Setelah satu matkul berlalu, teman-temannya mengumpulkan tugas pada kirana, karena dengan pak Gandhi matkul akhir hari ini. Jadi semuanya pun keluar tanpa ada niat membantu Kirana menggantikan mengantar tugas ke ruang pak Gandhi.
Kirana berjalan ke ruangan Dosen tersebut dengan hati tak karuan, ada rasa takut. kesal dan juga heran. bercampur menjadi satu.
Dalam perjalanan yang melamun, hingga sampai depan pintu. ia masih ragu untuk masuk.
Gandhi yang sudah melihat ada bayangan orang depan pintu. akhirnya ia sendiri yang melihat dan membuka pintu, gadis tersebut melamun tanpa perduli dengan Gandhi yang sudah berdiri di depannya.
" Tidak baik seorang gadis melamun, nanti di samber setan." Ucap Gandhi yang membuat Kirana kaget
"Eh. ah. oh.. maaf pak." Ucap Kirana grogi.
Gandhi tersenyum, namun ia sembunyikan. Takut nanti Kirana akan ilfil padanya, jadi ia berusaha menjaga imejnya.
"Masuklah... ada yang mau saya tanyakan." Perintah Gandhi mempersilakan Kirana masuk.
Kirana masuk dengan membawa tugas dan duduk di kursi tamu yang ada di ruang tersebut.
Gandhi duduk di depannya, membuat Kirana makin gugup." Maaf. apa saya buat kesalahan lagi pak?" Tanya Kirana yang tidak konek.
Gandhi menatap gadis tersebut, entah kenapa ada desiran aneh di hatinya. saat menatap gadis yang ada di depannya. dulu padahal ia sering main dengannya saat Kirana masih kecil. dan ia sudah SMA bertiga dengan Fatih.
Waktu itu, Gandhi tubuhnya agak berisi sedangkan Fatih masih biasa saja. Hingga ia sering di bully. Dan di bantu oleh Fatih. Makanya Kirana tidak ingat Gandhi yang sekarang tubuhnya tinggi tegap dengan kulit yang makin putih dan bersinar.
"Tidak. Oh.. saya lihat kamu di tarik oleh seseorang masuk mobil. saya kira kamu di culik.!" Ucap Gandhi yang tidak mau menjadikan sebenarnya. ia ingin tahu dulu apa tanggapan gadis yang di depannya ini
"Oh. itu papi saya pak, saya di ajak pulang karena...." Ucap Kirana menunduk. ia tak mungkin bercerita ke sembarangan orang, takut nanti ada masalah lagi. dan di larang kuliah sama papinya.
"Jangan takut, saya kenal siapa kamu dan papi kamu pak Abraham. dulu waktu papa saya masih hidup, kita sering ke rumah kamu saat kamu masih kelas satu SD." Cerita Gandhi yang membuat Kirana melotot
"Jadi... Pak Gandhi.. itu Mas Andi.?" Tanya Kirana tak percaya. Karena dulu dia cadel. jadi menyebut Gandhi dengan Andi.
Gandhi mengangguk. dan tersenyum." Ya. saya mas Andi yang sering main dulu ke rumah mu. setelah papa meninggal karena kecelakaan, Jadi kita pindah ke kampung mama. Dan kembali lagi setelah saya bekerja di rumah sakit Nusantara dan Dosen di sini." cerita Gandhi.
Kirana masih tak percaya mendengar cerita dosen alias mas Andi yang ia kenal dulu. " Maaf pak. dulu bapak kegendutan. sekarang tidak lagi.. eh bapak sudah menikah? Terus anaknya sudah berapa." Tanya Kirana yang tidak canggung lagi
Gandhi menatap gadis yang ada di depannya. Dan menggeleng. "Saya belum menikah menunggu kamu.!" Ucap Gandhi langsung. Tentu saja Kirana yang tadinya santai malah tersedak. wajahnya memerah karena malu.
Dia menunduk meremas tangannya, tubuhnya dingin sekali. Karena semalam papinya juga cerita. kalau telah di jodohkan dengan Dosennya ini. Kirana berharap Dosennya ini telah menikah. hingga ia lepas dari perjanjian orang tua mereka.
"Kenapa kamu tak menjawab.?" Tanya Gandhi penasaran, ia pindah duduk di sebelah gadis tersebut. Entah kenapa ia gemes sekali melihat kegugupan gadis tersebut. Dia mengambil tangan gadis tersebut dan menggenggamnya.
"Menikahlah dengan ku. sesuai permintaan orang tua kita. Aku telah lama menunggu." Ucap Gandhi menggenggam tangan Kirana yang dingin bagai es.
Kirana berusaha menarik tangannya. namun Gandhi menahannya. Sebab semalam mamanya bertanya tentang perjodohan yang di rencana papanya dengan papi Kirana.
"Apa kamu tidak menyetujui perjodohan ini.?" Tanya Gandhi yang masih penasaran, sebab Kirana belum juga menjawab pertanyaan yang di ulangnya kembali.
Kirana makin menunduk. tangannya sampai gemetar menahan resah. ia tak mampu menjawabnya. Namun Gandhi berusaha menarik dagunya agar menatapnya.
"Maaf. beri.. sa..ya Wak..tu ya pak..." Jawab Kirana terbata-bata.
Gandhi pun melepaskan tangan gadis tersebut. ada rasa kecewa dihatinya, namun ia usahakan tersenyum.
"Tentu. itu hak kamu. saya akan beri waktu... Dan kapan kamu bisa jawab.. itu terserah kamu, tapi jangan sampai saya karatan." Ucap Gandhi membuat Kirana tersenyum mendengar Seloroh Gandhi yang lucu menurutnya.
"Saya kira. bapak sudah lupa untuk bercanda. habis teman-teman bilang kalau bapak tuh kayak Es Balok. dingin dan sadis jika ngasih tugas." Ucap Kirana yang kembali santai.
"Ha..ha.." Gandhi tertawa lepas. sudah lama ia tak tertawa selepas ini. kehidupan yang drastis berubah membuatnya selalu waspada pada semua orang. hanya dengan Fatih saja ia bercanda.
Kirana yang m lihat sikap pak Gandhi yang tidak lagi kaku. membuatnya tersenyum." Kalau begitu saya pamit ya pak. takut bodyguard nya papi lama menunggu." Seloroh Kirana dan segera berdiri.
"Oh. baiklah. hati-hati." Ucap Gandhi akhirnya melepaskan gadis tersebut. Karena tadi saat ia masuk ada dua orang yang berpakaian rapi berdiri di depan gerbang kampus
Ia menyangka ada satpam baru. Tapi ternyata bodyguard Kirana.
"Makasih pak." Kirana berlalu menutup pintu.
Ia langsung ke parkiran. Ada seseorang yang mengikutinya mulai dari keluar dari ruangan Gandhi sampai parkiran.
Gandhi yang berdiri di depan pintu ruangannya, merasa heran. Tapi ia melihat ada sebuah pisau yang tersembul di balik pinggang bagian belakang. Tentu saja Gandhi kaget. ia segera mengejar gadis tersebut.
Hampir di sebuah lorong menuju parkiran. laki-laki tersebut akan mengambil pisaunya. Dengan cepat Gandhi menendang laki-laki tersebut hingga tersungkur.
Kirana yang melihat ada orang jatuh di samping nya kaget, ia hampir saja berteriak. jika Gandhi tidak menariknya. Gandhi membawa Kirana langsung keluar pagar. karena Bodyguard Kirana ada di depan kampus.
Bodyguard yang melihat Tuannya di tarik seseorang tentu saja kaget. dan segera mengejar Tuannya untuk di selamatkan.
"Bawa Kirana cepat ke mobil. ada seseorang yang akan mencelakakannya." Ucap Gandhi yang tahu ia akan di serang bodyguard tersebut jika ia tak bersuara.
"Oh. baiklah." Satu bodyguard membawa Kirana masuk mobil. dan satu lagi mengejar laki-laki yang di jelaskan Gandhi. Laki-laki yang mengejar mereka kaget. ia akan melompat ke luar pagar yang kebetulan menjuntai ke luar pagar. Dengan cepat ia melompat. namun di balik pagar, ternyata Fatih telah menunggu berdua dengan temannya
Gandhi yang melihat tentu saja heran, kenapa Fatih mengejar laki-laki yang menyerang Kirana tadi
Laki-laki tersebut tertangkap. Gandhi mendekati sepupunya dan ingin bertanya. namun di larang Fatih dengan memberi kode. Akhirnya Gandhi hanya pasrah, nanti ia akan tanya langsung pada sepupunya itu.
"Oh ya pak. terimakasih atas bantuannya." Ucap Fatih formal pada Gandhi
"HM! sama-sama." Jawab Gandhi santai.
Ia melihat ke arah mobil yang di tumpangi Kirana, ia mendekat. Kirana yang melihat Gandhi mendekati mobil yang ia tumpangi segera membukakan pintu dan menggeser duduknya. agar Gandhi duduk di sebelahnya.
"Gimana keadaan mu.?" Tanya Gandhi yang khawatir dengan gadis tersebut.
"Baik. terimakasih sudah bantu saya pak. kenaoa bapak tahu kalau laki-laki tadi akan menyerang saya.?" Tanya Kirana penasaran.
"Oh. Tadi saat kamu keluar dari ruangan aku. ada seorang laki-laki yang mengikuti mu. awalnya ku kira ia hanya karena suka melihat kamu. tapi ada pisau menyembul di pinggang bagian belakangnya. makanya aku langsung mengejar mu. ternyata benar saat di lorong ia akan menyerang mu dari belakang. dan langsung saya tendang." Cerita Gandhi apa adanya.
Kirana yang mendengarkan tentu saja terharu. ia tak menyadari situasi. padahal nyawanya sedang terancam. untung tadi pak Gandhi melihatnya.
"Makasih pak. untung bapak melihatnya." Ucap Kirana terharu.
"Kan aku nggak mau jadi bujang lapuk selamanya." Seloroh Gandhi. Kirana yang mendengarkan menjadi salah tingkah. ia pura-pura memencet hidungnya. menghilangkan rasa groginya.
"Ya. sudah aku turun dulu. hati-hati ya. kabari kalau sudah sampai rumah." Ucap Gandhi yang akan turun dari mobil.
Namun suara telpon dari Handphone Kirana di sana tertera nama papinya. Kirana melihat ke arah Gandhi yang masih duduk. Gandhi memberi kode untuk mengangkatnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments