Saling Terancam

Syadira yang sedang berdiri di halte kantor menunggu ojek, tak sengaja mendengar pembicaraan salah seorang karyawan laki-laki senior dalam panggilan teleponnya.

“Nanti saya transfer lagi, asal kamu benar-benar menjaga nama saya. Kalau kamu menjebloskan saya, saya akan menyeret kamu,” ucap karyawan laki-laki itu sembari masuk kembali ke dalam kantor.

Syadira tampak tak asing dengan karyawan tersebut. Ia mengingat pernah bertemu sebelumnya dalam rapat divisi keuangan di kantornya. Saat itu, Syadira diminta tolong untuk menggantikan moderator yang tak bisa hadir karena mengalami kecelakaan di h-1 acara. Sayangnya, ia tak tahu siapa nama bapak itu.

“Apa bapak itu ada hubungannya dengan berita pemalsuan laporan keuangan waktu itu ya, hmmm mencurigakan,” ucapnya dalam hati.

Syadira yang tengah berpikir, dikejutkan oleh dering ponselnya.

“Halo, Mas,” sapa Syadira pada Aji yang sedang meneleponnya.

“Kamu sudah sampai rumah?” tanya Aji memastikan keadaan kekasih kontraknya itu.

“Belum, lagi nunggu ojek. Vita izin pulang duluan siang tadi karena sakit. Mas Aji masih di luar?” Syadira kembali bertanya pada Aji.

Aji menjelaskan bahwa ia sedang mendampingi sang ayah yang tengah meeting dengan klien di gedung pertemuan sebuah hotel. Aji meminta maaf tak bisa mengantar Syadira pulang. Ia berjanji akan segera menemui Syadira setelah bertemu klien.

“Iya tidak apa-apa, aku bisa mengerti. Hati-hati ya, Mas, sampai jumpa,” jawab Syadira mengakhiri panggilan telepon Aji.

Karyawan yang baru saja dilihat Syadira masuk ke dalam kantor, kembali menuju halte dengan membawa berkas, lalu masuk ke dalam mobil yang telah siap menjemputnya. Kejadian yang dilihatnya itu kembali memaksanya untuk mengingat sesuatu. Sekilas ia melihat map merah yang dibawa karyawan itu. Ia teringat pernah ada penjelasan tentang berkas apa saja yang dimasukkan ke dalam map berwarna merah itu. Salah satunya adalah salinan laporan keuangan yang hanya boleh dipegang oleh jabatan tertentu, tentunya, karyawan tadi tak berhak membawanya.

Seketika, Syadira merekam dalam otaknya mengenai apa yang dilihatnya, kemudian berusaha mengabaikannya. “Ah, mungkin map pribadinya yang kebetulan sama berwarna merah.

###

Selesai mendampingi sang ayah, Aji langsung menuju kediaman Syadira. Entah mengapa, saat ini yang ia rasakan adalah tak peduli ada atau tidak adanya anak buah Bella yang memata-matainya, ia tetap ingin bersama Syadira selayaknya pasangan kekasih pada umumnya. Hati yang penuh kegembiraan karena akan bertemu sang kekasih, membuat Aji tak menyadari bahwa mobil ayahnya mengikutinya sampai di rumah Syadira.

Syadira yang mendengar suara mobil Aji, bergegas keluar rumah untuk menemui Aji. Seperti biasa, sebelum memasuki rumah, Aji merangkul Syadira dan disambut hangat oleh pelukan Syadira. Tak lupa, Aji mencium kening kekasih kontraknya itu.

Dari kejauhan, ayah Aji tampak memperhatikan mereka. “Rumah siapa ini? Apa benar hubungan mereka hanya sebatas kontrak? Tampaknya tidak.”

Selesai mengamati Syadira dan anaknya, ayah Aji meminta sopirnya untuk segera meninggalkan tempat itu. “Jalan."

Sementara itu, salah seorang anak buah Aji yang berjaga di sekitar rumah, tampak memperhatikan mobil ayah Aji, dan berniat akan segera melaporkan pada bosnya.

Selang 1 jam kemudian, Aji tampak keluar dari rumah Syadira dan langsung dihampiri oleh anak buahnya.

“Malam, Pak. Tadi saya melihat ada mobil berhenti sekitar 10 menit di sana. Terlihat mobil itu memperhatikan Bapak,” lapor anak buah Aji.

Aji mengangguk paham akan maksud anak buahnya. Ia tak terlalu memikirkan hal itu karena mengira mereka adalah anak buah Bella. Lantas, Aji meminta anak buahnya untuk tetap menjaga rumahnya juga Syadira bila terjadi apa-apa.

###

Selena yang akan memasuki kantor Aji, tak sengaja melihat Bella yang juga akan masuk ke dalam kantor. Sontak, Selena mencegah Bella karena ia tahu Bella pasti akan membuat keributan di sana. Selena menghampiri dan memanggil Bella.

“Mau apa, Bel?” sahut Selena dari belakang Bella.

Bella tampak mengingat Selena “Oh, kamu. Ada urusan apa di sini? Mau menemui Aji?”

“Iya, tentu. Aku sudah ada janji dengannya,” jawab Selena berbohong.

“Kamu tahu Aji sudah punya pacar ‘kan, jadi tak sepantasnya kamu menemuinya,” cegah Bella agar Selena tak merusak rencananya.

“Oh iya, aku tahu bahwa Aji tak lagi bersamamu. Justru itu aku ingin memintamu pulang karena Aji tak ingin lagi bertemu kamu!” tegur Selena agar Bella tak berulah di kantor Aji.

Bella tampak terkejut mendengar ucapan Selena yang telah mengetahui kabar hubungannya. Ia pikir dirinya bisa membohongi Selena bahwa mereka masih menjalin hubungan. Bella pun menolak permintaan Selena untuk pulang.

“Lebih baik kamu yang pergi, aku tak ingin menemui Aji, aku hanya ada sedikit urusan di dalam.” Bella kembali berjalan menuju lobi kantor.

“Aku akan memberitahu keluargamu tentang kelakuanmu di luar sana, jika kamu masih nekat masuk ke dalam!” teriak Selena menghentikan langkah Bella.

Bella berbalik arah menghampiri Selena. “Siapa kamu berani mengancam aku?”

“Aku juga akan memberitahukan keluargamu bahwa kamu hamil! Sepertinya mereka belum tahu kalau anak perempuan satu-satunya yang cantik ini suka tidur dengan banyak lelaki,” tantang Selena tertawa puas.

“Aji benar-benar keterlaluan, beraninya dia membocorkan soal kehamilanku pada orang lain,” ucap Bella dalam hati.

Selena menghimbau Bella untuk tak banyak tingkah menjelang pernikahannya dan duduk diam di rumah sembari mempercantik dirinya agar memukau setiap tamu undangan. Selena juga mengingatkan Bella agar ia memikirkan nasibnya juga calon anaknya, karena jika keluarga Jonas mengetahui riwayat masa lalu Bella yang pernah tidur dengan lelaki lain, mereka bisa saja membatalkan pernikahan ini. Sedangkan papa Bella akan semakin malu pada semua orang karena anaknya hamil di luar nikah.

Bella geram mendengar ucapan Selena. Ia semakin bertekad untuk menyebarkan berita hubungan Aji dengan Syadira saat ini juga. Namun sayangnya, Selena seolah mengetahui rencana busuk Bella. Selena kembali mengancam Bella jika ia berani melakukannya, maka Selena juga akan berani membongkar keburukan Bella di depan keluarga Jonas dan keluarganya sendiri.

Bella semakin mengecam aksi Selena. Ia pun memutuskan pergi dari kantor Aji untuk memikirkan rencana lain. Bagaimana pun, ia tak bisa berpikir jernih dalam keadaan seperti ini.

Tak lama, mobil Aji dan ayahnya datang beriringan menuju parkiran kantor.

Selena yang mengetahui kedatangan Aji dan ayahnya, sengaja tetap berdiri menunggu mereka. “Halo, Om,” sapa Selena pada ayah Aji dan mencium tangannya

“Hai, Selena, apa kabar? Kapan datang?” sambut ayah Aji.

“Selena sudah lama di Indonesia, Om. Kata Papa anak perempuan gak boleh jauh-jauh. Selena berjalan sambil mengobrol dengan ayah Aji memasuki lobi kantor.

Selena juga mengatakan maksud kedatangannya adalah untuk meminta Aji juga ayahnya datang ke acara peluncuran kafe baru milik papa Selena. Mereka bertiga berjalan melewati Syadira dan Vita yang berada di belakang meja resepsionis. Aji berlalu melirik Syadira, begitu pun Syadira yang juga sempat melirik Aji kemudian menunduk. Syadira tak berani berlama-lama melihat mereka bertiga yang tampak akrab seperti anak kandung dan anak mantu.

“Pak Haryo sepertinya mulai memperhatikanmu, Dir.” Vita mengingatkan temannya itu agar lebih berhati-hati.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!