Hadiah

Gandhi dan rombongan telah sampai di Bandara Soekarno Hatta saat hari sudah menjelang malam. karena Abraham yang minta, agar tidak rame. Sebab pernikahan Kirana seorang anak konglomerat sudah tersebar. entah dari mana munculnya berita tersebut. padahal sudah di sembunyikan.

Berita jadi tranding topik. Abraham sudah memberi tahukan, agar hati-hati. Karena tidak mungkinkan ada wartawan yang menyerobot.

Benar saja. salah seorang wartawan mengenali Kirana. yang dari dulu ia buntuti. Sampai Kirana pindah ke rumah kecil mereka pun Wartawan yang bernama Aldi tersebut mencegat Kirana. padahal Kirana sudah menyamar.

"Mbak Kira. apakah benar berita pernikahan anda dengan seorang dokter sekaligus dosen anda.?" Tanya Aldi setengah berbisik.

Kirana menoleh ke arah sebelahnya. lalu dia santai saja, karena sudah di pesankan papinya. kalau ada yang bertanya diam saja.

Kirana lanjutkan jalan tanpa menoleh lagi. Namun Aldi kembali mengejar dan bertanya lagi.

"Apakah mbak berita di siarkan atau tidak.?" Tanya wartawan tersebut kekeh.

Gandhi yang melihat istrinya di kejar seseorang. ia pun berpindah dan memeluk nya dengan posesif.

Melihat sikap Laki-laki yang ada di samping Wanita yang di incarnya. Aldi pun memotret dari belakang.Ia pun pergi meninggalkan lokasi.

Tak lama Kirana dan lainnya sampai di rumah baru yang di siapkan Abraham untuk sang besan yang tak lain istri sahabat bisnisnya.

"Kira.. ini rumah siapa?" Tanya Gea bingung. sebab ia di bawa dengan rombongannya ke komplek yang sama dengan rumah Abraham. Bedanya hanya luas halaman dan bentuk rumahnya. Karena rumah Abraham sudah sering di renovasi.

"Rumah mbak Gea dan mama." Jawab Kirana santai. melenggang masuk ke rumah tersebut yang sudah ada pelayannya juga.

"Apa.?......" Tanya keduanya serentak.

Gandhi yang baru masuk kaget sekali." Ada apa mbak, kenapa teriak.?" Tanya Gandhi pada kakaknya.

"Ini dek. kata istri mu. ini rumah aku dan mama. kami kan belum pernah beli rumah."

Ucap Gea heran. Dan tak pernah terpikirkan.

"Oh.." Jawab Gandhi singkat. karena ia sudah tahu, sebab sudah di beritahu mertuanya tentang rumah tersebut. Uang dari hasil keuntungan perusahaan yang juga keuntungan papanya.

"Hei. apakah kamu tahu?" Tanya Gea heran.

Gandhi mengangkat bahunya acuh. " Anggap saja itu hadiah pernikahan kami mbak untuk kalian. biar aku bisa memantau keadaan kalian." Jawab Gandhi santai.

Gea mendekati adiknya." Gila lu dek. kamu minta ini pada Mertua lu. dasar laki-laki bejat juga lu ya." Kesal Gea yang terima adik ya berbuat begitu.

Kirana tersenyum melihat suaminya di cecar tak berakhlak.Ia hanya duduk santai melihat kedua orang tersebut berseteru.

Gandhi pun duduk dekat istrinya acuh. Gea yang di cuekin merasa kesal. ia menarik lengan adiknya untuk menjelaskan.

" Eh. kamu jelaskan nggak. kalau nggak kamu akan pergi dari sini.!" Ancam Gea kesal.

"Ada apa Gea?" Tanya Viona yang baru keluar dari kamar kecil. karena tadi sangat kebelet di mobil perjalanan pulang.

"Ini ma. Rumah ini dari papanya Kirana . dari hasil perasan anak mama ini.!" Tuduh Gea yang melotot kan matanya.

Kirana terkekeh melihat ekspresi mereka." Mbak..ha..ha.. ..." Kirana tertawa memegang perutnya yang mulas melihat pertengkaran keduanya.

Viona duduk di sebelah menantunya. dan memegang tangannya. Kirana terdiam dan menatap mertuanya.

"Cerita sama mama." Perintah Viona lembut. Namun membuat Kirana tak berkutik.

"Maaf ma. mas Gandhi sudah tahu. tanya saja sama mas Gandhi ya ma." Tolak Kirana. Ia tak mau ikut campur masalah itu.

Viona menatap keduanya bergantian." Ada yang mau jelaskan pada mama?" Tanah Viona sedikit meninggi.

Gandhi terdiam.ia yang tadinya santai jadi bingung. Ia tak ingin mamanya Sampai kepikiran. hingga ia mendapatkan ide.

"Ma. mbak. bukan aku tak mau jelaskan. kata papi sih. ini hadiah pernikahan. tapi yang lebih jelasnya, lebih baik nanti kita tanya papi Abraham saja langsung ya. katanya nanti malam mau ke sini mau makan bersama. Yang penting kalian istirahat lah dulu. masalah makanan sudah aku pesan." Jawab Gandhi tenang.

Semuanya terdiam, Gea yang tadinya ngotot. akhirnya mengalah dan membawa mamanya ke kamar untuk tidur.

"Apakah mama sudah bisa tidur sendiri.?" Tanya Gandhi yang berjalan di belakang mereka berdua.

Viona menoleh pada Gandhi. dan mengangguk." Insyaallah mama sudah bisa. mungkin sekali-kali kita tidur bersama. ya kan Gea.?" Tanya Viona dan di anggukan Gea.

***

Malam yang di tunggu. semuanya berkumpul di ruang makan yang telah di sediakan. Gandhi telah memesan makanan yang cukup banyak.

Untuk satpam yang menjaga dan membantu mama dan kakaknya pun tidak lupa di berikan.

" Eh. terimakasih Tuan" Ucap satpam tersebut senang.

"Sama-sama ya pak. moga bapak betah bantu jagain keluarga saya. eh tapi jangan panggil saya Tuan. rasanya terlalu formal." Ucap Gandhi enggan.

"Maaf Tuan. eh.. saya panggil mas saja ya." Ucap Satpam yang kagum pada menantu majikannya.

Dialah satpam rumah Abraham yang dipindahkan satu untuk menjaga rumah keluarga sahabatnya. dan mungkin akan di tambah satu lagi. agar tidak kelelahan.

"Baiklah.kalau begitu saya pamit ya pak." Ucap Gandhi pergi dan tersenyum.

"Mari mas." Jawab Satpam yang bernama Budi santun.

"Pantas saja Tuan Abraham suka. punya mantu yang ganteng sopan lagi. mereka semua hebat. udah Kaya nggak sombong lagi. saya beruntung dapat majikan seperti mereka, yang tak merendahkan bawahannya." ucap lirih Budi sang satpam.

Gandhi sangat senang. melihat kebahagiaan keluarganya. Ia selalu tersenyum, kesedihan selama ini sudah terganti dengan kebahagiaan.

Tak lama. Fatih pun datang dengan keluarga kecilnya. istri dan anaknya. " Assalamualaikum buat semuanya. maaf jika kami terlambat." Ucap Fatih yang tak tahu kalau ada Abraham, sebab membelakangi arah pintu masuk.

"Tidak apa nak Fatih. duduklah.. ajaklah anak dan istri mu." Ucap Viona senang.

Abraham menoleh pada orang yang datang. Fatih yang menyadari tersenyum kikuk. ia merasa sungkan.

" Eh. maaf Tuan Abraham. saya ganggu acaranya." Ucap Fatih gugup.

Abraham tersenyum." Duduklah. kalian tuh keluarga menantuku. jadi keluarga ku juga. jangan panggil saya Tuan. Om saja." Ucap Abraham santai.

" Baik Tuan. eh.. Om." Jawaban Fatih grogi.

Gandhi menahan tawanya. Fatih yang terkenal garang oleh bawahannya, ternyata grogi juga bertemu mertuanya.

Fatih dan istrinya yang bernama Felia duduk di tempat yang kebetulan hanya dua yang kosong. sedangkan anaknya yang masih kecil di pangku Fatih.

Kirana mendekati Fatih yang ingin mengambil anak laki-laki yang gembul menarik perhatiannya tersebut.

" Halo ganteng. siapa namanya Mas.?" Tanya Kirana tanpa basa basi.

" Namanya Fajri. Oh ya kenalkan saya Fatih dan ini istri saya Felia." Yang di anggukan Feli sopan.

Sebab Fatih sudah bercerita tentang Kirana anak konglomerat. namun dilihat dari sikapnya. tak sedikitpun sombong arogan seperti orang kaya kebanyakan.

"He.he.. saya Kirana. boleh juga panggil Kira. eh bolehkan adiknya saya pegang.. biar masnya bisa makan." Ucap Kirana yang dari tadi gatal pengen gendong anak tersebut.

Gandhi yang memperhatikan istrinya tersenyum bahagia. ( nanti bikin sayang.biar kamu bahagia.) bisik Gandhi dalam hati.

" Eh. apa tidak ganggu.?" Tanya Fatih tak enak.

"Serahin sajalah anaknya. bajr Kira bisa sekalian belajar." Goda Abraham yang dapat pukulan dari anaknya.

" Ih. papi...... selalu bikin aku sebel." Kirana melototkan matanya pada papinya yang malah dapat cengengesan dari Abraham.

Semua yang hadir terkejut melihat interaksi anak dan orang tua tersebut. tidak rasa canggung atau sikap orang terhormat sedikit pun jikalau bercanda

Hanya Abraham yang sudah tahu tipe keluarga mertuanya. Karena ia sudah melihat sendiri saat ia pertama kali datang setelah lama tak bertemu.

walau sedikit drama. akhirnya Fajri di gendong Kirana juga. anak yang berumur satu tahun tersebut tertawa di goda Kirana. yang masih terdengar dari ruang keluarga.

Bocah tersebut tertawa. hingga mengguncang keingintahuan semuanya untuk terutama Gandhi dan Abraham.

Episodes
1 Pertama Masuk Kuliah
2 Menduga
3 Kenyataan
4 Tanda tanya Kirana
5 Ungkapan Gandhi
6 Pertemuan kembali
7 Pertemuan
8 Fakta
9 Menurut
10 Ngambek
11 Diganggu preman
12 Pernikahan yang sudah di rencanakan
13 Ke khawatiran Gandhi
14 Memabukan
15 Fakta
16 Gemes
17 Kesembuhan Viona
18 Hadiah
19 Hadiah
20 Kebahagiaan
21 Pak Bayu
22 Kelahiran Shakila
23 Cemas.
24 Kembali Pulang
25 Sekolah Baru Shakila
26 Dirga yang Kesal
27 Sambutan Hangat Kirana
28 Kedatangan Kirana ke Sekolah
29 Shakila yang Pingsan
30 Sosok yang di kagumi
31 Handphone
32 Tantangan
33 Kedatangan Dirga
34 Dadakan
35 Tak Sengaja
36 Ungkapan Cinta
37 Tantangan
38 Janji
39 Pinangan Dirga
40 Pertunangan
41 Permintaan terakhir
42 Kepergian
43 Shakila yang Kembali Drop
44 Kepulangan Shakila
45 Mendoan spesial
46 Ada yang Kepo
47 Berat
48 Rasa yang mengguncah
49 Malam Perpisahan
50 Ketakutan Dirga
51 Perdebatan
52 Tamu yang Cuek
53 Ngambeknya Shakila
54 Cinta Terbalaskan
55 Malam yang tertunda
56 Kampus
57 Shakila yang Kepo
58 Kekesalan Shakila
59 Penyelesaian
60 Hari pertama
61 Fatimah Sahabat baru Shakila
62 Salah Paham
63 Kenyataan
64 Masakan spesial
65 Yogi
66 Buk Parmin
67 Salah Tingkah
68 Masa lalu
69 Penculikan
70 Salah Bawa
71 Tak Di sangka
72 Realita Nanda
73 Kebencian Nanda
74 Menerima
75 Memanas
76 Shakila merasa risih
77 Mencurigakan
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Pertama Masuk Kuliah
2
Menduga
3
Kenyataan
4
Tanda tanya Kirana
5
Ungkapan Gandhi
6
Pertemuan kembali
7
Pertemuan
8
Fakta
9
Menurut
10
Ngambek
11
Diganggu preman
12
Pernikahan yang sudah di rencanakan
13
Ke khawatiran Gandhi
14
Memabukan
15
Fakta
16
Gemes
17
Kesembuhan Viona
18
Hadiah
19
Hadiah
20
Kebahagiaan
21
Pak Bayu
22
Kelahiran Shakila
23
Cemas.
24
Kembali Pulang
25
Sekolah Baru Shakila
26
Dirga yang Kesal
27
Sambutan Hangat Kirana
28
Kedatangan Kirana ke Sekolah
29
Shakila yang Pingsan
30
Sosok yang di kagumi
31
Handphone
32
Tantangan
33
Kedatangan Dirga
34
Dadakan
35
Tak Sengaja
36
Ungkapan Cinta
37
Tantangan
38
Janji
39
Pinangan Dirga
40
Pertunangan
41
Permintaan terakhir
42
Kepergian
43
Shakila yang Kembali Drop
44
Kepulangan Shakila
45
Mendoan spesial
46
Ada yang Kepo
47
Berat
48
Rasa yang mengguncah
49
Malam Perpisahan
50
Ketakutan Dirga
51
Perdebatan
52
Tamu yang Cuek
53
Ngambeknya Shakila
54
Cinta Terbalaskan
55
Malam yang tertunda
56
Kampus
57
Shakila yang Kepo
58
Kekesalan Shakila
59
Penyelesaian
60
Hari pertama
61
Fatimah Sahabat baru Shakila
62
Salah Paham
63
Kenyataan
64
Masakan spesial
65
Yogi
66
Buk Parmin
67
Salah Tingkah
68
Masa lalu
69
Penculikan
70
Salah Bawa
71
Tak Di sangka
72
Realita Nanda
73
Kebencian Nanda
74
Menerima
75
Memanas
76
Shakila merasa risih
77
Mencurigakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!