pak Haryo ada kaitannya dengan hubungan kontraknya dengan Aji. Bisa juga, ayah Aji tak ingin jika Aji dekat dengannya. Untuk itu, ayah Aji sengaja mejauhkan Aji dengan dirinya dengan meminta Syadira mengundurkan diri.

Waktu kurang dari 1 bulan yang tersisa, digunakan Syadira untuk mulai mencari pekerjaan baru. Bagaimana pun, ia memiliki tanggung jawab untuk mengirim uang jajan dan kebutuhan lain adiknya yang masih kuliah. Syadira juga mulai mencari kos untuk tempat tinggalnya nanti setelah ia tak lagi menempati rumah Aji, karena kos Syadira sebelumnya sudah penuh tak bisa menerima penghuni lagi.

Vita menawarkan kosnya untuk ditempati Syadira sementara waktu, setidaknya sampai temannya itu mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal yang baru.

Beberapa jam mereka berbincang-bincang, Vita izin berpamitan pada Syadira karena Aji akan segera datang.

Vita dan Aji berpapasan. Aji sempat bertanya-tanya mengapa mata Vita sembab. Namun, Aji mengurungkan niatnya untuk bertanya.

“Hai, Mas,” sapa Syadira.

Sementara Aji duduk, Syadira membuatkan minuman hangat untuk Aji. Aji tampak merasa aneh pada diri kekasih kontraknya itu. Aji melihat mata Syadira juga sembab sama seperti yang dilihatnya pada Vita.

“Kamu baik-baik saja?” tanya Aji mencemaskan keadaan Syadira.

Syadira hanya mengangguk dan tersenyum.

“Tadi aku dengar Vita bilang sampai jumpa besok, kalian mau kemana?” tanya Aji ingin tahu.

Syadira menjelaskan bahwa ia dan Vita akan mulai mencari kos baru, karena kos Syadira yang lama sudah penuh.

“Aku ‘kan tidak mungkin tinggal terus di sini, Mas, jadi sisa kurang dari 1 bulan ini aku sudah harus mencari tempat baru. Tapi sementara aku tinggal di kos Vita dulu sampai nanti aku benar-benar dapat tempat,” jawab Syadira yang hanya mengatakan soal tempat tinggalnya, tidak dengan pekerjaan baru yang harus juga ia cari.

Aji menawarkan untuk tetap tinggal di rumah ini, namun Syadira menolaknya. Tak mungkin ia memutus urat malunya sendiri sedangkan ayah Aji justru ingin menjauhkan Aji darinya. Aji bertanya sekali lagi pada kekasih kontraknya itu apakah ia baik-baik saja, karena Aji masih melihat ada sesuatu yang berbeda dari diri Syadira.

Tak sengaja, Aji mendapati laptop Syadira yang masih menyala. “Lowongan kerja? Kamu mau pindah kerja, Dir? Kenapa?”

Syadira tampak kebingungan menjawab pertanyaan Aji. “Oh, ini, Mas. Aku ‘kan di kantor cuma karyawan kontrak, jadi mau coba cari-cari pekerjaan lain, karena sewaktu-waktu ‘kan kontrak kerjaku tidak dilanjut, begitu perjanjian di awal dulu.”

Aji membantah jawaban Syadira karena Syadira baru bekerja 1 tahun, sedangkan masa kontrak di kantornya adalah 3 tahun, dan bila selama bekerja tak pernah mendapat teguran atau semacamnya, maka masih bisa mengajukan perpanjangan kontrak lagi. Syadira pun semakin dibuat tak tahu harus menjawab apa. Ia tampak menahan tangisnya.

“Dir, kamu kenapa sih? Aku merasa aneh sekali dengan sikap kamu hari ini.” Aji memaksa Syadira untuk bercerita.

“Aku lagi capek aja, Mas, jadi tak bersemangat,” jawab Syadira berbohong.

Mendengar jawaban Syadira, Aji memutuskan untuk pulang dan meminta Syadira beristirahat. Tak lupa, Aji mencium kening Syadira bak pasangan kekasih pada umumnya. Padahal jelas saja apa yang mereka lakukan di dalam rumah tak dapat dilihat oleh anak buah Bella .

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!