🏚️ Kediaman Wilson🏚️
Henri terlihat begitu depresi, setelah mendapat telepon dari Elmund,laki laki yang berselingkuh dengan mantan tunangannya.
" Kenapa hidupku seperti ini, kenapa...." Teriaknya, dengan langsung melemparkan kaca, dengan sebuah vas bunga yang diletakkan, di samping ranjang king size nya.
" Prakkk..."
" Kenapa hidup ku seperti ini, kenapa....," Teriaknya, dengan terus menangis.
Aku terlihat seperti monsther, aku sangat menakutkan." Seru dibalik tangisnya, dengan menghancurkan semua barang dalam kamarnya.
******
Sementara dilantai bawah, Jhon yang sedang berbincang dengan Bibi Sophia sangat terkejut, saat mendengar suara gaduh dari lantai tiga.
" Suara keributan apa itu Bibi ?"
" Sepertinya, itu berasal dari kamar Tuan Henri"
Mendengar ucapan Sophia, secepat kilat Jhon langsung berlari ke lantai tiga, di susul oleh Sophia dari belakang.
Mata sekretaris tampan itu, terbelalak saat sampai dikamar Henri, saat melihat kamar yang begitu berantakan.
" Tuan, apa yang anda lakukan?" Teriak Jhon dengan langsung menendang pistol, ketika ia melihat Henri ingin menarik pelatuk, dengan menembak dirinya sendiri.
Alhasil tembakan itu, meleset karena tendangan Jhon.
" Dorr..."
" Lepaskan aku Jhon..., lepaskan...!" Teriak Henri , dengan berusaha melepaskan diri dari dekapan Jhon, karena ia ingin melukai dirinya sendiri.
" Tuan muda, Bibi mohon.., tenanglah Tuan." Seru Sophia, ditengah tangisnya saat melihat Henri tampak depresi.
" Tidak ada gunanya aku hidup lagi Bi.." Serunya dengan terus menangis, sambil memeluk erat tubuh wanita yang sudah di anggap seperti orang tua kandungnya sendiri.
' Bibi mohon tenanglah, tenanglah Tuan."
" Ada apa ini ?" Tanya Rania yang baru saja menghampiri, saat mendengar suara tembakan.
" Tuan.." Panggilnya, dengan nada lembut, dengan melangkahkan kaki menghampri Henri.
" Jangan mendekat Raniaa..." Serunya, dengan menutup wajahnya, menggunakan telapak tangannya, karena saat ini topeng telah terlepas dari wajahnya.
Jhon yang sudah mengerti, langsung mengambil topeng yang tergeletak di lantai, dan memberikannya pada Henri.
Mata gadis cantik itu, mengedar menyapu bersi seisi ruangan, yang terlihat hancur berantakkan.
Ia melihat tangan Henri, yang tampak terluka. Ia mendekat, dan menggenggam tangan itu.
" Jangan menyentuh ku.., aku tidak butuh belas kasihan mu" Seru Henri,membentak.
" Aku hanya ingin mengobati luka mu Tuan.." Serunya dengan nada lembut, sembari tersenyum lembut.
" Aku tidak butuh bantuan mu."
" Tuan muda , biarkan Nona Rania mengobati lukamu, lagi pula besok kalian berdua sudah resmi menjadi pasangan suami istri" Seru Sophia, dengan nada lembut, agar Henri mau menerimah niat baik gadis itu.
" Iya Tuan tidak ada salahnya, ayo..Bibi Sophia kita keluar" Titah Jhon, pada wanita paruh baya itu, dan berlalu keluar dari kamar, yang diikuti oleh Sophia
******
" Aku harap Tuan muda bisa membuka hatinya buat Nona Rania." Seru Jhon, saat mereka sudah berada diluar kamar.
" Bibi harap juga begitu, semoga kehadiran Nona Rania di rumah ini, mampu membawa kebahagian bagi Tuan muda Henri." Timpal Sophia.
" Semoga Bi." Jawab Jhon, penuh harap.
Sementara di lantai tiga, setelah mengobati luka Henri, Rania membereskan kamar pria tampan itu.
Tatapan matanya terus menatap Rania, yang sibuk merapikan kamarnya.
" Pergilah aku ingin sendiri"
" Aku tidak mau Tuan, aku ingin menemanimu malam ini"
Terkejut, hingga tatapan mata itu sedikit menyipit.
"Apa Kau sudah gila..?,kita ini belum menikah." Ucapnya, dengan nada yang terdengar kesal.
" Aku tau Tuan.., aku akan tidur di sofa panjang itu." Serunya, dengan menunjuk sebuah kursi panjang yang terletak di kamar Henri Wilson.
" Kau sangat keras kepala, apakah kau mau aku betul - betul membunuhmu?" Ucapnya, disertai tatapan tajamnya.
" Sekalipun kau membunuhku, aku akan tetap tidur dikamar ini" Seru Rania, yang tetap kekeh ingin tidur dikamar Henri.
Menghela nafas panjang, berusaha untuk menahan amarahnya.
" Terserah kau saja" Jawabnya asal.
" Trimah kasih Tuan" Ucapnya, sembari tersenyum
Gadis cantik itu berjalan mendekat, dan duduk di sebelah Henri, jemarinya menggenggam lembut punggung tangan pria itu.
Sedikit terkejut dengan tindakan Rania, tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
" Aku mohon pada mu Tuan, mulai sekarang tolong jangan menganggapku sebagai orang asing, tolong bagi bebanmu bersamaku" Ucapnya dengan nada lembut, dengan tatapan penuh harap pada lelaki itu.
" Aku tidak butuh belas kasihan mu Nona" Seru Henri, disertai tatapan tajamnya.
" Aku tidak kasihan pada mu Tuan, yang aku rasakan sekarang, aku hanya ingin selalu dekat denganmu" Serunya tersenyum, dan jemarinya membelai lembut, pipi pria tampan itu.
Ia hanya diam, mendengar ucapan yang keluar dari bibir gadis itu, membuat tubuhnya membeku seketika.
" Aku tidak punya siapa - siapa didunia ini Tuan, besok kau sudah resmi jadi suamiku, dan hanya kau yang aku punya. Aku akan selalu setia menemani mu." Serunya dengan penuh kelembutan, dengan tatapan menatap dalam lelaki tampan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Aracely
Maaf ini ya, Thor... kok selalu pria tampan ya? kan henri wajahnya buruk kyk monster.
2022-03-08
0
Hera
lanjut rania usahamu
2022-02-08
0
༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻
'Melemparkan kaca' maksudnya gimana? mungkin 'melemparkan vas bunga ke kaca' kali ya
2022-01-07
0