Diganggu preman

Gandhi makin mendekati gadis tersebut. rasa gemesnya memuncak saat melihat Kirana membasahi bibirnya. ia lelaki normal, jadi tidak mungkin tergoda dengannya.

"Kau ingin memancingku.?" Tanya Gandhi saat melihat Kirana yang selalu membasahi bibirnya.

Kirana yang tidak paham, melotot." Siapa yang goda bapak.ngapain saya goda bapak. GR banget jadi orang." Jawab Kirana acuh.

Gandhi mendekati gadis tersebut. hingga tersudut. untung saja ada orang masuk. dikira hanya dua orang saja. eh tahunya cukup memadati lift tersebut. hingga mereka berdesak-desakan.

" Aduh. kok rame kali. apa nggak bisa lift yang lain." Gimana Kirana lirih.Namun tetap terdengar oleh seorang laki-laki yang ada di di depannya.

"what. ? Ini tempat umum dan kenapa anda marah.?" Tanya laki-laki tersebut menatap Kirana. Tubuhnya tinggi dan besar, tingginya sama dengan Gandhi namun tubuhnya lebih besar dia.

Kirana yang mendengar laki-laki tersebut berbahasa Indonesia. kaget."Aku juga orang Indonesia, makanya tahu ucapanmu." Ucapnya lagi.Kirana terdiam saat laki-laki itu mendekatkan wajahnya.

"Maaf. bang. istri saya tidak tahu.." Jawab Gandhi membela. ia tak mungkin melawan orang di sini.

Laki-laki tersebut diam. karena Gandhi sengaja memeluk pinggang Kirana seolah membenarkan ucapanmu.

Kirana merasa risih mendapatkan pelukan dari Gandhi. sepertinya hari ini benar-benar sial hidupnya. dua kali ia mendapat masalah.

Setelah sampai lantai yang di tuju. Kirana dan Gandhi pun keluar dari lift tersebut.Kirana berusaha melepaskan tangan Gandhi dengan cepat.

"Jangan ambil kesempatan pak.!" Ledek Kirana namun Gandhi tidak marah, justru ia tersenyum.

"Tadi kayaknya kamu suka tuh." Balik Gandhi tersenyum.

"Sepertinya aku harus bilang Om Abraham. kalau aku menyetujui pernikahan secepatnya. dari pada aku khilaf." Bisik Gandhi ke telinga Kirana.

Kirana bergidik ngeri mendengar bisikan gandhi.ia melototkan matanya nggak percaya.

Ia berjalan cepat menuju kamarnya. hatinya jadi kacau dan ngeri sendiri berdua dengan laki-laki matang tersebut.

Gandhi yang mempunyai kaki yang lebih panjang. tidak begitu sulit mengiringi langkah Kirana yang cepat seolah berlari.

"Ah. kenapa bapak ngikutin saya terus.?" Tanah Kirana yang mendadak berhenti.

"Aku pastikan kamu tuh aman. kalau nggak nanti aku di salahkan mertua, nggak becus jaga istrinya." Jawab Gandhi asal.

"Istri...istri perasaan dari tadi bapak bilang saya istrinya. kapan kita nikahnya?" Tanya Kirana heran.

"Secepatnya. atau kamu ingin sekarang.?" Goda Gandhi sangat senang menggoda gadis tersebut. rasanya hidupnya terasa berwarna semenjak kehadiran gadis tersebut.

"Ih. dasar bujang lapuk, ngebet kawin.." Cibir Kirana dan membuka pintu kamarnya. Kirana menutupi pintu namun terhalang kaki Gandhi yang sengaja ia selipkan ke dalam agar tidak segera ditutup.

"Aduh.." Ucap Gandhi pura-pura sakit.

Kirana yang mendengar melotot melihat kaki Dosennya yang terjepit pintu kamarnya.

"Eh. maaf pak. habisnya kenapa kalinya di masukkan.?" Tanya Kirana bego.

Karena pintu terbuka. dengan santai Gandhi masuk, ia duduk di sofa dalam ruangan tersebut.

"Pak. nggak baik.. berdua begini. nanti tergoda syetan." Ucap Kirana lirih.

Gandhi hanya diam. ia duduk santai memainkan handphonenya." Jangan ngomel terus ambilkan minuman. dari tadi kamu sudah dua kali di tolongin. masak nggak ada terimakasihnya sama sekali. dasar gadis sombong." Ucap Gandhi tanpa menjauhkan matanya dari handphonenya.

Kirana yang melihatnya terbengong. ia pun beranjak mengambil minuman botol yang tersedia di kulkas kecil kamar tersebut.

Ia pun menyerahkan minuman tersebut pada Gandhi dan duduk di atas kasur. " Bapak tidak berniat keluar. saya kan mau istirahat.?" Tanya pada laki-laki yang menyebalkan tersebut.

"Oh. istirahatlah. saya nggak ganggu kamu." Jawab Gandhi tanpa menoleh.

"Tapi pak...." protes Kirana kesal.

"Apa..?" Tanya santai. ia menatap sekilas dan kembali' fokus pada handphonenya. dan ada panggilan dari Abraham.

Gandhi melihatkan handphonenya pada Kirana." Lihat.. makanya aku belum keluar. sebentar ini papi mu nanya. kenapa kamu nggak angkat teleponnya dari tadi, ia khawatir." ucap Gandhi dan menekan tanda hijau di handphonenya.

"Halo Om. apa kabar.?" Tanya Gandhi sopan setelah saling mengucapkan salam.

"Baik.apa kalian baik-baik saja.?" Tanya Abraham yang di dengar Kirana kar na sengaja di loudspeaker kan Gandhi.

"Baik Om. ini saya lagi di kamar Kirana baru ngantarnya dan Om menelpon. apa om mau bicara dengan Kirana.?" Tanya Gandhi menatap Kirana.

Abraham merubah panggilan dengan PC. Gandhi menerimanya. dan di arahkan lada Kirana.

"Hai. gadis nakal, kenapa nggak angkat telpon papi. bikin resah orang tua saja?" Kesal Abraham.Kirana menunduk dan melihatkan handphone nya yang ternyata mati kehabisan baterai.

"Kenapa kamu diam saja. nggak cerewet burung berkicau. apa kamu malu tuh pada calon suami mu." Goda Abraham pada anak gadisnya.

"Apaan sih Pi. oh ya pi, besok aku boleh balik nggak. masalahnya aku lagi persiapan jud skripsi biar cepat tamat." Tolak Kirana mengalih pembicaraan.

"Ternyata anak gadis om pandai juga bohong ya. Om pengajuan judulnya itu pada saya Om." Jaaba Gandhi yang tak ingin Kirana balik.

Abraham tertawa. ia merasa Gandhi benar-benar sudah jatuh cinta pada anaknya. hingga tak mau jauh dari anaknya.

"Benar tuh nak. baik ya kamu ajukan saja di sana judulnya. tinggal ACC tuh sama mantu papi." Abraham gemes dengan anaknya yang lugu.

Kirana terdiam, ia juga ya. ngapain bingung. jadi liburan Ki kali ini bisa juga sambil siapkan skripsi.pikirnya.

"Tapi pi. aku kan nggak bawa letop."jawabnya lemes.

"Aku ada Om. biar pakai punya saya saja." Jaaba Gandhi cepat. ia berpikir dengan demikian Kirana makin dekat dengannya.

"Terserah kalian. bebas mah. tapi kalian jangan sampai kebablasan7u7hh. tunggu nikahnya dulu. sabar ya." goda Abraham pada keduanya

Kirana santai saja. karena ia tak mungkin kepikiran ke sana. lain halnya dengan Gandhi, wajahnya merah menahan malu. sementara itukah. kalau ia suka pada gadis di depannya ini.

"He..he. mudah-mudahan nggak om. tapi kalau memang nggak bisa. terpaksa Om nikahkan kami secepatnya agar Halal." Jawab Gandhi serius.

"Ha. ha., bagi Om sih. mau aja, tapi kamu bujuk dulu gadis yang akan kau nikahi. mau nggak ia kamu nikahi secepatnya" Tantang Abraham pada calon mantunya.

Muka Gandhi memerah menahan malu karena di tantang Abraham. calon mertuanya.

" Kalau begitu. izin saya menikahi putri Om secepatnya." Ucap Gandhi mantap.

Kirana yang berdiri tak jauh dari sana merasa terkejut. apa-apa nikah cepat. kayak orang kebelet.

"Pi. jangan dengerin Pi. itu cuma bercanda..." Modus Kirana. menolaknya.

Gandhi duduk santai mendengarkan. ia melihat Kirana dan Abraham bergantian.

"Bagi papi. kalau nak Gandhi serius nggak masalah." Jawab Abraham menolak permintaan anaknya.

"Tapi pi..." Jaaba Kirana yang masih belum mau terima.

Gandhi menatap gadis tersebut yang sedang serius memegang Handphone nya.

Episodes
1 Pertama Masuk Kuliah
2 Menduga
3 Kenyataan
4 Tanda tanya Kirana
5 Ungkapan Gandhi
6 Pertemuan kembali
7 Pertemuan
8 Fakta
9 Menurut
10 Ngambek
11 Diganggu preman
12 Pernikahan yang sudah di rencanakan
13 Ke khawatiran Gandhi
14 Memabukan
15 Fakta
16 Gemes
17 Kesembuhan Viona
18 Hadiah
19 Hadiah
20 Kebahagiaan
21 Pak Bayu
22 Kelahiran Shakila
23 Cemas.
24 Kembali Pulang
25 Sekolah Baru Shakila
26 Dirga yang Kesal
27 Sambutan Hangat Kirana
28 Kedatangan Kirana ke Sekolah
29 Shakila yang Pingsan
30 Sosok yang di kagumi
31 Handphone
32 Tantangan
33 Kedatangan Dirga
34 Dadakan
35 Tak Sengaja
36 Ungkapan Cinta
37 Tantangan
38 Janji
39 Pinangan Dirga
40 Pertunangan
41 Permintaan terakhir
42 Kepergian
43 Shakila yang Kembali Drop
44 Kepulangan Shakila
45 Mendoan spesial
46 Ada yang Kepo
47 Berat
48 Rasa yang mengguncah
49 Malam Perpisahan
50 Ketakutan Dirga
51 Perdebatan
52 Tamu yang Cuek
53 Ngambeknya Shakila
54 Cinta Terbalaskan
55 Malam yang tertunda
56 Kampus
57 Shakila yang Kepo
58 Kekesalan Shakila
59 Penyelesaian
60 Hari pertama
61 Fatimah Sahabat baru Shakila
62 Salah Paham
63 Kenyataan
64 Masakan spesial
65 Yogi
66 Buk Parmin
67 Salah Tingkah
68 Masa lalu
69 Penculikan
70 Salah Bawa
71 Tak Di sangka
72 Realita Nanda
73 Kebencian Nanda
74 Menerima
75 Memanas
76 Shakila merasa risih
77 Mencurigakan
78 Akhir Cerita
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Pertama Masuk Kuliah
2
Menduga
3
Kenyataan
4
Tanda tanya Kirana
5
Ungkapan Gandhi
6
Pertemuan kembali
7
Pertemuan
8
Fakta
9
Menurut
10
Ngambek
11
Diganggu preman
12
Pernikahan yang sudah di rencanakan
13
Ke khawatiran Gandhi
14
Memabukan
15
Fakta
16
Gemes
17
Kesembuhan Viona
18
Hadiah
19
Hadiah
20
Kebahagiaan
21
Pak Bayu
22
Kelahiran Shakila
23
Cemas.
24
Kembali Pulang
25
Sekolah Baru Shakila
26
Dirga yang Kesal
27
Sambutan Hangat Kirana
28
Kedatangan Kirana ke Sekolah
29
Shakila yang Pingsan
30
Sosok yang di kagumi
31
Handphone
32
Tantangan
33
Kedatangan Dirga
34
Dadakan
35
Tak Sengaja
36
Ungkapan Cinta
37
Tantangan
38
Janji
39
Pinangan Dirga
40
Pertunangan
41
Permintaan terakhir
42
Kepergian
43
Shakila yang Kembali Drop
44
Kepulangan Shakila
45
Mendoan spesial
46
Ada yang Kepo
47
Berat
48
Rasa yang mengguncah
49
Malam Perpisahan
50
Ketakutan Dirga
51
Perdebatan
52
Tamu yang Cuek
53
Ngambeknya Shakila
54
Cinta Terbalaskan
55
Malam yang tertunda
56
Kampus
57
Shakila yang Kepo
58
Kekesalan Shakila
59
Penyelesaian
60
Hari pertama
61
Fatimah Sahabat baru Shakila
62
Salah Paham
63
Kenyataan
64
Masakan spesial
65
Yogi
66
Buk Parmin
67
Salah Tingkah
68
Masa lalu
69
Penculikan
70
Salah Bawa
71
Tak Di sangka
72
Realita Nanda
73
Kebencian Nanda
74
Menerima
75
Memanas
76
Shakila merasa risih
77
Mencurigakan
78
Akhir Cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!