"..." Pemuda berusia enam belas tahun itu menyipit ngeri menatap ayunan lembut gelombang air laut di bawah jembatan pelabuhan. Kakinya mulai sedikit gemetar.
"Killian, ada apa? kenapa kau diam saja?" dia segera tersadar dari lamunan setelah Penelope menepuk bahunya. "Y-ya? maaf kak, aku tidak mendengarmu."
"Ada apa? kau kelihatan pucat. Haruskah kita pulang saja? kita bisa mencari tempat lain untuk bersenang-senang, kau tidak perlu memaksakan diri untukku."
Penelope berjalan menjauh dari jembatan. Killian menangkap raut kecewa dari wajah cantik kakak sepupunya itu, dia segera menahan pergelangan tangan Penelope, Killian tidak enak hati melihat kakak yang ia sayangi bersedih karena dirinya. "Tidak apa kak, aku baik-baik saja kok. Mari kita naik sampan bersama." Killian memaksakan senyumnya.
Penelope sumringah "Sungguh? kalau begitu mari kita pilih sampan yang bagus!" Penelope mengajak Killian mencari sampan sewaan yang paling bagus. Sebagian nelayan mungkin berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih karena Penelope melingkarkan tangannya pada lengan Killian.
"Bagaimana dengan yang ini?"
Killian menatap ngeri sampan yang bergoyang mengikuti liku gelombang laut, "Kak bisakah kita naik kapal saja?" tanyanya memberi penawaran. Jujur saat ini sudah merasa pusing melihat luasnya lautan di depan mata.
Sayang sekali Penelope punya rencana lain yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun, gadis cantik itu lantas menjawab "Aku tidak mau. Menaiki sampan adalah keinginanku sejak dua bulan terakhir."
Killian tidak dapat melawan atau menolak. Jika Penelope sudah meminta, apapun itu Killian akan lakukan demi menyenangkan hati kakak sepupunya yang merupakan anak tunggal dan tumbuh sendirian tanpa saudara. Ditambah Killian baru saja membuat Penelope kesal saat mengusir Raiden.
"Baik, baik, kak. Ayo kita naiki yang ini saja."
"Lihatlah pemandangan mengharukan itu. Wah, luar biasa, melihatnya saja membuatku pusing berkunang." pangkal hidung Quinn mengerut geli.
Sekarang Quinn sedang mengintip kegiatan keduanya dari bangunan yang berada dekat dengan pelabuhan. Quinn sudah mengerti arti pesan yang ditulis Penelope. Itu artinya Penelope akan melakukan sesuatu di pelabuhan dan ingin membuat Quinn terjerat masalah seperti biasa.
"Untung aku punya jubah."
"Oh ya ampun. Aku lupa membeli beberapa camilan. Killian, kau tunggu di sini ya? aku pergi membeli makanan sebentar."
Penelope berniat menghabiskan waktu sore ini di atas laut tetapi menggunakan sampan. Romantis bukan? sayangnya itu hanya pengalihan untuk rencana Penelope yang sebenarnya.
Killian tidak bisa berenang dan dia sangat trauma ketika dia harus berada di atas air. Itu alasan dibalik ketakutan Killian sekarang ini. Penelope juga tahu itu, tetapi selama ini dia berpura-pura membodoh.
Trauma Kiliian muncul karena kejadian tak menyenangkan terjadi saat dia berusia enam tahun. Dia bermain bersama empat teman lainnya di sungai, dan nyaris tenggelam bersama satu temannya. Namun sayang sekali yang selamat hanya Killian.
Dalam keadaan tenggelam itu Killian melihat wajah kawannya yang mengangkat tangan seolah minta pertolongan, namun Killian sendiri baru belajar berenang sehingga dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menonton temannya tenggelam ke dasar duluan. Kejadian itu menyisakan luka untuknya. sampai detik ini Killian masih sangat takut merasakan ombak kecil atau bahkan menatap laut secara langsung. Jika harus menaiki kapal, Killian memilih berdiam diri di dalam kapal dan berpegangan pada apapun yang sekiranya kokoh.
Killian tidak pandai berenang, dia tidak melatihnya lagi sejak peristiwa memilukan itu. Killian tidak akan ragu unjuk kekuatan jika itu soal adu pedang, tetapi dia sangat buruk jika soal berenang. Tapi demi Penelope dia memberanikan diri.
Quinn menghela nafas pasrah, "Itu salahmu yang terlalu tergila-gila dengan orang yang selama ini menunjukkan kasih sayang palsu." Quinn merutuki kebodohan adiknya.
Killian naik duluan ke atas sampan pilihan Penelope. Meski masih berada di tepi, Killian bisa merasakan saat ini laut sedang banyak berombak, jika dia sampai kehilangan keseimbangan maka tidak diragukan lagi dia akan ketiban malapetaka.
Quinn menatap adiknya dari kejauhan. Tangannya tiba-tiba mengepal merespon perasaannya kala itu. "Kau saudara kandungku, tapi kenapa kita berdua tidak bisa saling menjaga? aku penasaran sebenarnya apa alasanmu begitu tidak menyukaiku." gumamnya sembari menatap adiknya nanar.
Killian terus menengok ke bawah sampan. Untung saja tali penahan sampan nya masih terpasang kuat sehingga sampan itu tidak berlayar dengan sendirinya saat terdorong gelombang air.
"Kenapa kak Penelope lama sekali? sudah dua puluh menit aku menunggu."
Tidak lama setelah Killian membatin, Penelope datang. Dari sisi Quinn, dia bisa melihat bahwa gadis molek itu terkejut melihat Killian masih ada di atas sampan yang bersandar di jembatan. Satu sudut bibir Quinn terangkat melihatnya.
"Killian, maaf aku terlambat. Tokonya agak ramai jadi aku harus mengantre." Penelope buru-buru berakting lagi agar Killian mempercayai kebohongan yang tidak dia rencanakan.
"Tidak masalah kak. Sebaiknya kita lekas berangkat. Mataharinya sudah hampir tenggelam."
"Baiklah." Penelope segera naik ke sampan tersebut.
Sebelum berlayar Penelope lebih dulu memastikan ke belakang. Menatap dengan jeli satu per satu manusia yang berlalu lalang disekitar pelabuhan tersebut. Quinn lekas bersembunyi dibalik kapal yang masih melandai.
"Kau tidak bisa menjebak ku dua kali."
Penelope sengaja menyiapkan sampan yang masih dalam masa perbaikan, terdapat lubang kecil dibawah tempat duduk. Penelope sudah melonggarkan tali penahan sampan agar saat Killian naik, sampan itu terdorong menjauh dari pelabuhan. Dia berniat menenggelamkan Killian dengan menyalahkan Quinn saat gadis itu datang sesuai dengan rencananya.
sayang sekali Quinn berhasil mengganti sampan yang mereka naiki sebelum Penelope sampai. Quinn menggantinya tepat setelah mengunjungi makam Sirena.
Awalnya Quinn memang tidak ingat apa-apa, terlalu banyak stress yang ditanggung sebelum dia dihukum penggal sampai dia melupakan kejadian-kejadian kecil seperti ini.
Dulu, dengan kejadian yang sama Quinn termakan jebakan Penelope.
Seperti yang sekarang terjadi, Penelope memang sengaja meninggalkan Killian dan membiarkan pemuda itu menanti kedatangannya kembali di atas sampan yang sudah ia pilih. Tali penahan sudah ia longgarkan dan Killian tidak menyadari hal tersebut.
Saat Killian berlayar dengan lubang kecil yang mulai mengisi air dalam sampan. Killian mulai panik dan dia tenggelam bersama sampan yang dia naiki.
Bertepatan dengan kedatangan Quinn yang baru saja menemukan pesan singkat Penelope. Sesampainya di jembatan, Quinn mengernyit melihat Killian yang sudah meminta tolong dari sana. Seseorang sudah mulai menyelamatkan adiknya.
Quinn sangat ingin menolong tetapi dia juga sama saja tidak memiliki keahlian berenang. Penelope dari kapal yang bersandar di dekat Quinn langsung menjatuhkan belati yang ia gunakan untuk mengiris tali penahannya.
Penelope segera kembali dari arah dia pergi dan berpura-pura menangisi Killian yang pingsan. Quinn ikut mendekati adiknya. Sayang sekali saat itu ada seseorang yang melihat Quinn membuang (dalam keadaan panik karena melihat adiknya sudah sampai di tepi) belati itu sembarangan.
Terjadilah sebuah kesalahpahaman yang di mana semua orang jadi menuduh Quinn yang telah merencanakan pembunuhan itu sebab ada orang lain yang memeriksa tali pengikat sampan itu. Killian semakin membencinya, Savero menghukumnya, dan Bastien kehilangan kepercayaan kepada Quinn.
"Aku benar-benar merasa kasihan pada diriku yang dulu. Terlalu bodoh sampai tidak menyadari kepicikan Penelope."
Dari jauh Quinn melihat wajah gembira Killian saat tengah bersenda gurau dengan kakak sepupunya. Sekali pun Killian tidak pernah tersenyum didepan kakak kandungnya sendiri, yang selalu ia perlihatkan hanyalah tatapan kesal. Padahal jika dipikir ulang, penyebab kematian Sirena bukan Quinn melainkan Killian, iya kan?
Tapi Quinn yang sekarang sudah tidak mempedulikan hubungan apapun. Dia hanya akan hidup mandiri dan bisa melindungi dirinya sendiri. Keluarga, teman, kekasih, semua itu urusan belakang.
Quinn kembali hidup untuk mematenkan posisinya sendiri sehingga dia akan berdiri sebagai wanita kuat.
Killian sekilas melihat wajah Quinn, dia pun terbengong kaget "Loh?"
"Ada apa, Killian?" tanya Penelope yang membelakangi pelabuhan.
"Ah tidak. Aku seperti melihat seseorang yang ku kenal di jembatan itu."
Penelope membeliak, jantungnya berdegup tanpa alasan yang jelas "Apa jangan-jangan itu Quinn?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ricka Monika
lagibpula aneh masak kakak takut sm adeknya dan adeknya lebih kejam dan sok ngatur kakaknya dan anehnya ayahnya malah membiarkan kelakuan anak anaknya🤔
2023-09-17
1
Frando Kanan
ya...sgt bgt bner... seharusny lo benci dgn adik kandung lo sendiri krn udh membunuh ibu lo
2023-09-16
1