Gandhi akhirnya memberikan selembar kertas, dan Kirana mengambil kertas tersebut dan sedikit membacanya. ternyata tentang peraturan Kampus dan juga peraturan Dosen PA yang ada di depannya.
"Jika kamu akan Konsul dengan saya, maka harus buat janji dulu. sebab saya kadang ada di rumah sakit sedang operasi. dan waktu saya sangat sedikit untuk berbasa-basi." Jelas Gandhi menjelaskan pada Mahasiswa barunya ini. yang merupakan Siswa bimbingannya.
"Dan saya harap kamu. sudah jelas apa yang akan di bicarakan atau di Konsul pada saya. agar waktu saya tidak terbuang percuma. dan sekarang kamu boleh pergi." Perintah Gandhi cuek.
Kirana tidak menjawab, ia hanya berdiri dan langsung membuka pintu. tentu saja Gandhi merasa heran dan kesal.
"Kamu nggak ada sopan santun nya ya. pergi tidak pamit." Ketus Gandhi.
"Hm!. permisi pak. perut saya sudah demo." Ucap Kirana tak memperdulikan kekesalan Dosennya
Kirana keluar dengan santai,dia tidak melihat kekesalan Dosennya tersebut. Ia pun kembali mendapati Naira yang masih setia di bangku dekat dengan ruangan pak Gandhi.
Kirana mengajak Naira kembali ke kelas. sebelumnya beli minuman dulu dan langsung ke kelas.
"Maaf ya. kamu lama nggak nunggu.?" Tanya Kirana menatap Naira yang malu-malu memakan makanan yang dibawa sobatnya tersebut.
"Ah.nggak apa-apa. Oh ya kamu harap maklum ya dengan pak Gandhi, Orangnya memang tegas. mungkin karena beliau Dosen PA kita. makanya ia tegas." Cerita Naira.
Kirana hanya mengangguk. ia saat fokus makan yang ia bawa. bik Yem selalu bisa memanjakan lidahnya. hingga ia tidak pernah canggung untuk bawa bekal. Karena makanan yang ia bawa selalu menggugah selera.
"Oh ya Nai. kamu tinggal di mana. dengan siapa.?" Tanya Kirana setelah selesai makan.
Naira tersenyum saat Kirana bertanya padanya."Aku kos. Dan tak jauh dari sini. tapi maaf aku tidak bisa langsung pulang,karena harus bekerja." Cerita Naira yang mengejutkan nya
"Kerja.? kamu kan kuliah.?" Tanya Kirana tak percaya.
Ia tak bisa bayangkan bagaimana seorang mahasiswa yang sibuk dengan kuliahnya harus kerja. dia yang semuanya yang selalu di layani saja,masih merasa repot saat harus menyelesaikan tugas kuliah yang bejibun
"Iya. kalau andalkan kiriman orang tua. tentu tidak cukup untuk biaya hidupku. aku kan hanya anak desa. buruh tani, dan harus bisa ber pandai-pandai. Oh ya aku pamit ya. terimakasih banyak makanannya." Naira pun berdiri dan akan meninggalkan Kirana yang masih bengong.
"Eh. bisa kirim alamat kos mu. dan juga tempat kerja mu. mana tahu aku ada perlu dengan kamu." Seru Kirana karena Naira terburu-buru.
Naira mengacungkan jempolnya dan tersenyum. ia terus berlari meninggalkan Kirana.
Kirana yang melihat Naira yang malah masuk kantin bengong. "Kenapa malah masuk kantin?" Tanya Kirana pada dirinya sendiri.
"Ya iyalah. gadis berkacamata itu kan kerja di kantin jadi babu." Jawab seseorang yang lewat dekatnya.
Kirana yang mendengar ucapan seorang yang lewat di depannya sangat kaget. dia berusaha melihat wajah orang yang berbicara tadi,namun terlanjur pergi.
Kirana menyeret kakinya ke Kantin memastikan ucapan orang tersebut. Kirana celingak celinguk. Tapi dia tak melihat Naira di sana. Hingga ia memutuskan bertanya pada seorang bapak-bapak yang pasti pemilik kantin.
"Pak! Maaf . saya mau tanya. apa bapak lihat Naira.?" Tanya Kirana sopan.
"Oh. neng kacamata. dia lagi kerja neng di dalam."Tunjuk bapak tersebut pada Kirana.
Kirana pun berjalan melangkah ke arah yang di tunjuk bapak tersebut. baru saja ia masuk,Kirana di kejutkan dengan pemandangan yang sangat tidak ia duga. Naira bekerja sebagai tukang cuci piring di kantin tersebut.
Tentu saja tidak melihatnya, karen ia sedang fokus menyelesaikan pekerjaan dengan piring yang sudah menumpuk tinggi.
Kirana kembali keluar, ia tidak mau mengganggu Naira lagi. sepanjang jalan,Kirana masih saja melamun. dia tidak fokus hingga ia menabrak seseorang yang berjalan tergesa-gesa.
Kirana tersadar menatap orang yang ia tabrak. Kirana terperanjat. Karena yang di tabrak nya adalah Dosennya.
"Pak Gandhi. maaf!"Ucap Kirana menangkup kan keningnya.
Gandhi acuh saja. karena ia terburu-buru ke rumah sakit. karena ada pasien yang lebih penting sedang menunggu dirinya untuk di operasi.
Kirana melengos. di cuekin begitu, ia pun menuju parkiran motornya. dia pun mengendarai motor metiknya. anehnya. Tadi motornya baik-baik saja. kenapa sekarang kempes.
Kirana mencari seseorang yang mau membantunya untuk mendorong motornya ke bengkel.
Saat Kirana masih bengong. ada seorang yang menariknya. tentu saja spontan Kirana menjerit. suara Jeritannya terdengar jelas oleh Gandhi yang baru masuk mobilnya.
"Eh. jangan teriak... ini papi." Ucap Lelaki tersebut yang tak lain adalah papinya. Abraham menarik anaknya untuk masuk ke mobilnya.
Gandhi yang melihat keadaan tersebut terasa bimbang. ia akan ke rumah sakit atau menolong mahasiswanya yang sedang terancam.
Gandhi. akhirnya turun dari mobilnya. ia akan segera menghampiri Kirana yang di paksa naik masuk mobil mewah tersebut.
Hampir saja Gandhi sampai di lokasi Kirana. mobil mewah tersebut jalan dan Gandhi tidak bisa mengejarnya.
Ia cukup khawatir,Gandhi menelpon seseorang Dari kaca spion Abraham bisa melihat ke khawatiran seorang Gandhi pada anaknya.
Dia menyunggingkan senyumnya. ternyata pancingannya berhasil. Ia sudah tahu siapa Gandhi. anak dari sahabatnya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
Namun ia kehilangan kontak setelah beberapa tahun belakangan. hingga ia mengetahui kehadiran Gandhi di kampus dimana ia sebagai donatur.
Temannya meninggal karena serangan jantung. akibat di tipu temannya. hingga ia bangkrut. itulah sebabnya Abraham k bilangan kontak dengan istri dan anak sahabatnya itu.
Sedangkan Gandhi yang melihat sekilas wajah yang tak asing di dalam mobil yang sedikit terbuka.
Membuatnya ia menghubungi temannya yang polisi. ia memberikan nomor plat mobil yang membawa Kirana pergi.
"Maaf bro. merepotkan. saya mau minta bantuan untuk mencek nomor plat nomor yang akan saya kirim." Pintanya pada sahabatnya sekaligus sepupu jauhnya Fatih.
"Ok.bro!" Jawab Fatih singkat.
Karena ia tahu. saat ini pasti sepupunya tersebut sibuk kalau nggak di kampus ya di ruangan operasi.
Gandhi pun langsung ke rumah sakit. walau ia tidak bisa menyelamatkan langsung mahasiswanya tersebut. yang jelas ia telah menyerahkan pada pihak yang berwajib.
Gandhi sampai di rumah sakit. ia langsung ke ruangannya. dan asistennya mengikutinya. "Maaf dok. lima belas menit lagi pasien siap di operasi." Ucap Asistennya.
Dan di anggukan Gandhi. ia harus mengganti pakaiannya dulu. dan langsung ke ruangan operasi. dan Teamnya pun sudah siap di ruangan tersebut.
Gandhi fokus dengan pekerjaan yang sudah ia geluti beberapa tahun ini, ia selalu disiplin dan tidak mudah percaya pada semua orang.
Semenjak papanya di tipu oleh sahabat nya sendiri hingga bangkrut dan menimbulkan papanya serangan jantung dan merenggut nyawanya.
Dua jam berlalu tak terasa. hingga operasinya selesai. Gandhi pun langsung ke ruangannya. karena handphonenya di sana, ia tahu. pasti sudah ada pesan masuk dari sepupunya.
Gandhi masuk langsung mendapati handphonenya berbunyi. ia segera mengangkatnya. karena telpon dari Sepupunya.
"Halo Fatih. gimana kabarnya nomor plat tersebut.?" Tanya Gandhi tak sabar.
"He..he.. sabar bro. aku berikan kejutan pada mu. oh ya saat ini aku baru sampai di rumah sakit menuju ruangan mu." jawab Fatih dan memutuskan panggilannya
Tentu saja membuat Gandhi kesal.
." Kebiasaan matikan Telepon sebelum selesai." Umpat Gandhi pada sepupunya.
Tak lama terdengar suara ketukan dari luar
"Masuk." ucap Gandhi. dan nongol kepala sepupunya yang cengengesan.
"Jangan menggoda ku" ledek Gandhi yang dapat pukulan dari sepupunya tersebut.
"Sialan. Eh bro. aku nggak di suruh duduk nih. letakkan apa kek,masak tamu nggak di servis sih.dingin amat nih Dokter." Cerocos Fatih yang di cuekin Gandhi.
"Kamu bilang ada berita penting.!" Sindir Gandhi.
Fatih kembali terkekeh." Oh ya kamu ingat nggak teman Om yang sering datang ke rumah. saat kamu tinggal di Yogya dulu.?" Tanya Fatih to the points.
"Om Abraham.?"Tanya Gandhi dan di anggukan Fatih.
"Tepat sekali. plat mobil tersebut adalah milik Om Abraham. dan dia punya satu anak yang bernama Kirana Abraham."Jawab Fatih.
Gandhi yang mendengar Syok. dia geleng-geleng kepala tak percaya. Fatih yang melihatnya tentu saja bingung.
"Eh. kamu kena ayan. kok dokter ayan." Seru Fatih ambigu. Dan dapat pukulan dari Gandhi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments