Melihat kehebohan Kirana dengan Fajri. membuat Abraham dan Gandhi bersama keruang keluarga.
"Papi jadi nggak sabar punya cucu." Lirih Abraham yang masih di dengan Gandhi yang berdiri disampingnya.
" Iya Pi.. mudah-mudahan cepat di kasih ya pi." Ucap Gandhi yang di mainkan Abraham. Keduanya menoleh setelah sadar mereka berucap. Dan keduanya tertawa. Yang lainnya hanya menggeleng kepala.
"Orang kaya mah bebas." Ucap Fatih yang dianggukan istrinya.
" Iya ya mas. aku sempat takut tadi, sebab yang aku dengan Taun Abraham tuh kan tegas." Cerita Felia yang di setujui Fatih. Karena dulu ia sering ke rumah Abraham saat mereka masih SMA.
Gandhi mendekati istrinya." Aku jadi gemes deh." Colek Gandhi pada pipi istrinya.
Kirana melotot." Hai gemes ya sama si bocah ngapain aku yang dicubit. sakit tahu mas..!" Kesal Kirana yang tidak bisa membalas. karena ada Fajri di Tangannya.
Kirana kesal melihat suaminya yang malah terkekeh.Ia memberikan Fajri pada suaminya. dan membalas cubitan ke pipi suaminya.
" Iya ya mas. gemesnya..." Ucap Kira mencubit pipi suaminya dengan cukup kuat.
Gandhi hanya pasrah menerima pembalasan istrinya. Fatih yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala.
"Eh. kalian kalau bergelut tuh di kamar. biar papi dapat cucu." Ucap Abraham mengambil alih Fajri.Ia dari tadi juga pengen menggendong bocah yang hanya anteng saja.
Sedangkan Gandhi dan Kirana diam terpaku mendengar ucapan papinya yang tidak ada filter. Keduanya diam bagai patung.
Gea dan lainnya. menutup mulut menahan senyum melihat pasutri baru tersebut yang salah tingkah akibat ulah Abraham yang mengambil alih Fajri dan mengajaknya bercanda.
Kirana hanya tersenyum kikuk. papinya selalu membuatnya kalah. ia hanya duduk manis tanpa bergerak pun. Karena tangannya di genggam suaminya walau ia sudah berusaha menjauhkan.
Suasana yang agak tegang tersebut di kejutkan oleh suara tangis Fajri yang tiba-tiba. hingga Abraham kaget
"Eh. ini kenapa tiba-tiba nangis.?" Tanah Abraham yang memberikan Fajri lada Fatih.
Felia mengambil alih dan ternyata anaknya pup. Setelah memeriksanya.
"Maaf Om. fajri nya Pup. makanya nangis mungkin sudah resah,karena geli.." Jawab Felia tersenyum sungkan.
" Oh. kirain. ini bocah bikin opa kaget saja. sana bersihkan dulu." Ical Abraham yang kembali tenang.
Gea mengajak Felia ke kamarnya. untuk membersihkan Fajri dan mungkin bocah tersebut juga butuh ASI. karena sudah terlalu lama main. apalagi setelah bongkar.
Viona yang dari tadi hanya diam. memberanikan diri bertanya. mengingat masalah rumah yang ia tempati ini.
"Maaf ya Mas Abraham. saya mau tanya. rumah ini milik siapa saya butuh penjelasan agar saya tidak penasaran. sebab anak mantu tidak mau cerita" Tanya Viona.
Abraham duduk santai memperhatikan semuanya yang tegang menunggu kabar. Kecuali Gandhi dan Kirana
"Rumah ini milik kamu Viona. ini hak kalian. ini masih uang suami mu. jadi kamu tidak usah khawatir ya tentang ini semua." Jawab Abraham singkat.
"Tapi mas. kepergian kita ke Singapura dan lainnya sudah memakan biaya yang banyak. sekarang kami di kasih rumah.. apa itu adik mas.?" Tanya Viona yang masih belum percaya.
"Ha....ha.. iya. kalau berhak mendapatkan semuanya. kalian berhak bahagia. maaf jika aku terlambat menemukan kalian." Ucap Abraham sedih. ia merasa bersalah telah menyia-nyiakan istri sahabatnya yang dianggap saudara.
Abraham memanggil asistennya yang baru saja datang. sepertinya sudah di atur Abraham semuanya. ia menerima sebuah amplop coklat yang cukup besar dari asistennya
"Di depan kalian. aku arahkan. ini adalah surat wasiat buat Viona istri ayahnya Gibran.
Di dalamnya ada sudah lengkap. dan silahkan kamu baca Gandhi." ucap Abraham pada mantunya.
Gandhi yang duduk dekat mama dan istrinya mengambil amplop tersebut dan membacanya.
Viona kaget. sedangkan Gandhi hanya santai saja. suratnya tidak berapa jauh dengan surat wasiat untuknya. hanya saja bedanya dengan saham perusahaan. hanya dia dan mertuanya yang tahu.
"Jadi.. ini milik kita. Mas Gibran sudah membelinya cukup lama... mas Gibran. kamu selalu membuat ku selalu jatuh cinta." Lirih Viona dengan pipi yang basah.
Fatih yang mendengarkan kisah orang tuanya yang telah menjadi penyebab papanya Gandhi sepupunya meninggal menundukkan wajah. ia sangat malu.
"Maafkan sikap papa ku Tan." Ucap Fatih berlutut di kaki Viona.
Viona yang mendapatkan perlakuan seperti sangat kaget." Duduklah. kamu tak salah... mau gimana lagi, dia juga adikku. aku tak nyangka ia senekat itu.." Lirih Viona menatap Fatih anak dari adik ya yang juga sebagai pembunuh suaminya.
"Saya berjanji Tan. saya akan menjadi saksi. dan saya akan membuatnya membusuk di penjara. sudah banyak hati yang terluka ulah sifatnya yang jelek." Ucap Fatih menggebu- gebu.
Gandhi meminta Fatih kembali duduk di tempatnya." Biarlah.. bro. biar hukum saja yang menghakimi. kamu adalah anak baik, dan jangan kamu kotori tanganmu." Ucap Gandhi yang tahu kondisi Fatih yang merasa bersalah akan sikap orang tuanya yang gila.
Fatih pun mengangguk. ia bangga dengan saudaranya yang tidak dendam pada papanya. padahal papanya sudah membuat hidupnya menderita selama beberapa tahun ini.
Semuanya terharu. Abraham yang melihat sikap menantunya yang sangat baik tanpa dendam. ia bangga punya mantu, dan berharap dapat menggantikannya kelak dan menjadi imam bagi putrinya. Kini ia bernafas lega. karena ia dan istrinya tak salah dalam memilih menantu.
Suasana kembali heboh saat si kecil Fajri tertawa sendiri melihat Kirana yang menggodanya dari jauh.
"Sayang. kenapa sama kamu tertawanya lepas begitu. kadahal di goda dari jauh saja.?" Tanya Gandhi heran.
"Tumben pak Dodo jadi lugu begini.?" Tanya Kirana heran.
"Pak Dodo...?" Tanya semuanya heran.
Kirana terkekeh. melihat Kirana yang terkekeh Fajri pun ikut tertawa seolah Kirana menggodanya Melihat kondisi tersebut semuanya ikut tertawa.
"Eh. tapi pak Dodo itu siapa.?" Tanya Abraham yang selesai tertawa.
"Menantu papi. pak Dodo. artinya pak Dosen dan lak Dokter. dari pada susah ya singkat saja." Jawab Kirana santai
Tadinya semuanya berhenti tertawa kembali tertawa. hanya Gandhi yang merenggut wajah nya kesal. istri telah menjatuhkan martabatnya.
"Jangan marah bro. bagus juga tuh panggilan sayang Kirana." Ical Fatih yang tak tahan melihat ekspresi Gandhi.
Kirana benar-benar gadis polos. biasanya Putri seorang konglomerat itu sikapnya jaim sekali. syok kool, tapi ini malah selengek an. pikir Fatih menggeleng-gelengkan kepalanya.
Gandhi yang tadinya cemberut kembali ceria. " Makasih ya sayang. tapi cukup hanya mereka saja yang tahu. kamu jangan bilang di kampus pada teman-teman!" Ancam Gandhi yang takut wibawanya akan hancur.
"Baik pak Dodo." Jawab Kirana yang dapat pukulan di kepalanya.
" Pi. lihat nih kelakuan Mantunya, ini namanya KDRT." Kesal Kirana yang merasa sakit keningnya di tonjok suaminya. walau hanya sedikit sakit saja.
Gandhi hendak mengusap kening istrinya. di hindari istrinya. Kirana menjauh bahkan ia berdiri menghindar.
"Eh. mau kemana sayang.." Ucap Gandhi menarik tangan istrinya.
" ke kamar mandi. mau ikut..?" Goda Kirana yang dianggukan Gandhi secara tak sadar. malah dapat pukulan dari mamanya.
"Idih. ini anak bikin malu saja. lihat tuh ada mertua kamu." Kesal Viona lada anaknya. yang di jawab kekeh an Gandhi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments