"Ji, boleh masuk sebentar?” tanya Bella mengetuk pintu kamar Aji.
Aji membukakan pintu. Bella memasuki kamar Aji dan duduk di atas kasur. Aji yang tengah terpesona melihat riasan Bella yang telah mengenakan gaun, kembali menyadarkan dirinya tentang status mantan tunangannya itu.
“Bel, kita bisa bicara di luar. Tidak enak sama Jonas,” tegur Aji yang tak sanggup menata hatinya.
Bella memberi isyarat Aji untuk duduk di sebelahnya dan memegang tangan Aji. “Ji, aku cuma mau bicara sebentar saja, tanpa bermaksud apa-apa. Dua bulan lagi, aku akan menikah dengan Jonas. Aku memang sedang belajar mencintai dia, Ji. Tapi, jujur, dalam hati aku masih mengharapkan kamu. Aku tahu kamu pasti muak dengan aku, atas kesalahan fatalku, tapi, Ji…” Bella tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
“Bel, sudah. Jonas sudah menunggumu di luar untuk segera foto. Lupakan semuanya, kita sudah selesai. Aku tidak mau Jonas dan Syadira salah paham melihat kita,” pinta Aji melepaskan genggaman tangan Bella.
Bella kembali memegang pundak kanan Aji. “Aji, aku tidak menyangka hubungan kita akan secepat ini berakhir. Aku menyesal pernah mengkhianati kamu, ternyata sesulit ini melupakan kamu. Aku yakin kamu juga masih mencintai aku ‘kan, Ji.”
Aji terus menyadarkan dirinya untuk tak tergoda dengan perkataan manis Bella. Aji memang belum mampu melupakan juga menghilangkan semua perasaannya pada Bella. Namun, apa yang sudah mereka putuskan, tak boleh disesali. Keputusan Bella untuk bercinta dengan lelaki lain, dan keputusan Aji untuk membatalkan pernikahannya.
Syadira yang tak sengaja lewat di depan kamar Aji, sekilas melihat Aji dan Bella sedang berbincang di atas kasur. Sontak ia mengalihkan pandangannya kala mendengar langkah kaki Jonas yang akan memasuki villa. Bukannya mengurus perasannya sendiri yang sakit melihat kebersamaan Aji dan Bella, ia justru sengaja segera menghampiri Jonas sebelum lelaki itu melihat apa yang baru saja dilihatnya.
“Jonas, kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?” tanya Syadira mengeraskan suaranya agar Bella dan Aji segera keluar kamar.
“Oh, nggak, Dir. Aku baru cek mobil aja tadi dan sekalian mau panggil Bella juga karena kita udah mau telat,” jawab Jonas menghentikan langkahnya.
Syadira sengaja mengajak Jonas berbasa basi hingga Bella keluar menghampiri mereka. Jonas pun bergegas mengajak Bella berangkat dan berpamitan pada Syadira. Tak lama, Aji datang menghampiri Syadira.
Syadira berbalik arah ketika melihat Aji, sontak Aji memegang tangan Syadira mencegahnya untuk pergi.
“Terima kasih ya, Dir,” ucap Aji datar.
“Buat apa?” tanya Syadira ketus.
Aji menjelaskan bahwa ia melihat Syadira melewati kamarnya, dan sengaja mengajak bicara Jonas agar tak melihat Bella yang sedang bersama dirinya di kamar.
Syadira mengangguk dan tersenyum yang dipaksakan, lalu kembali pergi meninggalkan Aji.
“Dir,” panggil Aji yang menghentikan langkah Syadira.
“Kamu marah?” tanya Aji melanjutkan ucapannya.
Syadira kembali berbalik ke arah Aji, menatapnya datar, dan menghela nafas panjang. “Aku ikut Mas Aji aja maunya bagaimana. Masih mau dilanjutkan atau tidak, tapi yang jelas kalau memang masih mau lanjut, aku berharap Mas Aji tetap mengikuti peraturan kita di awal, peraturan yang Mas Aji buat sendiri. Kalau seperti tadi, Mas Aji terkesan bingung mau melanjutkan atau tidak hubungan kontrak ini.”
Aji meminta maaf pada Syadira tentang kejadian tadi pagi. Ia mengatakan bahwa dirinya memang masih berusaha mengontrol perasaannya. Di satu sisi, ia memang sudah memaafkan Bella dan ingin terus menunjukkan hubungan kontraknya agar Bella benar-benar tak mengejarnya lagi. Namun di sisi lain, ia masih berusaha menghilangkan perasaannya pada Bella yang terkadang masih teringat akan kenangannya.
“Mas Aji sadar nggak? Ini adalah bagian dari rencananya. Dia tahu kelemahan kamu, Mas, begitu kamu lengah, dia beraksi. Sadar gak sih, Mas? Dia sengaja meminta maaf agar kamu tenang tidak seperti dulu saat kamu mengusirnya di kantor. Karena dengan kamu seperti ini, dia akan lebih mudah merayu kamu!” ungkap Syadira kesal dengan sikap Aji yang tak tegas.
Aji mendekati Syadira dan menyentuh pundaknya. “Maaf, Dira, aku sudah membuatmu kecewa berkali-kali. Aku memang lemah ketika berada di situasi seperti ini.”
Aji berusaha menenangkan Syadira dan menyogoknya dengan mengajaknya pergi jalan-jalan.
“Asal bukan ke tempat yang pernah kalian kunjungi,” ujar Syadira ketus.
Aji tersenyum dan merangkul kekasih kontraknya itu.
###
“Kata orang di sini es krimnya enak,” ucap Aji yang tengah menikmati es krim bersama Syadira.
Syadira yang lebih banyak diam menikmati es krimnya, membuat Aji ingin mengerjainya. Aji mengoleskan es krim di pipi Syadira. Syadira terkejut dan membalasnya. Mereka pun saling tertawa dan bercanda begitu dekat.
Syadira melihat Aji begitu lama dan membiarkan hatinya berbicara. “Kamu benar-benar kekasih ideal, Mas. Denganmu, aku merasakan kebahagiaan yang tak pernah dirasakan oleh wanita sepertiku. Walaupun kita hanya berpura-pura, namun, aku merasa hubungan kita begitu nyata.”
“Asal kamu tahu, Mas. Aku begitu sakit ketika melihatmu bersama perempuan lain. Mau dengan Bella, mau dengan Selena, atau dengan siapa pun. Rasanya tak rela jika aku melihatmu bahagia tapi tak bersamaku, walaupun batas antara kita sangatlah tinggi. Aku menyayangimu, Mas,” lanjut Syadira dalam hati sambil terus memandangi Aji.
Aji yang menyadari Syadira memandanginya begitu lama, membalas pandangan Syadira. Seketika Syadira memalingkan mukanya. Ia berusaha menyembunyikan rasa malunya.
“Jangan liat-liat, nanti naksir,” goda Aji.
“Udah dari lama,” jawab Syadira lirih.
“Apa, Dir?” Aji ingin meminta Syadira mengulangi perkataannya.
Syadira memasang ekspresi bahwa ia tak berkata apa-apa.
Selesai menikmati es krim, Aji mengajaknya ke salah satu klub di pantai. Tempat yang begitu romantis. Aji memperlakukan Syadira tak selayaknya kekasih kontrak, tetapi sebagaimana pasangan yang sesungguhnya. Berkali-kali Syadira dibuat tersenyum lebar oleh perlakuan Aji.
Aji juga sesekali melindungi Syadira dengan tubuhnya dari himpitan beberapa orang karena kondisi klub yang ramai.
“Duduk, Dir,” pinta Aji mempersilakan Syadira duduk sementara Aji berdiri di sampingnya dengan segelas minuman di tangannya.
“Lapar nggak, Dir? Mau pesan makanan? Udah siang nih. Atau kamu makan di tempat lain?” tawar Aji.
“Pantas saja Bella ingin terus mengejarmu. Laki-laki penuh kehangatan dan perhatian, tak pernah membentak jika aku salah, justru menenangkanku, ah kamu benar-benar lelaki idamanku,” ucap Syadira dalam hati yang terpukau karena sikap Aji.
Beberapa detik kemudian, ia tersadarkan dengan tatapan Aji. “Iya, Mas, kenapa?”
Aji mendekatkan wajahnya ke wajah Syadira. “Kamu mau makan di sini atau makan di luar?”
“Terserah Mas Aji aja aku ikut, yang penting makannya sama Mas Aji,” jawab Syadira polos.
Aji tersenyum dan mengusap kepala Syadira karena gemas.
###
Keesokan harinya, Bella kembali ingin menemui Aji. Aji yang tak menjawab panggilan Bella dari luar, membuat perempuan licik itu dengan berani memasuki kamar Aji. Bella yang tanpa rasa bersalah langsung duduk di kasur kamar Aji.
Tak lama Aji yang sedang mandi keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Ia terkejut melihat Bella yang sudah ada di kamarnya hanya dengan mengenakan baju tidurnya yang terbuka. Aji sontak menyuruh Bella keluar karena tak ingin Jonas dan Syadira melihat mereka.
“Kita ‘kan cuma teman, Ji, kenapa harus takut, kita nggak mungkin ngapa-ngapain juga, itu pintu terbuka kok. Lagian Jonas masih tidur. Syadira juga pasti masih di kamarnya. Aku cuma mau ngobrol aja, 'kan sebentar lagi setelah aku menikah kita nggak bisa ngobrol lagi,” jawab Bella santai.
“Bel, tolong keluar. Kalau mau ngobrol kita bisa di ruang tamu. Kamu juga harus siap-siap untuk foto ‘kan?” Aji membujuk Bella keluar kamarnya.
“Jadwal fotonya masih nanti sore, waktu sunset. Ayah dan kakek apa kabar, Ji?” Bella berbasa basi agar Aji tak mengusirnya.
Aji hanya menjawab singkat pertanyaan Bella dan terus memintanya keluar.
“Oke oke aku keluar. Ji, boleh nggak kita foto untuk yang terakhir kali? Kenang-kenangan terakhir kita di Bali,” rajuk Bella manja yang langsung memoret dirinya bersama Aji.
Aji yang seolah tak tertarik dengan kata-kata Bella, hanya mampu mengiyakan permintaanya agar Bella segera keluar dari kamarnya. Saat Bella akan keluar dari kamar Aji, Syadira melihat mereka. Pemandangan yang membuat hatinya kembali sakit, apalagi, Aji terlihat hanya memakai celana pendeknya, dan Bella yang mengenakan baju tidur seksinya.
Melihat itu semua, Syadira segera kembali menuju kamarnya dengan raut muka kesal. Aji yang mengetahui Syadira pergi, segera menyusul Syadira di kamarnya. Bella hanya tersenyum pahit melihat drama Aji dan Syadira.
“Dira,” panggil Aji pada kekasih kontraknya itu yang sedang mengemasi baju-bajunya.
“Mas Aji kalau memang maunya begini kita selesai aja deh, nggak perlu menunggu sampai batas waktu kontrak. Percuma!” ketus Syadira lirih agar tak terdengar oleh siapa pun, sembari terus memasukkan baju-bajunya dalam koper.
Aji menjelaskan kejadian yang baru saja ia alami. Melihat Syadira yang tak menghiraukannya, Aji memeluk Syadira. Seketika Syadira pun mematung. Seakan untuk bernafas pun sangat sulit.
“Dir, aku minta maaf, tapi dia yang memaksa masuk, aku bahkan sudah memintanya keluar, aku tidak akan pernah mengkhianati kontrak kita, dan juga kamu,” bujuk Aji yang terus memeluk Syadira.
Hati Syadira berdegup kencang ketika dipeluk oleh lelaki idamannya yang sedang tak mengenakan baju itu. Tubuh dingin Aji seusai mandi pun terasa hangat karena pelukannya. Syadira luluh, ini lah titik lemahnya, ia tak mampu mengatakan apa pun, hanya mampu menikmati kehangatan ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments