Gandhi dan Abraham tersenyum. entah apa yang akan direncakan mereka berdua. Kirana tidak tahu.
Ada sebuah ketukan dari luar. Gandhi membuka pintu. karena ia sudah yakin kalau yang di luar sudah pasti calon mertuanya.
Benar tebakan Gandhi. Abraham datang dengan wajah tersenyum. "Assalamualaikum Mantu ku." Ucap Abraham.
Kirana yang melihat kedatangan papinya merasa terkejut " Loh. kapan papi datang, dan untuk apa.?" Tanya Kirana yang tidak tahu setelah menjawab salam papinya.
Abraham mengambil tempat duduk di sofa dan juga di ikuti Gandhi. Mereka berdua tenang saja. tanpa kaget atau resah.
Kirana menatap kedua laki-laki yang beda generasi itu. Ia merasa penasaran. " Seperti nya kalian berdua punya rencana." Ucap Kirana menyelidiki.
"Duduklah. ada yang harus papi bicarakan." Ajak Abraham pada anaknya.
Kirana pun mengikuti ajakan papinya. Ia belum ngerti maksudnya. ia duduk santai menghadap papinya.
"Sesuai dengan rencana awal. kalau kalian akan menikah secepatnya, itu tepatnya besok pagi. Dan papi tidak ingin adanya penolakan." Ucap Abraham.
Kirana terkejut mendengar ucapan papinya. Ia tak percaya. "Papi bercanda kan.?" Tanya Kirana menatap papinya.
"Tidak. untuk apa papi ke sini. kalau bukan untuk kalian. Besok kalian nikah secara agama saja dulu. nanti setelah kamu wisuda, baru resminya." Jawab Abraham santai.
"Tapi pi. kan Kirana minta waktu dulu. tapi kenapa mendadak begini.!" Kesal Kirana. ia selalu tak berkutik karena perjanjiannya dengan papinya.
"Tidak ada bantahan. besok atau nanti sama saja. toh kalian tetap menikah. Jadi kalau kalian telah menikah papi jadi tenang., dan jika papi pergi tidak takut lagi meninggalkan anak gadis papi yang manja dan keras kepala ini. untung saja ada nak Gandhi yang mau menikahi anakku yang unik ini." Jawab Abraham sendu
Ia sengaja berekting. Karena anaknya tersebut jika di lawan akan membangkang. tapi jika dengan lembut ia akan luluh.
Kirana bersujud di kaki papi." Pi. jangan ngomong gitu. aku tak mau papi pergi begitu cepat, dan meninggalkan ku. aku dengan siapa." Tangis Kirana memeluk lutut papinya.
Sedangkan Abraham dan Gandhi saling memberi kode. mereka menikmati perannya masing-masing.
"Om. saya rela mendampingi hidup Kirana. Dan akan saya bahagia kan selalu anak Om." Ucap Gandhi.
"Makasih nak. Om percaya pada mu. Om merasa senang. Bimbinglah anak gadis Om yang nakal ini ya. Om harap kamu sabar dengan sikapnya yang menyebalkan itu." Abraham mengambil tangan Gandhi dan anaknya.
Kirana menatap papinya dengan sendu. " Pi. kenapa harus secepat ini. berilah Kira waktu untuk mencerna semuanya." Rengek Kirana pada papinya.
"Nak. sudah papi bilang. umur tidak bisa di tebak. jadi anggaplah permintaan papi ini. untuk yang terakhir kali. dan papi tidak nuntut apa-apa lagi pada mu." Pinta Abraham.Dia sangat bahagia. jika ia bisa menyaksikan anaknya menikah dengan laki-laki pilihan mereka.
Ia tak ingin anaknya kembali di ganggu lelaki kurang ajar seperti sebelumnya. Yang hanya mempermainkan anak gadis yang cantik dan imut. Hanya mengharapkan hartanya saja.
Kirana merasa gundah. Hatinya belum bisa menerima kenyataan ini. apakah ia bisa hidup dengan laki-laki pilihan orang tuannya. Ia belum mengenal laki-laki pilihan papi dan maminya. walau dulu mereka pernah bermain bersama, itu masih kecil dan ia belum terlalu dekat.
Abraham menyatukan tangan keduanya. "Menikahlah besok nak, papi tidak akan minta apa-apa lagi padamu." Pinta Abraham menatap anak gadisnya. tak di sangka waktu berlalu, anak yang dulu di gendong kemana-mana sekarang sudah dewasa dan akan menikah.
Kirana tersedu. ia tak bisa menahan air matanya." Pi...." Kirana tak bisa berkata-kata. Hanya air mata yang seperti air mata air yang terus mengalir.
Gandhi yang melihat di depannya menangis. ia pun dapat merasakan, karena selama ini ia selalu di kelilingi dua wanita yang terluka. tentu saja ia tak tega melihat satu lagi wanita yang akan di nikahkan ya besok bersedih.
"Aku janji akan membahagiakan mu selalu." Ucap Gandhi dan juga turun berlutut di depan calon mertuanya.
Abraham mengusap kepala keduanya." Semoga kalian bahagia selalu dan di jauhi bahaya apapun. selalu bersama sampai maut memisahkan." Doa Abraham sendu.
****
Pagi yang sibuk. ternyata benar-benar sudah di siapkan Abraham semuanya. bik Yem juga ada di sana.
pakaian dan tempat acara pernikahan telah siap. Kirana sedang di hias oleh MUA yang telah di sediakan.
Kirana tanpa makin cantik. bik Yem menemani sebagai keluarga." Non. cantik sekali, bibik jadi pangling." Celoteh bik Yem melihat majikan yang di asuhnya dari bayi.
" Bibi selalu saja bikin aku senang. bik aku mau tanya, gimana menurut Bibik tentang Gandhi.?" Tanya Kirana yang ingin mengetahui calon suaminya.
"Dia anak baik. dari dulu tidak berubah. bertanggung jawab, ganteng lagi non." Puji bik Yem semangat dan terkekeh.
Kirana hanya diam tak bergeming. ( benarkah ia akan menikah dengan seorang Dosennya yang sangat terkenal galaknya. tapi beberapa hari ini, ia berubah jadi kucing. tidak seperti singa kelaparan lagi). lamunan Kirana di buyarkan oleh bunyi ketukan dari luar.
Ternyata Gea menjemput calon adik iparnya " Ayok dek. semuanya sudah menunggu. HM cantik sekali adik ipar ku ini. ya kan bik?" Tanah Gea pada bik Yem yang sudah di kenalnya dari malam.
Ternyata. bukan hanya Abraham saja yang datang semalam. Tapi juga bik Yem serta beberapa orang bodyguard.
Ia meminta Pram asistennya mengawasi perusahaan selama beliau pergi. Orang seorang kepercayaannya. laki-laki tersebut di pungut nya di jalanan saat ia minta makan. Entah kenapa Abraham malah membawanya dan di sekolahkan dan didik secara ketat. hingga ia jadi asisten kepercayaannya.
Pram pun begitu menghormati Abraham sebagai tuannya. ia sangat berterima kasih karena di selamatkan dari kelaparan, kehujanan, kepanasan. semuanya di dapatinya di rumah Abraham.
Kirana mengikuti langkah Gea dan juga Bik Yem yang mengapitnya. Sampai di sebuah ruangan khusus untuk acara akad nikah mereka.
Abraham telah lama menyiapkan semuanya. karena hotel ini miliknya. jadi sudah beberapa bulan persiapan akad anaknya di siapkan. karena ia tak mungkin memberikan yang paling sederhana. sedangkan ia punya segalanya.
Kirana menunduk, dan kedua tangannya sangat dingin. Gea dan buk Yem dapat merasakan kegugupan Kirana.
"Tenang saja dek. ambil nafasnya dan buang pelan-pelan." Bisik Gea pada adik iparnya
Kirana pun melakukannya. sampailah mereka di sebuah ruangan yang sangat megah. Kirana melotot. " Kata papi sederhana. kenapa banyak orang." Lirih Kirana pada bik Yem. dan ia yakin bik Yem pasti tau tentang ini.
Bik Yem yang di berikan pertanyaan begitu hanya tersenyum saja.ia tidak mau melihat majikan nya marah atau kecewa. jadi ia lebih baik diam.
Kirana yang melihat ekspresi Bik Yem sekilas menyadari, kalau semuanya sudah di persiapkan papi jauh hari dengan matang.
Gandhi yang melihat penampilan Kirana. merasa gugup ia sampai melorot melihat gadis cantik di sampingnya.
"Sudah tatapannya nak Gandhi. sebentar lagi halal." Ledek pak Penghulu yang sengaja di datangkan dari Indonesia juga.
Gandhi merasa malu. ia tersenyum kikuk di goda pak Penghulu. sedangkan para tamu yang mengerti candaan penghulu tertawa.
"Gimana nak Kirana Abraham. apakah sudah siap mau di nikahkan oleh Musthafa Gandhi.?" Tanya pak penghulu.
Kirana hanya diam. ia tak sanggup menjawab, hingga lengannya di sentuh bik Yem yang duduk di sampingnya.Kirana tertegun.
Sedangkan Gandhi merasa harap-harap cemas. ia akan sangat malu jika Kirana membatalkan. pernikahan ini. Memang sih terlalu mendadak. Tapi ini semua kemauan calon mertuanya pak Abraham.
"Saya tanya lagi. apakah Kirana Abraham mau di nikahkan oleh Musthafa Gandhi.?" Tanya Pak Penghulu menekankan kata menikah.
Dengan pelan Kirana menjawab. hingga Gandhi merasa lega dan membuang nafasnya yang berat tadi." Syukurlah." Kata yang terucap secara tak sadar.
"Alhamdulillah ya Nak Gandhi. ternyata membelai wanitanya sedikit memberikan sport jantung buat pengantin prianya.
" Apakah kalian berdua mau bicara dulu. mengulang perjanjian kalian berdua, atau pernikahan ini hanya sebagai formalitas saja." Ucap Pak Penghulu cukup meruncing menyindirnya.
"Tidak ada pak. anak saya hanya gugup saja." jawab Abraham cepat. takut pernikahan ini di batalkan.
"Oh. baiklah. karena saya ikut berdosa menikahkan orang karena terpaksa." Kata Tegas pak penghulu.
"Nggak ada pak. hanya nafas saja." Jawab Kirana lirih, ia tak mengecewakan papinya. karena di lihat dari persiapan yang sangat matang tanpa ia ketahui.
Pak penghulu pun memulai acara pernikahan yang di hadiri oleh kolega Abraham yang ada di sekitar Malaysia. Hingga suara Syah terucap dari temannya.
Keduanya Syah jadi suami istri. Abraham dan juga Gea dan mamanya sangat bahagia. jadi tujuan pertama mereka sudah selesai, jadi tinggal tujuan kedua mereka mengobati mamanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments