🏚️ Kediaman Wilson🏚️
Mendengar tawaran Rania, membuat Henri sedikit terkejut.
"Maaf aku tidak bisa, aku akan makan malam di kamarku" jawabnya, dengan nada dingin.
" Memang kenapa Tuan..?, bukankah sebentar lagi kita akan menikah, kan tidak ada salahnya Tuan" Tanya Rania, yang tetap kekeh ingin makan malam bersama Henri.
" Aku bilang tidak bisa, ya tidak bisa..!!" Seru Henri, dengan nada sudah mulai meninggi.
Seketika Rania langsung terdiam, saat mendengar ucapan calon suaminya.
Dan saat Henri akan kembali kekamar, Rania kembali bersuara.
" Baiklah Tuan, kalau begitu biar aku mengantarkan makanan mu kekamar" seru Rania.
Henri kembali membalikkan badannya, dengan mengepal erat tangannya, dengan wajah yang terlihat memerah.
Tanpa berpikir panjang, pria tampan itu langsung menuruni tangga, dan mencekik kuat leher Rania.
" Hei gadis bodooh...!!, kau harus tau batasan mu dirumah ini, kau disini cuman jadi penebus hutang orang tuamu, kalau aku mau, aku bisa menidurimu , terus membuang mu kejalanan" Ucapnya, dengan terus mencekik leher gadis itu, yang membuat gadis Rania meneteskan air matanya, dan berusaha untuk melepaskan tangan Henri yang menggenggam kuat lehernya.
" Tu, Tuan, to, tolong le,lepaskan aku" Seru Rania, dengan berbicara sembari tangannya, berusaha untuk melepaskan tangan Henri yang masih mencekiknya.
" Tuanmuda apa yang kau lakukan...?" Teriak Jhon, yang sangat terkejut saat melihat Tuan mudanya mencekik Rania, dan ia dengan sekuat tenaga melepaskan tangan Henri dari leher Rania.
"Apa yang kau lakukan Tuan muda, kau hampir saja membunuhnya." Ucap Jhon, memperingati Henri.
Seketika Rania, langsung duduk dilantai, dengan memegang lehernya, dan airmata yang sudah membasahi pipinya.
Tatapan mata lelaki tampan itu, menatap tajam Rania, yang masih duduk dilantai.
" Ku peringatkan kau Nona Rania..., jaga batasanmu di rumah ini" Seru Henri, dengan nada penuh penekanan.
" Apa salah..., kalau aku melayanimu Tuan, sebentar lagi kita akan menikah, aku hanya mencoba belajar untuk menjadi seorang istri yang baik" Ucapnya, dengan terus menangis.
Sekretaris tampan itu, seketika langsung menyunggingkan senyum dibibirnya, saat mendengar perkataan Rania.
" Aku yakin, wanita ini sanggup meluluhkan hati Tuan muda Henri" Bathin, dengan menyunggingkan senyum disudut bibirnya.
Sementara Sophia sang kepala pelayan, hanya tersenyum, saat mendengar perkataan Rania.
" Bibi minta kau harus banyak bersabar menghadapinya" Seru Sophia, sedikit berbisik.
" Baiklah Bii."jawabnya , sambil mengusap cairan bening yang masih menetes
" Aku akan kembali kekamarku, Bibi Sophia antarkan makanan kekamarku, aku akan makan malam di kamar." Pamit Henri, dengan kembali menaiki tangga menuju lantai tiga kamarnya.
" Kenapa sikapnya sangat kasar, dan dingin seperti itu, padahal aku hanya ingin lebih dekat dengannya" Bathin Rania, dengan menatap nanar Henri, yang telah kembali ke kamarnya.
" Nona anda tidak apa- apa?"
" Saya tidak apa - apa sekretaris Jhon" Jawab Rania berbohong, padahal lehernya sesungguhnya masih terasa sakit, akibat cekikan tadi.
" Nona Rania, ayo kita makan malam" Ajak Bibi Sophia.
" Baik Bi." Jawabnya, dengan mengikuti langkah kaki Sophia, menuju lantai bawa.
*******
Sementara di lantai tiga, lelaki tampan itu, tampak merenung, ia memandang kedua telapak tangannya, yang hampir saja membunuh Rania.
"Apa yang sudahku lakukan?, aku hampir saja membunuh gadis itu" Seru Henri, dengan raut wajah penuh penyesalan.
Ia membuka topengnya, sembari memandang wajahnya didepan cermin, dan memegang wajahnya yang cacat akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu.
Tak terasa buliran airmata, lolos begitu saja dari kedua sudut matanya, bagaimana ia membayangkan kehidupannya saat ini.
Dari kecelakaan pesawat yang membuat ia, harus kehilangan kedua orang tuanya, kecelakaan tunggal yang membuat ia mengalami cacat padawajahnya, dan sahabat baiknya yang berselingkuh dengan tunangannya sendiri.
"'Kenapa Tuhan sungguh tidak adil padaku, kenapaa.." Tangisnya, yang menangisi kehidupannya, yang begitu miris.
" Tuan.." Sapa Rania yang baru saja datang, mengantarkan makan malam untuk Henri
Mendengar suara Rania, Henri secepatnya kembali memakai topengnya, ia sama sekali tidak menyangka gadis itu tetap kekeh, mengantarkan makanan buat dirinya.
" Dimana Bibi Sophia, kenapa kau yang mengantar makan malam buat ku" Tanya Henri, disertai tatapan tajamnya.
" Ma, maafkan aku Tuan, Bibi Sophia sedang sibuk, jadi aku yang mengantarkan makanan buat mu" Jawab Rania, berusaha untuk berani, ditengah rasa takutnya saat ini.
" Simpan makanan di atas meja itu, terus keluarlah dari kamar ini, aku ingin sendiri" Titah Henri.
" Tidak Tuan, aku ingin menemanimu makan malam " Ucap Rania, dengan menghidangkan makanan yang dibawahnya di atas meja.
Menghela nafas panjang, berusaha untuk menahan emosinya.
" Kau sangat keras kepala Nona Rania.., padahal tadi aku nyaris membunuh mu" Ucapnya dengan nada kesal, dengan menatap tajam Rania.
" Kau akan menjadi suamiku Tuan, jadi aku tidak boleh takut padamu." Ucapnya tersenyum, padahal saat ini dalam dirinya, ada menahan rasa takutnya pada Henri.
Rania terus menyunggingkan senyuman di bibirnya saat melihat Henri, mulai memakan makanan yang di bawahnya.
Dan saat Henri akan memasukkan makanan kedalam mulutnya, tiba - tiba Rania berbicara.
" Tuan, ini sangat enak aku juga mau.." Pintanya, dengan membuka mulutnya.
" kalau begitu ambil saja sendiri.." Jawabnya asal.
" Tidak Tuan, aku ingin makan dari tanganmu." Jawabnya, sembari tersenyum menatap Henri Wilson.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Siti Mariah
episode 8
2022-03-18
0
Hera
aishh cocok nih rania suka sama sikap rania buat tuan henri
2022-02-08
0
Anonymous
wow...keren raina😁👍👍
2022-02-05
0