NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta Kontrak Sekretaris CEO

Pertemuan Pertama

Meski bukan dalam hitungan hari, tetapi enam bulan bukan termasuk waktu yang lama. Semua rencana pernikahan telah mereka siapkan matang-matang. Dari kartu undangan hingga hidangan yang akan disajikan ketika resepsi. Semua sudah siap, Aji sudah siap. Begitu pula dengan kotak cincin di genggamannya yang telah selesai hari ini. Namun, kotak elegan itu terjatuh keras di lantai kamar hotel.

Awalnya ia tidak percaya, mungkin hanya halusinasi atau mimpi. Tapi, pemandangan di depannya ini terlalu jelas untuk disebut mimpi. Setetes air mata pun membasahi pipinya.

“A-Aji…” lirih Bella, wanita yang sedang mencoba untuk menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Wanita cantik dengan tubuh indah yang dihiasi tanda-tanda kecupan layaknya bunga sakura yang berguguran.

Wanita yang akan resmi menjadi istri Aji dalam enam bulan. Gugur sudah rasa cinta di hati Aji menjadi serpihan-serpihan yang hanyut dalam rasa benci. “Kita selesai! Jangan pernah cari aku lagi!” 

“Aji, tunggu!!” Bella mencoba mengejar Aji tanpa mempedulikan pasangan bercintanya yang terus berteriak memanggil namanya. Namun, ketika tangannya hampir menyentuh Aji, Aji dengan kasar menampiknya. 

“Jangan sentuh!” tegas Aji. Ia menatap tajam Bella seperti akan membunuh wanita ini kalau sampai dia berani menyentuhnya lagi. “Dasar pelacur!” 

Setelah itu, tanpa memperdulikan Bella, Aji pun berangsur pergi. Sesampainya di parkiran mobil, tangannya yang menggenggam pintu mobil seketika melemah. Sekujur tubuhnya lemas hingga ia berlutut dan dengan sekuat tenaga menahan jerit amarahnya. Alhasil, api kemarahan itu hanyut bersama dengan sakit hati yang mendalam dan mengalir melalui tangis yang tertahan.

Kata orang pria itu tidak boleh menangis. Pria itu harus kuat dan menangis berarti lemah. Namun, tiga tahun mencintai Bella hingga berujung pengkhianatan menguras habis hati dan kekuatan Aji untuk terus kuat.

Apa yang kurang? Apa yang salah? Sejak kapan

Semua pertanyaan itu terjawab oleh kesunyian. 

“Selamat tinggal, Bella.”

###

Detik demi detik, menit demi menit, hingga hari demi hari dan bulan pun berganti, Aji berusaha fokus dengan berbagai hal. Pekerjaannya di kantor menjadi pelarian setiap harinya. Makan bersama teman setelah pulang kantor serta bermain golf di akhir pekan, semua itu ia lakukan agar tidak ada sedikitpun waktu untuk mengingat Bella, meski malam selalu membawanya melintasi memori-memori indah dengan sang mantan.

Bohong kalau dia bilang sudah lupa. Tiga tahun mencintai wanita yang sama dan sudah bersiap meminangnya. Bella sudah menempati begitu banyak tempat dalam hidupnya. Di rumah, di kantor dan dimanapun Aji berada, kenangan itu tetap ada hingga perasaan cintanya pada Bella yang bisa tiba-tiba menyerangnya layaknya sebuah penyergapan oleh musuh. Namun, ingatannya juga masih kuat pada kejadian hina yang dilihatnya di hotel waktu itu. Aji sudah tidak sudi! 

Lain dengan Bella yang bermuka tebal, meski tahu kesalahannya, ia tetap merajuk dan menemui Aji demi tetap terlaksananya pernikahan mereka. Seperti hari ini, Aji kembali disergap wanita tidak tahu malu itu di kantornya.

“Aji, aku mohon. Tidak bisakah kita memperbaiki ini? Manusia tidak ada yang sempurna dan mereka rentan terhadap kesalahan. Plis, berikan aku satu kesempatan lagi,” desak Bella dengan mata yang sudah memerah menahan tangis. 

Mendengar penjelasan sang mantan, Aji tertawa mengejek. “Rentan kesalahan? Tapi, bukan berarti tidak bisa berpikir hingga tidak bisa menghindari kesalahan itu, ‘kan?”

Bella terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Tidak pernah terpikirkan olehnya Aji akan sedingin ini dan secerdik itu merespon. “Bukankah sebuah kesalahan pertama berhak atas kesempatan kedua?” ucapnya seolah terus memohon.

“Tsk! Berhenti dengan omong kosongmu. Apa yang kamu perbuat itu bukan sebuah kesalahan, Bella. Yang telah kamu lakukan adalah memilih untuk selingkuh!” 

Aji pun kembali berjalan menuju lobi kantor. Tapi, Bella tidak pantang menyerah. Ia terus mengikuti Aji dan memohon meski tak dihiraukan Aji. Sampai akhirnya, Bella dengan lantang menangkap pergelangan tangan Aji dan menahannya.

“Lepas!” Tatapan Aji langsung berubah tajam. Sayang, pria tidak boleh memukul. Kalau tidak, Aji pasti sudah menendang parasit ini. 

“Ji, aku mohon. Kemarin Papa kenalin aku sama anak temannya. Papa mau pernikahan aku tetap berjalan karena dia malu kalau aku batal nikah apalagi semua relasi dan karyawannya sudah dengar kalau aku akan menikah 3 bulan lagi. Apalagi, undangan yang belum disebar, sehingga memungkinkan nama kamu masih bisa diganti. Tapi, aku nggak mau nikah sama dia, Ji. Aku cuman cinta sama kamu! Jadi Papa mau aku nikah sama anak temennya karena kamu sudah membatalkan semuanya,” ucap Bella menyesali perbuatannya.

“Lalu, apa urusannya denganku?” tanya Aji dengan ekspresi datar dan suara tanpa perasaan. 

Bella terkejut melihat tidak adanya reaksi dari Aji ketika mendengar Bella akan dinikahi oleh pria lain. Sudah tidak ada lagikah perasaan cinta untuknya? Tiga tahun mereka menjalin hubungan, namun semudah itu Aji melupakannya?

“Kalau kamu memang tidak mau menikahi anak teman papa kamu…” 

Bella seketika bersemangat kembali saat mendengarkan kalimat itu. Dia pikir Aji akan luluh, tapi detik berikutnya, kenyataan menampar Bella.

“Nikahi saja teman bercintamu yang kemarin itu,” Aji melanjutkan kata-katanya.

Wajah Bella langsung memerah mendengar perkataan vulgar Aji. “Aji! Dia bukan teman…”

“Aku nggak peduli siapa dia yang sudah tidur denganmu! Intinya, jangan ganggu aku lagi. Kita sudah selesai. Tolong punya malu sedikit!” Aji langsung menghempaskan tangan Bella.

Bella yang kesal pun berbalik menyerang Aji. “Jangan hanya menyalahkan aku! Kamu sendiri bagimana? Begitu cepat melupakan cinta kita. Tiga tahun, Aji! Kalau kamu bisa semudah itu melepaskan aku, maka sudah pasti kamu juga berselingkuh, iya ‘kan?!”

Suara Bella meninggi hingga menarik perhatian orang-orang di lobi kantor. Begitu juga dengan Syadira, salah satu staf resepsionis di kantor Aji, yang sedang melewati keduanya sambil membawa paket. Suara Bella mengagetkannya hingga mematung di tempat.

Dahi Aji berkerut dan ekspresinya semakin mendingin. “Terserah kamu mau bicara apa. Sekarang pergi!”

Bella kembali terkejut dengan ketidakpedulian Aji. Dia pikir tuduhannya bisa membuat Aji panik karena takut nama baiknya tercemar. Itu juga alasan mengapa dia meninggikan suaranya. Namun, kenyataannya, Aji benar-benar tidak peduli. 

“Aji, kamu–” 

“Mohon maaf, Mbak.” Kalimat Bella terpotong oleh Syadira. “Apapun permasalahannya, saya harap anda bisa menyelesaikannya secara pribadi dan tidak membuat kegaduhan di kantor ini. Suara anda sudah merusak suasana kondusif kami sehingga mohon maaf, tapi saya harus meminta anda untuk meninggalkan tempat ini.” 

Bella yang masih menggebu-gebu pun tidak bisa membendung amarahnya ketika ditegur oleh Syadira. Dia merasa dipermalukan sehingga membalasnya dengan mendorong tubuh Bella. Paket di genggaman Syadira pun langsung terjatuh bersamaan dengan dirinya.

“Bella!” Aji yang kaget berteriak dan berangsur membantu Syadira, begitu pula dengan karyawan lainnya yang lewat. Keributan ini juga menarik perhatian satpam di lobi yang langsung menghampiri Bella.

“Benar ‘kan kamu selingkuh! Dia ‘kan j*l*ng yang merebutmu dariku?! Pantas saja dia ikut campur! Dasar tidak tahu malu, merebut sesuatu yang bukan milikmu. Kamu goda tunanganku dengan tubuhmu…”

Belum sempat Bella menyelesaikan kalimatnya, Syadira sudah menamparnya. “Jaga mulut anda ya Mbak. Anda yang berselingkuh tapi malah menuduh orang. Saya memang hanya karyawan biasa di sini tapi saya tidak sehina itu!” 

Lalu, Syadira menatap pak satpam dan berkata, “Tolong bawa dia, Pak.”

Aji melihat Bella yang masih mencoba melawan saat diseret keluar lalu melirik Syadira. “Saya minta maaf atas kekacauan tadi dan apa yang sudah diperbuat mantan saya.”

“Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti.” Syadira hanya tersenyum kecil, menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Aji.

Namun, baru satu langkah, langkah Syadira langsung dihentikan lagi oleh Aji. Syadira pun melihat tangannya yang digenggam Aji. Aji spontan melepasnya.

“Maaf, saya hanya ingin meminta tolong kepada kamu. Oh ya, siapa namamu?” tanya Aji.

“Syadira, Pak,” jawab Syadira tegas namun sopan.

“Salam kenal, Syadira. Saya Aji.” Aji tersenyum. Wajahnya semakin terlihat tampan hingga membuat pipi Syadira memerah.

“Sebelumnya, terima kasih ya atas bantuanmu tadi. Lalu, maaf kalau saya agak lancang, tapi saya benar-benar butuh bantuan.” Aji melanjutkan pembicaraannya.

Aji menatap lurus ke arah Syadira dengan ekspresi penuh keseriusan. “Maukah kamu berpacaran denganku?”

Syadira tersedak. “Maaf??” 

“Ah! Maksudku bukan macam-macam. Hanya saja kejadian tadi membuatku mengerti kalau Bella tidak akan menyerah andai kamu tidak menengahi kami. Jadi, saya pikir dengan berpacaran kontrak, Bella akan meninggalkan saya. Kontrak dalam arti kamu bisa mengajukan beberapa syarat sebagai timbal balik kamu sudah membantu saya. Bagaimana?” Aji membujuk Syadira agar mau membantunya.

Syadira mengangguk mengerti meski merasa ini sangat aneh. Tiba-tiba diminta menjadi kekasih kontrak oleh seorang Sekretaris CEO, yang juga merupakan anak dari CEO tempat ia bekerja. Ini terasa bukan seperti kekasih tapi hanya seperti tameng untuk melawan mantan. Namun, melihat Aji yang tak berdaya di hadapan Bella yang tebal muka, Syadira merasa iba.

Akhirnya, Syadira dengan ragu menerima permintaan Aji. “Boleh, tapi mari kita diskusikan dulu syaratnya ya, Pak, agar tak merugikan saya di kemudian hari.”

Aji merasa lega mendengar jawaban Syadira dan langsung menarik Syadira menuju ruangannya. Sementara itu, Syadira menatap malu tangannya yang masih digenggam Aji. 

...****************...

Kekasih Kontrak

Aji mempersilakan Syadira duduk di hadapannya.

“Tapi, Pak, bukannya peraturan kantor tidak membolehkan karyawannya memiliki hubungan dalam 1 kantor?” Syadira berusaha memperjelas tugas barunya.

“Satu lagi, Pak. Kalau orang-orang kantor tahu hubungan kontrak kita bagaimana?” tanya Syadira melanjutkan pertanyaannya yang masih berkecamuk.

“Tenang, cuma pura-pura di depan Bella kok. Lagi pula selama kita belum menikah, jangan khawatir. Peraturan kantor hanya berlaku saat karyawannya menikah,” ucap. Aji menenangkan Syadira.

“Tulis nomor hp kamu di sini. Oh iya, sekalian alamat email kamu ya,” perintah Aji sembari menyodorkan kertas dan pena pada Syadira.

Syadira menulis nomor hp dan alamat emailnya lalu menyerahkan kembali kepada Aji.

“Tapi saya masih belum paham tentang pacaran kontrak ini, Pak,” tutur Syadira lembut pada Aji yang sibuk mengoperasikan ponselnya.

Tak lama, hp Syadira berdering pertanda ada pesan masuk.

Aji

Aji memandang Syadira yang penuh dengan kecemasan di wajahnya. “Saya tidak mungkin berlama-lama dengan kamu di sini. Cerita lengkapnya akan saya ceritakan besok setelah pulang kantor, saat kita makan malam di luar karena malam ini saya sudah ada janji dengan teman saya. Sambil saya siapkan juga tentang berkas perjanjian hubungan kontrak kita.”

“Yang jelas, untuk hubungan kita di kantor, saya akan buat kamu tetap bersama saya tanpa mengundang curiga para karyawan lain. Kebetulan, dalam persiapan rapat tahunan bersama Dewan Komisaris yang akan diadakan bulan depan, saya masih membutuhkan 1 orang karyawan lagi untuk bergabung dengan tim saya membantu mempersiapkan semuanya. Tentunya, sebelum hari H, tim saya akan terus mengadakan rapat persiapan. Apa-apa saja yang harus kamu persiapkan saat rapat perdana nanti, akan saya kirimkan melalui email,” lanjut Aji.

Syadira mengangguk sembari menelaah kata-kata Aji.

###

Esok harinya selesai pulang kantor, Syadira yang sudah berjanjian dengan Aji akan malam bersama, memasuki mobil Aji yang mengampirinya di depan halte kantornya, setelah Aji memberikan kode aman untuk Syadira pergi dengannya.

Setibanya di parkiran salah satu restoran elit di kawasan ibukota, mereka turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran menuju meja yang sudah direservasi atas nama Aji. Syadira menelan ludah saat merasakan  kemewahan suasana restoran. Baru sekali ini ia makan di tempat seperti ini. Sekilas Syadira pun merasa rendah di hadapan Aji dan memikirkan akan kegagalan rencana mereka tentang hubungan kontrak ini karena dijalani oleh dua orang dengan kehidupan yang sangat berbeda. 

Syadira yang melamun, dikejutkan dengan suara Aji yang memanggilnya.

Bukan menjawab panggilan Aji, Syadira justru memandang dalam mengagumi wajah calon kekasih kontraknya itu. 

Aji melambaikan tangannya di depan mata Syadira. “Syadira, halo, Dira.”

“Eh iya, Pak. Maaf,” ucap Syadira gelagapan.

Sembari menunggu makanan disajikan, Aji mengeluarkan beberapa lembar kertas perjanjian kontrak mereka untuk saling ditandatangani dan memberikannya pada Syadira untuk dipahami.

“Di sini sudah saya tulis hal-hal apa saja yang harus kita lakukan dan tidak boleh dilakukan serta upah yang akan kamu terima nanti setelah hubungan kontrak ini selesai. Soal kantor, saya yang akan handle semuanya, kamu tidak perlu khawatir. Sesuai rencana kegiatan yang saya katakan kemarin, kita akan terlihat selalu bersama, walaupun dengan tetap menjaga jarak. Saya yakin Bella akan nekat datang lagi ke kantor. Saat di luar kantor kita juga harus sering bersama karena saya yakin Bella akan terus menemui saya. Selama beberapa bulan ke depan, jangan pernah terlihat pergi dengan lelaki lain, begitupun saya, tidak akan pergi dengan wanita lain. Kontrak akan berjalan selama 3 bulan ke depan sampai tanggal pernikahan Bella berlangsung. Yang tak kalah penting juga, jangan membocorkan rencana kita pada siapa pun. Saya akan transfer kamu 10 juta sebagai uang muka,” terang Aji dengan mengeluarkan ponselnya kemudian mentransfer uang tersebut pada Syadira.

Syadira terkejut melihat notifikasi internet bankingnya yang memberitahukan uang masuk senilai 10 juta ke dalam rekeningnya. Ia berpikir bagaimana bisa Aji mendapatkan nomor rekeningnya. Seolah ia lupa bahwa Aji adalah cucu dari pemilik perusahaan tempat Syadira bekerja, yang pasti akan dengan mudah mendapatkan informasi apapun tentang karyawannya.

“Tapi, Pak, apakah ini tidak terlalu banyak?” tanya Syadira meragukan keputusan Aji karena uang tersebut senilai dengan gajinya selama 3 bulan. 

Aji tersenyum mendengar pertanyaan Syadira. “15 juta sisanya akan saya transfer lagi setelah kontrak berakhir. Kalau kamu merasa 25 juta sedikit, kita bisa negosiasi lagi.” 

“Tidak, Pak. Ini sudah lebih dari cukup bagi saya,” tukas Syadira. “Lalu kapan kontrak ini akan dimulai?” lanjut Syadira memperjelas kapan tugasnya dimulai.

“Malam ini.” Aji menjawab penuh keyakinan.

Syadira yang masih membaca berkas dari Aji, terlihat kebingungan dengan salah satu poin yang terdapat dalam surat perjanjian tersebut. “Maaf, Pak. Maksud dari poin nomor 5 ini apa ya, Pak? Saya harus tinggal di tempat yang Pak Aji sediakan.”

“Saya mau kamu tinggal di salah satu rumah yang saya beli tahun lalu. Keluarga saya belum ada yang tahu tentang pembelian rumah itu, termasuk Bella dan teman-teman saya. Sengaja saya membelinya karena terkadang saya butuh tinggal sendiri saat sedang menginginkan ketenangan. Setiap 1 bulan sekali saya tinggali rumah itu, jadi beberapa barang saya ada di sana. Rumahnya tidak besar, tapi sangat nyaman jika berada di sana. Tujuan saya meminta kamu tinggal di rumah itu adalah, agar Bella tak memandang kamu rendah. Saya yakin dia tak akan kehilangan cara untuk mencari tahu hubungan kita, termasuk tentang siapa kamu,” ungkap Aji tegas.

Aji melanjutkan penjelasannya dengan mimik tak tega. “Maaf Syadira, kemarin saya sempat ikuti kamu untuk tahu kamu tinggal di mana. Setelah saya tahu kamu tinggal di dalam gang sempit, saya yakin jika Bella tahu akan hal ini dia akan semakin memojokkan kamu dan menganggap hubungan kita hanya pura-pura. Dia pasti berpikir janggal jika saya mencintai wanita seperti kamu. Untuk itu, saya sengaja menaikkan status sosial kamu dengan meminta kamu tinggal di rumah saya.”

Syadira tercengang mendengar penjelasan Aji. Ada sakit hati yang ia rasakan, namun tak pantas juga ia marah karena memang begitu keadaannya. Syadira memang tinggal di kos murah yang berada di dalam gang sempit, karena ia merantau, sedangkan gajinya hanya cukup untuk membayar kos murah tersebut.

“Tapi kan saya memang hanya lulusan D2, Pak. Saya juga hanya bekerja sebagai resepsionis. Rasanya saya memang jauh berbeda dengan Pak Aji. Itu juga yang menjadi bahan pertimbangan saya untuk melakukan hubungan kontrak ini,” ucap Syadira mengeluarkan opininya.

“Untuk sementara, kita bisa merekayasa cerita kehidupan kamu. Toh kamu juga baru bekerja belum ada 1 tahun kan, tidak banyak yang tahu kamu siapa dan dari keluarga seperti apa. Syadira, andai ada yang bertanya tentang keluarga kamu, jawab saja keluarga kamu bangkrut hingga kamu hanya mampu menyelesaikan studi kamu sampai D2. Mau tak mau kamu harus bekerja dengan pekerjaan yang ada, termasuk pekerjaan kamu saat ini. Bilang saja rumah yang kamu tempati adalah milik saudara kamu yang boleh kamu tinggali sekaligus agar kamu bisa merawatnya. Setelah kontrak kita berakhir, kamu bisa melanjutkan hidup kamu dan tinggal di tempat sebelumnya. Ya, bisa saja kamu jawab rumah itu sudah dibeli orang lain jadi kamu terpaksa ngekos.” Aji memberikan arahan pada Syadira dengan jelas.

Seakan tak ada lagi hal yang pantas untuk dibantah Syadira, ia hanya terdiam mendengar penjelasan Aji. Tak lupa, Aji meminta Syadira ikut menandatangani berkas perjanjian, setelah Aji memastikan Syadira memahami dan menerima semua peraturan kerjasama mereka. 

Tak lama, makanan yang mereka pesan pun datang. Syadira dibuat heran dengan menu yang dihidangkan. Dengan hati-hati ia mencicipinya agar tak memalukan di depan Aji.

“Oh iya, Pak. Saya mulai pindahan kapan ya karena saya belum sempat berkemas?” tanya Syadira yang teringat akan peraturan kontrak untuk tinggal di tempat barunya.

“Seperti yang saya katakan tadi, kita mulai menjalankan rencana kita malam ini, jadi malam ini juga kamu akan tinggal di sana. Tidak perlu repot-repot berkemas karena saya sudah siapkan semua keperluan kamu di rumah itu. Baju, peralatan mandi, ­skincare, semuanya sudah ada. Kalau ada yang kurang, nanti bisa kamu sampaikan ke saya biar saya lengkapi lagi.” Aji menjawab dengan santai.

Syadira yang tengah minum pun tersedak mendengar jawaban Aji. “Apa, Pak? Rasanya saya tidak pantas menerima fasilitas seperti itu, Pak.”

“Jangan sungkan, Dir. Kamu sudah baik mau membantu saya, justru rasanya apa yang saya berikan untuk kamu belum cukup membayar semuanya,” ucap Aji tersenyum.

“Kalau boleh tahu, apa alasan Pak Aji sampai tak mau lagi bertemu Bella? Apa perselingkuhan Bella sudah keterlaluan? Maaf, Pak, karena saya tidak sengaja mendengar kata-kata perselingkuhan kemarin,” tanya Syadira ingin tahu. 

“Dia bukan hanya memacari lelaki lain di saat masih bersama saya, tapi dia sudah tidur dengan lelaki itu. Jadi benar ‘kan alasan saya untuk membencinya?” ucap Aji berbalik bertanya.

Syadira hanya mengangguk.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka selesai makan dan Aji mengantar Syadira di tempat tinggal barunya yang tak jauh dari kantor.

Sesampainya di rumah, Aji menjelaskan sedikit tentang rumah itu. Syadira hanya mampu membelalakkan matanya saat mengingat perkataan Aji tentang rumah ini yang tak besar. Kenyataannya, walaupun hanya terdiri dari 1 lantai, rumah ini bahkan terlalu mewah untuknya. Setelah tak ada pertanyaan dari Syadira, Aji berpamitan pulang ke rumah Kakeknya yang ia tinggali bersama Ayahnya.

...****************...

Kontrak Dimulai

Syadira menceritakan seluk beluk hubungan kekasih kontrak ini termasuk fasilitas yang diterimanya pada Vita, teman baiknya di kantor, tentunya dengan izin dari Aji yang akhirnya mau menuruti permintaan Syadira untuk meminta Vita membantunya menjalankan hubungan ini.

“Padahal Pak Aji sama Mbak Bella itu sudah seperti pasangan impian banget ya tapi bisa-bisanya putus karena kebodohan si cewek. Padahal mah impian banyak wanita bisa mempunyai pasangan seperti Pak Aji,” ucap Vita menyayangkan sikap Bella. 

“Tapi, Dir, yang aku takutkan adalah kalau orang kantor sampai tahu bagaimana? Apalagi kalau sampai Ayah dan Kakeknya juga tahu, bisa selesai hidupmu,” ujar Vita menakuti Syadira. 

Syadira menjelaskan pada Vita tentang hubungannya di kantor dengan Aji yang sudah dipikirkan matang-matang olehnya.

“Yang aku takutkan bukan hanya itu, Dir. Tapi cibiran orang-orang kantor sama kamu. Pasti mereka akan membanding-bandingkan kamu dengan beberapa perempuan yang pernah dekat dengan Pak Aji. Aku dengar, sebelum sama Mbak Bella, ada rumor Pak Aji pernah dekat sama Mbak Citra, Kepala Divisi Keuangan. Tapi karena Mbak Citra orangnya ambisius, tidak mungkin melepas karir hanya untuk lelaki sekalipun cucu dari yang punya perusahaan. Jadi mereka dikabarkan berpisah sebelum menjalin hubungan,” ungkap Vita yang memiliki banyak informasi dari Chorina, si ratu gosip di kantor.

“Aku takut ada orang-orang munafik dan syirik di kantor yang pasti akan membanding-bandingkan kamu dengan yang dulu, seperti netizen,” lanjut Vita tak tega pada teman baiknya itu.

“Aku rasa ada hal lain yang membuat kamu mau menerima kontrak itu. Kamu menyukai Pak Aji ya?” tebak Vita menduga-duga perasaan Syadira.

Syadira hanya terdiam kemudian mengangguk. 

“Lalu, kapan kamu mulai berpura-pura menjadi kekasihnya?” tanya Vita yang penasaran dengan hubungan kontrak mereka.

“Sabtu ini Pak Aji meminta aku untuk datang ke pernikahan teman kuliahnya, dan karena si Bella itu juga teman satu angatan di kampusnya, sudah pasti dia ngeyel minta berangkat bersama sama Pak Aji, otomatis ini jadi tugasku,” ucap Syadira. 

Vita tertawa mendengar jawaban Syadira yang terlihat memelas. 

###

“Dir, 15 menit lagi aku sampai rumah,” ketik Aji dalam pesannya.

“Iya, Pak,” balas Syadira kemudian melanjutkan riasannya. 

Tak lama, Aji datang berjalan menuju rumah yang ditempati Syadira. Belum sempat mengetuk pintu, Syadira dengan cekatan membukakan pintu. Aji terpaku sekian detik melihat Syadira. 

“Pak,” ucap Syadira membuyarkan lamunan Aji.

“Eh iya, Dir, maaf,” ucap Aji yang tengah terpesona melihat kecantikan Syadira dengan riasan di wajahnya.

“Kita berangkat sekarang, Pak?” tanya Syadira. 

Aji mengangguk dan mempersilakan Syadira berjalan lebih dahulu menuju mobilnya.

“Dir, jangan panggil Pak ya selain di kantor. Panggil Mas saja,” pinta Aji lirih.

Selama di perjalanan, Syadira terlihat gugup karena baru pertama kali datang ke acara pernikahan berdua dengan seorang lelaki.

Setibanya di parkiran gedung, Bella menghampiri Aji yang akan memasuki gedung bersama Syadira. “Aku beneran curiga kamu juga selingkuhin aku, Ji,” sahut Bella dari belakang.

"Ini perempuan di kantor kamu waktu itu 'kan? Jadi benar 'kan kalian ada hubungan?" lanjut Bella meneriaki Aji.

Aji seolah tak mau meladeni Bella dengan terus berjalan menggandeng tangan Syadira.

“Ji, secepat itu kamu move on dari aku,” ucap Bella mengejar Aji.

“Buat apa aku tidak segera move on, toh yang kamu lakukan lebih hina dari yang aku lakukan,” jawab Aji sambil menggandeng Syadira mengajaknya masuk. 

“Tenang saja, jangan keliatan gugup,” bisik Aji. 

Syadira semakin terlihat gugup kala Aji berbisik mendekatkan bibir ke telinganya.

“Mas, janji cuma sebentar ya di sini,” pinta Syadira yang merasa tak nyaman. 

Aji mengangguk.

Bella memandang sinis Aji dan Syadira. 

Aji yang tengah asyik berbincang dengan teman-temannya yang sudah lama tak ia jumpai, seakan melupakan permintaan Syadira untuk tak berlama-lama berada di pesta. 

Melihat Syadira yang tengah sendirian, Bella menghampirinya. 

“Sudah jadian berapa lama?” tanya Bella mengintrogasi. 

Syadira tampak mengatur pernafasannya agar terlihat natural di depan Bella. 

“Kita belum lama kok, lebih tepatnya kita mulai dekat saat kamu ketahuan selingkuh,” jawab Syadira sesuai instruksi Aji. 

“Kamu yakin Aji tidak menjadikanmu hanya sebagai pelariannya aja? Karena jarak aku putus dengan Aji itu juga belum lama loh,” ujar Bella remeh. 

“Aku sih tidak peduli ya, Mbak. Yang penting di hati Mas Aji sekarang hanya ada aku, karena dia sudah benar-benar membencimu,” jawab Syadira optimis. 

Bella seperti tak suka mendengar perkataan Syadira. 

“Hati-hati sama omongan kamu, ingat ya kamu cuma karyawan bawahan di kantor, aku tau siapa kamu,” ujar Bella mengingatkan dengan sinis. 

Aji yang baru menyadari Bella sedang berbicara sinis pada Syadira, seketika berpamitan pada teman-temannya dan mengajak Syadira pulang. 

“Sayang, pulang yuk, katanya mau nonton,” ajak Aji tanpa memperdulikan keberadaan Bella. 

Syadira tersenyum mengangguk. 

Bella terus memandangi mereka dengan wajah kesal dan cemburu.

“Memang kita mau nonton ya, Mas?” tanya Syadira saat di mobil. 

“Pura-pura saja. Oh iya, maaf ya tadi tinggalin kamu sebentar karena keenakan ngobrol sama teman-teman aku, kita sudah lama tidak ketemu soalnya. Kamu tidak nyaman ya tadi di sana,” ucap Aji lembut. 

“Ya, karena ada Mbak Bella dan teman-teman kamu liatin aku, aku takut ketahuan,” curhat Syadira. 

“Santai saja, Dir. Biar terlihat meyakinkan, bersikaplah seolah kamu memang pacar sungguhan,” ucap Aji mengingatkan. 

Tak lama, mobil Aji sampai di depan rumah yang ditempati Syadira. 

“Aku pamit, ya Dir. Terima kasih untuk hari ini,” pamit Aji. 

“Sama-sama, Mas, aku masuk dulu ya,” ucap Syadira. 

Dengan cepat Aji menarik tangan Syadira yang sudah bersiap untuk turun dari mobil. “Kamu ganti baju pergi ya, kita jadi nonton sekarang.”

Syadira melongo melihat sikap Aji. “Loh, kok tiba-tiba, Mas?”

Aji tampak melihat kaca spionnya dan melihat mobil Bella dari kejauhan. “Aku baru sadar Bella mengikuti kita. Selesai ganti baju, langsung masuk mobil lagi, jangan lama-lama, 10 menit cukup."

“Masak Mas Aji mau nonton pakai batik?” tanya Syadira yang gagal fokus pada baju Aji. 

“Aku pakai kaos lagi, tinggal dibuka kemejanya saja,” jawab Aji yang mulai membuka kancing kemeja batiknya. 

Syadira yang melihat Aji akan membuka baju, segera turun dari mobil.

Setelah beberapa menit kemudian, Syadira yang telah berganti pakaian dan sedikit menghapus riasan wajahnya, masuk kembali ke dalam mobil Aji. 

“Dia masih di belakang?” tanya Syadira lirih.

 Aji mengangguk. 

 Dari kejauhan, Bella tampak mencermati rumah Syadira.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!