Fatih melihat Gandhi yang masih bengong dan kadang geleng-geleng kepala. membuatnya bergidik ngeri.
"Eh. bro.lu aman kan, gue jadi takut jadi lihat lu bengong dan geleng-geleng kepala nggak jelas." Fatih menggoyang tangannya di depan Gandhi namun tak di responnya.
Gandhi jalan mondar-mandir dan duduk lagi kayak orang bingung. Fatih makin kesal dan heboh melihat sepupunya yang kayak orang gila.
"Gandhi Wardana Putra. kamu aman kan, jangan bikin aku takut tahu." Kesal Fatih dan kemudian menatap sepupunya.
Gandhi duduk di kursi tamu dan mengajak Fatih duduk dekatnya. awalnya Fatih agak ngeri takut Gandhi kenapa-kenapa.
"Kamu polisi Cemen ya bro. masa kamu takut dengan saudaramu sendiri." kesal Gandhi melihat reaksi Fatih.
Fatih memukul lengan Gandhi apakah dia sadar atau nggak." Gila lu. gue lu pukul." Kesal Gandhi membalasnya.
"Ha..ha.. ya habisnya reaksimu itu mem bagong kan." Jawab Fatih santai merasa situasi tidak apa-apa.
"Begini. cewek maksudnya Kirana Abraham. baru masuk kemaren, dia baru pindahan, nah dia pakai jilbab aku kan nggak kenal. dulu kita ketemu waktu masih SMP. Dia santai saja masuk saat sudah telat datang, apalagi dia nggak lapor dan menemui gue sebagai Dosen PA nya. malah nggak kenal gue lagi. makanya gue kesal padanya, karena ia baru masuk dan gue maafkan dan gue ajak datang ke ruangan untuk mengenal sebagai Dosen PA nya. malah bikin gue kesal lagi. dia cuek saja setelah gue kasih lembaran aturan. Hanya di lihat sekejap saja. terus masukan ke tas nah keluar begitu saja.gimana nggak marah jadi tuh anak, apa ia bego.lugu cupu atau apa gitu." cerita Gandhi panjang lebar.
Fatih yang mendengar terkekeh, dia nggak peduli dengan kekesalan sepupunya, dia terus tertawa sampai memegang perutnya.
Fatih kalau dengan Gandhi hilang wibawanya sebagai polisi. namun jika di luar itu, sangat kool dan tak terlihat senyumnya. kalau orang tidak kenal mereka berdua, pasti orang anggap mereka berdua itu manusia Es dan cuek.padahal aslinya pecicilan.
Gandhi yang melihat Fatih yang tak hentinya tertawa, ia pun menjentik kening Fatih hingga Fatih terdiam seketika.
"Aduh. kira-kira dong bro menyiksa saudara." Jengkel Fatih dengan kesalnya.
"Eh. sebenarnya gue yang marah sama lu, ngapain ketawa sampai segitunya." Gandhi balas menyerang Fatih yang duduk di sampingnya.
"Jangan terlalu benci takutnya cinta. benci dan cinta itu beda tipis. Contoh gue... yang dulu waktu SMA suka gelut, eh sekarang nggak hentinya gelut tapi di atas kasur ha.. ha.." Tawa Fatih menyenggol bahu Gandhi
"Sialan lu. saudara nggak ada akhlak." Kesal Gandhi berdiri dan kembali duduk di kursi kebesarannya.
"Lantas selanjutnya apa yang akan lu lakuin, setelah tahu kalau dia anaknya pak Abraham yang telah berjasa ke keluarga kita, terutama keluarga lu." Tanya Fatih penasaran.
"Entahlah. kalau dia ngadu sama bokap nya. kan berabe juga dong gue." Pikir Gandhi yang merasa nggak enak pada pak Abraham orang tuanya Kirana.
"Gue rasa nggak mungkin lah. kan dia bukan anak kecil lagi. lagian gue juga dapat info, kalau dia tuh tinggal bukan di rumah orang tuanya yang seperti istana. tapi tinggal di rumah sederhana. berdua pembantunya Bik Yem. tahu kan?" Tanya Fatih yang dulu sering ke rumah Kirana bersama Fatih saat mereka masih ada ikut dengan papanya Gandhi.
Gandhi melotot mendengar cerita saudaranya itu, dan kembali duduk dekat Fatih.' Serius lu. gadis aneh." Lirih Gandhi bersungut-sungut.
Fatih tersenyum mendengar ucapan Gandhi yang menurutnya sangat lucu. Dia pun memberikan foto Kirana yang naik motor bebeknya. Gandhi yang melihat makin melongo.
"Tutup tuh mulut, nanti masuk lalat baru tahu rasa." Ledek Fatih. Gandhi tak perduli. bahkan dia merebut handphone Fatih dan membuka semuanya. ternyata Fatih membuka dari semua foto Kirana.
Yang bikin Gandhi bingung, kenapa Fatih banyak sekali foto Kirana dengan bermacam aktivitasnya.
Gandhi menatap saudaranya seolah menyelidik." Jangan menatapku begitu. teman gue di tugaskan bokap nya untuk memata-matai anaknya. dan sekarang ia bawa lagi ke rumahnya. karena sudah banyak wartawan yang mengetahui tempat tinggal gadis tersebut. makanya tadi siang ia jemput anaknya karena tidak aman lagi." Cerita Fatih dan di anggukan Gandhi.
"Ternyata hidup jadi konglomerat itu susah juga ya. sampai menyembunyikan jadi diri agar tidak di kejar wartawan." Ucap Gandhi merasa kasihan.
Fatih mengangkat bahunya sewaktu Gandhi melihatnya. "Kamu nggak mikir sampai ke sana bro.?" Tanya Fatih heran.
Gandhi menggeleng lemas memikirkannya. ia tidak sampai mikir ke sana, karena ia hidupnya datar-datar saja dengan kesibukan yang ada. meraih cita-cita dan kebahagiaan keluarganya .
Kepergian papanya membuat Gandhi tidak memikirkan yang lain. dan bahkan ia tak mengenal namanya pacaran.
Selama kuliah, ia hanya sibuk mencapai prestasi sampai ia di posisi ini. Dan Fatih pun sudah tahu hal itu, apalagi sepupunya ini sangat kecewa dengan kakak iparnya yang mengecewakan kakaknya. jadi ia selalu menjaga perasaan mama dan kakaknya.
"Bro. gue rasa sudah saatnya lu mengenal yang namanya cinta. gue rasa Kirana gadis baik, bahkan kabarnya ia menghindar karena mau mencari cinta sejati. kabarnya sih, dia tuh sering di khianati temannya. mereka dekat karena kekayaannya saja. makanya ia merubah jati diri dan pindah ke sini." Cerita panjang Fatih, dan lagi-lagi Gandhi makin melongo.
Fatih gemes lihat sepupunya itu dan melemparkan kertas ke mulut Gandhi yang terbuka karena bengong.
"Sialan. saudara laknat." Kesal Gandhi tak terima.
"Habis lihat lu gitu. bukan lu banget deh. kayak kambing bengong melongo dengan mulut terbuka, kan gue jadi gemes" elak Fatih membela diri.
Tapi Gandhi tak peduli, ia kembali berpikir." Apakah cerita lu riil bro. kok gue merasa aneh ya," tanya Gandhi yang tak habis pikir.
"Apanya yang aneh. kan orang kalau lagi cari cinta tuh ya macam-macam caranya. tinggal lu nya aja lagi, apakah lu nggak tertarik gitu." Tanya Fatih menyelidik.
Fatih merasa. saudaranya ini sepertinya ada hati pada Kirana. sebab ia tak pernah cerita tentang kekesalannya terhadap cewek. Tapi kali ini sampai penasaran dengan kehidupan sang gadis.
"Entah lah bro. gue kan belum pernah jatuh cinta, lagian kan lu tahu. kalau gue menutup diri, bagi gue yang penting mama dan saudara gue bahagia. Gue pengganti papa." Jawab Gandhi yang juga di ketahui Fatih selama ini.
"Ya. tapi ini sudah Tujuh tahun, semenjak kehilangan papa lu. dan gue rasa Om dan tante ngerti juga, lu tuh udah tua bro. ingat anak lu nanti, jika anak lu lahir lu udah bangkotan." Ledek Fatih. yang sebenarnya memberi semangat dengan cara memanas-manasi.
Karena Gandhi tuh sudah kalau di arahkan cerita ke cewek atau pernikahan, selalu saja ada alasannya.
"Entahlah. gue akan coba, tapi Om Abraham akan merestui jika gue jadi mantunya. kan mereka orang kaya nggak seperti kita. apa mereka nggak ilfil dengan gue." Jawab Gandhi merasa insekur.
"Kan belum lu coba, kalau gini. kayak bukan lu yang selalu optimis." Tanya Fatih heran.
"Ini beda pasal Bro. ini yang pertama bagi gue, bukan kayak lu yang play boy." Jawab Gandhi yang malah dapat pukulan dari Fatih
"Sialan lu. itu mah dulu, sekarang gue hanya untuk Sila dan anak gue." Jawab Fatih apa adanya.
Mereka berdua pun akhirnya tertawa. Gandhi termenung setelah kepergian Fatih saudaranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments