Besoknya. Gandhi masuk kelas. ia langsung melihat ke seluruh ruangan. dan matanya tertuju pada gadis yang berjilbab duduk di sudut belakang. Gandhi tidak tahu, kenapa gadis tersebut duduk di sana.
Gandhi mengambil absen dahulu seperti biasa. dan mengecek mahasiswa. apakah ada kelurahan selama mengikuti kuliah atau apa gitu. Sebagai Dosen PA mereka. Ghandi harus tahu perkembangannya.
Satu persatu mahasiswa mengeluarkan unek-unek atau kendala mereka. Sedangkan Kirana hanya diam. matanya menatap ke depan tapi pikirannya seolah ke mana-mana.
Setelah selesai mengecek, Gandhi pun langsung menyampaikan materi. dan kali ini program mereka ada kunjungan ke sebuah panti jompo.
"Oh ya, Minggu depan kita berangkat pagi ya, dan kumpul dulu di sini. mungkin kita butuh beberapa orang membeli barang yang akan kita bawa ke sana."Ucap Gandhi memberitahu kannya.
"Maaf pak. saya kan bendahara kelas ini. gimana kalau saya aja dengan Randa pergi membelinya pak." Usul Bunga. Namun di tolak Randa.
"Nggak.! Besok saya main basket pak. sama teman cewek saja lah Bunga." Randa berbicara tak suka.
Tentu saja membuat suasana heboh, karena orang sudah banyak yang tahu. kalau Bunga menyukai Randa.
Sementara Kirana masih saja diam tak. bergeming. Gandhi mendekati gadis tersebut. Namun Gandhi melihat Bayu yang duduk tak jauh dari Kirana menggodanya, karena orang-orang pada heboh. jadi tentu perhatian Meraka tak fokus padanya.
"Jangan banyak melamun, nggak baik anak gadis suka menyendiri. Kamu ikut kan acara ke panti jompo?" Tanya Bayu pada gadis tersebut.
Namun tanggapannya hanya dingin. Kirana mendesah berat. ia menundukkan kepalanya ke meja.
Gandhi batuk-batuk kecil, hingga Kirana kaget dan menatap dari suara tersebut."Kamu sakit?" Tanya Gandhi singkat dan hendak mendekati kening Kirana, namun Kirana respek menghindar. karena ia tidak tahu kalau Gandhi sekaligus seorang dokter bedah.
"Ng... nggak pak." Jawab Kirana terbata-bata.
Ia merasa canggung saat Dosen menatapnya lekat.
"Jika kamu nggak sehat. silahkan ke UKS, dan istirahat di sana sebentar. jika tidak memungkinkan, segera pulang saja. apa perlu saya telpon papa mu?.' Tanya Gandhi membuat Kirana bingung.
"Maaf pak. ah nggak perlu ke UKS pak, saya hanya pusing sedikit. saya permisi ke toilet sebentar boleh ya pak?" Tanya Kirana merasa sungkan.
"Silahkan. Naira tolong bantu temannya ya." Perintah Gandhi membuat kaget mahasiswa yang ada.
Namun tak satu pun yang berani membantah atau bertanya. Kirana yang di perlakukan begitu merasa malu. Ia tak berani menatap temannya. ia berjalan menunduk, sementara Gandhi hanya senyuman- sendiri tanpa di ketahui orang lain.
Kirana dan Naira keluar menuju toilet."Maaf kalau saya merepotkan mu. saya bisa sendiri Nai. kamu boleh masuk lagi." Ucap Kirana yang tak enak hati.
"H..he.. nggak apa-apa, nggak merepotkan kan kok, santai saja. aku tunggu di sini ya Na." Ucap Naira duduk di dekat taman.
Kirana akhirnya pasrah. setelah selesai, ia masih bingung mau gimana. apa balik kelas atau langsung pulang. ia benar-benar malu di perlukan begitu.
"Apa maksudnya ya pak Gandhi. kemarin marah-marah, sekarang perhatian nggak jelas gitu." Ucap Kirana lirih.Ia bingung harus apa. rasanya ia tak bisa percaya apa yang terjadi hari ini.
Papinya pak Abraham menjemputnya. untuk kembali pulang ke rumahnya, dengan alasan
sudah ada yang tahu tempat tinggalnya oleh wartawan. dan papinya. nggak ingin terjadi apa-apa pada anaknya. makanya ia tarik lagi pulang.
"Aku kok. makin nggak bebas ya. baru kemarin rasanya menikmati hidup tenang. sekarang malah makin repot." Kesalnya mengomel sendiri
Naira yang m lihat Kirana sudah selesai, ia pun mendekati dan mengajaknya masuk.
"Masuk lagi yuk. nanti pak Dosen nya marah." Ajak Naira yang tidak terdengar oleh Kirana karena tidak fokus.
Naira menarik tangan Kirana yang masih bengong."Hai. kamu kenapa narik tangan ku.?" Tanya Kirana yang mengikuti langkah Naira yang cukup cepat.
"Sabar Nai, tadi kan udah saya bilang. kamu masuk aja ke kelas, dari pada kamu kena omel pak Dosen." Tolak Kirana yang tidak mau lagi tangannya di tarik- tarik Naira.
Kirana berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Naira. Yang akhirnya terlepas.
"Maaf ya Nai, tadi udah aku bilang. kamu masuk aja. aku mau pulang." Ucap Kirana yang tidak tahu kalau pak Gandhi berdiri di depan pintu kelasnya.
Sedangkan Naira langsung masuk kelas dan duduk. Karena ternyata ada tugas yang di berikan. dan sedang bekerja, makanya Naira cepat mau masuk sebab ia dapat kabar kalau ada tugas kelompok. Naira tentu tidak mau nilainya anjlok disebabkan tidak buat tugas.
Kirana berniat mengambil tasnya yang ketinggalan di dalam kelas. karena mau pulang, matanya melotot saat pak Gandhi berdiri tepat di depannya.
"Maaf pak. saya permisi." Ucap Kirana terbata-bata. Niatnya yang ingin pulang, ia urungkan. Dianggukan Gandhi.
Akhirnya Kirana duduk sekelompok dengan Naira. entah siapa yang masukkan. Dia duduk mengamati temannya bekerja. cukup lama ia memahami, karena tadi ia tidak perhatikan dosen memberikan materi.
"Oh ya... Saya ke kantor dulu. jadi satu jam kemudian, saya tunggu di ruangan saya ya. dan kumpulkan pada Kirana¡." Ucap Gandhi dan berlalu meninggalkan ruangan.
Kirana yang mendengarkan ucapan Dosennya merasa heran."Aduh. gawat..." Lirih Kirana
"Udah santai saja. aku temani nanti ya.ini sudah biasa, saya dulu juga sering di suruh antar ke kantor." Jawab Naira cuek saja.
Kirana hanya bisa pasrah apa yang di hadapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments