Sampai di Singapura hari sudah senja. mereka pun langsung ke penginapan. Abraham sudah mengatur semua. Tempat tinggal yang dekat dengan rumah sakit tempat di mana Naira mamanya Gandhi berobat.
Naira sekamar dengan anaknya Gea. agar mudah mengontrolnya. sedangkan Kiran dan Gandhi satu kamar masing-masing. Yang bersebelahan.
Kirana masuk ke kamarnya untuk istirahat. perjalanan yang lumayan melelahkan, karena jiwa dan perasaannya terpaksa ikut dengan keluarga Gandhi calon keluarganya.
Kirana bukan tipe orang yang mudah bergaul sembarangan orang. apalagi kondisi orang yang dekat dengannya hanya karena motif haji mumpung. Jadi semakin menutup diri.
Gandhi mengirim pesan padanya. karena tidak kunjung keluar kamar. karena sudah waktunya makan malam.
"Dek. keluarlah, kita menunggu di restoran untuk makan malam." Pesan Gandhi. Kirana melotot kan matanya..
"Ih. dek..kok aneh rasanya ya, kemarin aja galaknya minta ampun. dih dasar Dodo aneh." Balasnya kesal.
Gandhi yang mendapatkan balasan Kirana membukakan. kini giliran dia yang melotot.
" Dodo.. siapa tuh." Tanya Gandhi curiga. Apa Kirana bertemu cowoknya di dekat sini. atau bertemu saat keluar kamar. Gandhi merasa panas, ia bangkit dari tempat duduknya.
"Mbak. aku ke kamar kecil dulu. kalian pesan saja dulu makanannya. sekalian aku jemput Kirana dulu kok nggak kunjung keluar, mungkin ketiduran." Alibi Gandhi yang tidak di curigai kakaknya Gea.
"Baiklah." Jawab Gea tersenyum. ia senang ternyata adiknya sudah mencintai gadis yang ia temui tadi, ia gadis yang baik beda dengan gadis-gadis yang pernah datang mencari adiknya ke rumahnya. walau seorang dokter apalagi mahasiswanya.
Gandhi menyusuri kelorong menuju kamar Kirana. ia akan memergoki gadis tersebut. saat sampai di depan pintu, tidak ada seorang pun berdiri di sana. Gandhi bingung, apa Kirana bawa laki-laki masuk ke kamarnya.
Dengan gusar Gandhi memencet bel kamar Kirana. yang sedang mandi. Ia tadi langsung selonjoran dan malah ketiduran. bunyi Handphone nya yang membangunkannya dari pesan Gandhi.
Gandhi sudah panas di luar. terus memencet bel. Kirana yang baru selesai mandi ia cepat membuka pintu yang sangat berisik.
Kirana baru membuka pintu dan di dorong langsung oleh Gandhi yang sudah kesal. ia langsung memeriksa semua ruangan sampai ke kamar mandi. Kirana yang melihatnya merasa heran. dia masih memakai jubah karena baru selesai mandi dan tergesa-gesa.
Kirana berdiri mematung melihat sikap Gandhi yang aneh." Dasar Dodo aneh." Lirih Kirana yang di dengar Gandhi.
Dua mendekat." Nah itu siapa itu Dodo dan mana dia.?" Tanya Gandhi yang posesif.
Kirana terkekeh setelah menyadari kalau ia tadi kirim pesan karena kesal dengan sebutan Dodo
"Ha.....ha.. Dodo itu. ya bapak. Dosen dan Dokter aneh." Ledek Kirana sambil terkekeh.
Gandhi menatapnya lekat. ternyata ia kerjain gadis yang ada di depannya. Ia terpesona melihat Kirana yang tidak menutup kepala dengan memakai baju jubah mandinya. Ada gelora yang bergejolak di sana. Gandhi makin mendekat, Kirana yang baru tersadar langsung lari ke kamar mandi.
Gandhi menarik nafasnya dalam." Hampir saja aku kilaf. jika begini terus bisa-bisa aku kilaf." Lirih Gandhi yang hendak keluar.
Tapi ia balik lagi ke depan kamar mandi dan berteriak." Cepat berpakaian dan turun. mama dan mbak Gea sudah lama menunggu." Teriak Gandhi di balik pintu.
Ia pun keluar. wajahnya masih merah menahan sesuatu. ia menarik nafas dalam dan baru keluar kamar Kirana.
Kirana yang sudah mendengar pintu tertutup, ia pun membuka pintu kamar mandi sedikit-demi sedikit melihat apakah Dodo sudah pergi keluar.
Setelah terasa aman. ia mengunci pintu dan segera memakai baju. "Ah. aku tak enak hati dengan Tante Naira dan mbak Gea yang sudah menunggu ku." Ucap Kirana setah selesai.
Ia menuju restoran. di sana sudah duduk ke tiganya. dan telah terhidang semuanya. Kirana langsung saja duduk di kursi dekat Gandhi. karena hanya itu satu-satunya kursi yang kosong.
"Maaf Tan. Mbak. saya ketiduran tadinya." Jawab Kirana apa adanya.
"He..he.. nggak apa-apa. berarti benar dong pikiran Gandhi. Kalian benar-benar cocok dan serasi." Goda Gea yang membuat Kedua insan tersebut tak nyaman
"Sudah. ayok makan, nanti keburu dingin." Ucap Gandhi mengalihkan pembicaraan agar bisa menutupi groginya.
Mereka pun makan tanpa ada drama lagi.setelah semuanya selesai. Gandhi memberi tahu jadwal mereka selama di sana. terutama buat mamanya. Untuk Kirana, Gandhi tidak bisa mengaturnya. karena ia belum punya ikatan apa-apa.
"Oh ya. tadi aku tanya dokter yang menangani mama. katanya jadwalnya jam 10. jadi pagi- pagi kita jalan-jalan santai dulu di taman dekat sini." Ucap Gandhi memberitahu.
"Oh. Kirana, kalau kamu punya aktifitas lain, silahkan. saya tidak akan batasi. karena itu hak kamu." Ucap Gandhi datar.
Kirana melotot, mendengar ucapan Gandhi. Namun berusaha tenang." Ok. kalau begitu saya nggak harus ikut ke mana kalian. Karena kita tidak ada hubungan apa-apa, ngapain saya harus ngikuti kalian. kalau ini semua karena ulah papi. Mana mungkin saya ikut kalian." Kesal Kirana dan ia pun berlalu.
Gandhi yang mendengarkan merasa bersalah. Ia bingung harus apa." Mulut mu dek. cepat kejar. anak gadis orang di telantarkan. kamu mau Om Abraham kecewa. ah.." Hardik Gea kecewa dan mengajak mamanya masuk ke kamar. karena udara tidak bagus buat mamanya.
Gandhi pun mengejar gadis tersebut pergi keluar entah ke mana. ia melihat keluar hotel tidak ada gadis tersebut. Gandhi bingung harus cari kemana? Karena belum tahu situasi di sini. Saat ia masih bingung begitu, ia melihat seorang gadis yang di tarik paksa oleh seorang laki-laki.
Gandhi memperhatikan gadis tersebut, ia berlari cepat ternyata Kirana gadis yang ia cari.
"Hi. what are you doing to my wife? ( Hai apakan istri ku.!" Hardik Gandhi mendekati laki-laki tersebut dan menarik tangan Kirana cepat. Kirana tertarik ke belakang tubuh Gandhi. terpaku kebelakang tubuh Gandhi.
Ia sangat takut dengan situasi tersebut, rasanya ia ingin menangis.
" Sorry, I don't know if you already have a husband, but if you're bored, you can leave it to me ( Maaf saya tidak tahu kalau sudah punya suami, tapi jika kamu bosan boleh serahkan kada saya.) ucap Laki-laki tersebut masuk mobil dan berlalu.
Kirana menarik nafas dalam. jika Gandhi tidak menolongnya. entah apa yang akan terjadi, Gandhi yang merasa bersalah memutar tubuhnya menghadap Gadis kecil di depannya.
"Ayok. aku antar ke kamar. lain kali kalau mau pergi bilang dulu, jangan asal kabur saja. Ini bukan di Indonesia." Nasehatnya masih menahan egonya
"Apa peduli bapak. saya besok mau pulang." ucap Kirana masuk ke dalam hotel menuju kamarnya.
Kirana berlari menuju kamarnya. Gandhi terpaksa mengejarnya juga. orang yang melihat itu seolah momen romantis. pas depan lift keduanya terdiam dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Kenapa lari." Tanya Gandhi saat mereka sudah masuk lift, yang kebetulan hanya berdua saja.
"Kenapa masih mengikuti saya pak. katanya nggak peduli." Lenguh Kirana menjauhi Gandhi yang mepet. padahal ruangan cukup luas
Gandhi tidak peduli dengan kekesalan Kirana. ia tetap mendekatinya. Gandhi tak tahan melihat sikap gadis tersebut membuatnya gemes.
"Kau itu calon istri ku. gimana aku nggak khawatir. atau mungkin kamu pengen kita satu kamar." Goda Gandhi membuat gadis tersebut melotot.
Kirana menutup bibirnya. " Ih. ternyata Pak Dodo ini mesum juga." Jawab Kirana mawas diri.
"Nama aku bukan Dodo tapi Gandhi. bahkan kalau kamu panggil Andi pun aku suka. asal jangan Dodo" Ucap Gandhi menatap gadis tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments