Baru kali ini Quinn melihat penampakan yang sangat tidak etis— setidaknya untuk kalangan bangsawan yang diajari tata krama lebih ketat dari siapapun.
Lima orang gadis bangsawan yang tak Quinn kenali tengah berdiri di hadapan Iryssa de Sylvestria, adik tunggal Izeqiel. Dilihat dari lagaknya, mereka tengah asyik merundung Iryssa.
"Ternyata dia di sini," batin Quinn dalam hati.
Jika disimak dari perdebatan itu, mereka berlima seperti iri dengan kualitas diri Iryssa yang berhasil menguasai lebih banyak aturan menjadi wanita bermartabat dan selalu menjadi kebanggaan Madam Suzette sendiri. Namanya selalu disebut oleh Madam Suzette di setiap kesempatan.
Iryssa adalah gadis yang memiliki sifat ketus dan acuh. Dia bisa saja menghiraukan semua gadis perisak itu kalau dia mau. Sejauh yang Quinn tahu, Iryssa sangat tidak mudah untuk didekati. Dia mudah tidak menyukai seseorang dan tidak segan menjahili orang lain yang tidak dia sukai.
Ada sesuatu yang membuat Iryssa tidak bisa pergi begitu saja walaupun sedari tadi dia lebih memilih diam menikmati ocehan tidak berdasar dari para gadis yang mencoba menyudutkannya.
"Tong kosong nyaring bunyinya," Iryssa menyeringai setelah menyuarakan peribahasa yang memang pantas untuk mendeskripsikan mereka sekarang.
"Apa katamu?!"
"Maaf. Bukankah kita semua harus segera kembali ke asrama? Kakakku pasti sudah menungguku sekarang. Aku tidak waktu menanggapi kalian." Iryssa menengadahkan tangannya ke depan "kembalikan foto itu sekarang juga."
"Kenapa? Ini bukan foto yang penting 'kan?"
"Sebenarnya apa yang kalian tuju? aku tidak sedikitpun mengganggu kalian." Iryssa tetap terlihat congkak dan itu membuat lima gadis bangsawan yang bersekolah disekolah yang sama dengannya semakin kesal.
"Kau itu benar-benar menyebalkan. Kau semakin hari semakin sombong saja."
Iryssa menaikkan satu alisnya "Memangnya itu masalah? selagi kesombongan ku seimbang dengan kualitas diriku, tidak ada salahnya."
"Hei, kau itu hanya terbantu oleh statusmu yang merupakan anak Marquess!"
"Tidak mungkin anak dari Phoenix Cantik seperti ini, kalian berpikir begitu? apakah dia hanya seorang anak angkat?"
"Itu mungkin saja."
"Pfft! kasihan sekali dia menjadi sombong untuk sesuatu yang sebenarnya bukan hasil jerih payahnya sendiri."
Rahang Iryssa mengeras ketika mereka mulai mengungkit soal ibunya. Phoenix Cantik adalah julukan dari mendiang ibu Izeqiel dan Iryssa. Diberi julukan begitu karena Odessa adalah wanita cantik yang sangat bermartabat, dia nyaris menguasai semua hal dalam kehidupan sosial para bangsawan. Menari merupakan salah satu dari banyaknya bakat Odessa yang disukai banyak orang, itu sebabnya dia disebut Phoenix Cantik.
Rupanya barang yang direbut dari Iryssa adalah foto Odessa bersama dirinya, satu-satunya yang Iryssa punya karena dia tidak begitu mengingat wajah Odessa karena kenangan yang ia buat bersama ibunya masih terbilang singkat.
Salah satu gadis yang nampaknya adalah pelopor dari tindakan pembullyan itu mengangkat selembar kertas foto dan mulai membuat robekan kecil.
Iryssa melotot marah "Sejak tadi aku berusaha menahan diri karena aku tidak mau membuat wajah itu menjadi semakin jelek." kedua tangannya mengepal erat. Jika sampai foto itu rusak, Iryssa tidak lagi peduli meski Madam Suzette mengeluarkannya dari sekolah karena telah melakukan kekerasan terhadap teman sekolahnya.
Quinn tahu Iryssa sangat tidak menyukai dirinya. Sifat Quinn sangat berkebalikan dengan Iryssa. Akan tetapi hati nurani gadis bersurai hitam panjang itu tergerak, tak tega melihat Iryssa kesulitan.
"Oh Iryssa~ apa yang sedang kau lakukan di sini? berkumpul dengan teman-temanmu?"
Quinn menghampiri Iryssa dan gerombolan pembully itu dengan senyum ceria sambil melambaikan tangan menyapa mereka dengan ramah. "Tck. Orang gila itu lagi." decak mereka kesal.
Sementara Iryssa tidak menggubris kedatangan Quinn. Matanya terus berpusat pada foto yang masih berada di tangan gadis itu.
"Apa yang sedang kalian lakukan ditempat seperti ini? Bisakah aku ikut mengobrol?" tidak ada satupun yang menanggapi pertanyaan Quinn, mereka terus memasang muka masam.
"Lady, tidakkah kau merasa kau sedang mengganggu waktu kami?" tanya salah satu dari lima gadis itu.
"Begitu ya? maaf, aku hanya merasa senang bertemu denga kalian di sini. Kalian murid dari sekolah Madam Suzette, kan?" Iryssa menatap sinis kemunculan Quinn yang sangat tidak berguna dan hanya memperpanjang waktunya. "Apa sih maunya?" tanya Iryssa dalam hati, dia kesal karena semakin banyak waktu yang terbuang dan dia sangat ingin merebut kembali foto kesayangannya.
"Aku baru saja membaca koran yang katanya sebentar lagi Madam Suzette akan mengadakan pembagian penghargaan bagi lima siswinya yang terbaik dan akan membawanya berpawai mengelilingi kota."
Tidak hanya lima gadis pembully yang iri dengan adik Izeqiel saja yang melongo kaget, tetapi Iryssa pun sama tercengang nya dengan mereka. Madam Suzette tak pernah menyinggung soal pemilihan lima orang kandidat terbaik di sekolahnya.
"Lady, Anda tidak sedang berbohong kan?"
Quinn menggeleng sambil menyentuh dagunya dengan jari telunjuk, matanya melirik ke sebelah kiri "Dia juga akan memberikan lencana sebagai penanda wanita kehormatan. Bukankah itu luar biasa? aku dengar siapapun yang memiliki lencana itu, akan segera dijuluki sebagai bunga sosial begitu mereka lulus."
Lima gadis itu menjadi kelabakan, gelisah tak tenang ingin segera melihat dan membaca sendiri berita yang Quinn sampaikan.
"Hei, Hei, sebaiknya kita segera memeriksa koran itu sendiri."
"Iya. Ini kesempatan kita."
"Kita harus melihatnya sekarang juga supaya kita bisa bersiap untuk besok."
"Ya sudah. Ayo kita pergi."
Mereka menjinjing rok masing-masing dan berlari meninggalkan tempat itu dengan tergesa-gesa. Quinn segera menjegal kaki gadis yang membawa foto milik Iryssa hingga dia terjatuh dan membuat teman-temannya terkejut, "Hei, kau baik-baik saja? kenapa kau bisa sampai terjatuh?"
Gadis itu mengaduh sakit, dia mendongak memelototi Quinn "Maaf, tadi aku mau menyingkir dari jalanmu. Kau bisa berdiri? aku akan membantumu."
Gadis itu menepis uluran tangan Quinn kasar, "Tidak perlu!" ketusnya seraya bangkit dengan bantuan temannya, "Ayo kita pergi!"
Iryssa membalik pundak Quinn dan memaksa gadis manis itu menghadapnya "Kau ini apa-apaan?! dia jadi pergi! kau menghalangi kesempatan ku!" bentak Iryssa tak tanggung-tanggung. Dia nyaris berhasil menampar wajah Quinn kalau tidak ditahan oleh si empunya wajah.
Iryssa jujur merasa terkejut karena dia tak melihat raut ketakutan barang hanya sedetik pun dari mata Quinn, gadis yang terkenal sangat lemah lembut dan penuh keceriaan. Kini Quinn membalas tatapannya dengan keberanian luar biasa.
Iryssa mendelik tak menduga Quinn akan menyodorkan foto itu ke depan wajahnya sampai menyentuh hidungnya yang securam perosotan. "Dia menjatuhkan ini. Simpan baik-baik, sebaiknya jangan sembarangan membawa foto sepenting ini kemana-mana."
Iryssa menerima lembar foto itu dengan keheranan. Bukan karena fotonya melainkan karena sikap Quinn yang berubah drastis, dia bukanlah gadis lemah yang ia kenali dulu.
Dulu Quinn sama sekali tidak berguna, dia hanya tahu bagaimana caranya tersenyum sepanjang hari. Sekarang dia terlihat lebih berkharisma.
Karena berita bohongan Quinn yang sangat menggemparkan itu membuat para gadis tadi melupakan segala hal, yang mereka pentingkan adalah membaca sendiri koran itu dan mempersiapkan diri.
Quinn sengaja menyandung kaki gadis itu agar dia menjatuhkan foto milik Iryssa dan melupakannya setelah mendengar kebohongan Quinn.
"Aku tidak kesini untuk mengurus masalah orang lain. Aku tidak sengaja lewat. Cepatlah kembali, Izeqiel sudah kebingungan mencarimu di mana-mana."
Tak sedikitpun Quinn mengulas senyum. Dia menatap Iryssa datar seolah menunjukkan padanya bagaimana Quinn benar-benar tidak peduli pada Iryssa dan juga masalahnya. "Selamat bersenang-senang."
Iryssa berdiri bengong memandang kepergian Quinn. "Apa yang terjadi padanya? dia seperti orang lain, apa dia benar Quinn yang ku kenal?" gumamnya, bertanya pada diri sendiri. Beberapa detik kemudian Iryssa menggeleng menepis semua pemikiran tak penting dari kepalanya, "Aku harus memperingatkan kakak untuk tidak dekat-dekat dengannya lagi."
•
•
"Ibu, aku datang. Maaf aku datang lebih lambat dari biasanya."
Quinn meletakkan bunga itu pada batu makam Sirena.
Meski berat Quinn berusaha menarik kedua sudut bibirnya, "Ibu, apa kabar? aku sangat merindukanmu. Aku baru saja mengakhiri kehidupan menyedihkan ku. Ibu, bisa beri aku dukungan?"
Inilah rutinitas yang Quinn lakukan setiap mengunjungi peristirahatan terakhir Sirena, dia selalu menceritakan semua yang ia alami dalam hidup kepada batu nisan ibunya. Terkadang Quinn berharap sekali saja Sirena memperdengarkan sebuah kalimat kepadanya.
"Aku selalu menjadi gadis baik seperti yang ibu harapkan, tapi yang ku dapati adalah pelecehan dan pengkhianatan. Ibu, aku tidak bisa membuat harapanmu menjadi nyata."
Setitik airmata berhasil meluncur bebas dari pelupuk matanya membasahi pipi mulusnya, "Maafkan aku, aku akan menjalani hidup dengan caraku. Aku tidak akan menjadi baik untuk orang yang tidak pantas menerima kebaikanku. Ibu, aku akan membangun kehidupan damai ku tanpa perlu bersanding dengan manusia sampah seperti mereka."
Beberapa menit setelah Quinn selesai mencurahkan semua isi hatinya, gerimis pun mulai turun membasahi permukaan tanah yang dipijak nya "Aku akan sering mengunjungimu. Sampai jumpa lagi."
Sementara itu Izeqiel terlihat bingung melihat Iryssa terus mengerutkan dahinya sambil melamun memandangi foto Odessa dan dirinya, "Apa telah terjadi sesuatu padamu, Iryssa?"
"Kak."
"Hm?"
"Aku tadi bertemu dengan Quinn."
Izeqiel tersentak, ia lalu bertanya "Jadi Quinn yang menyampaikan kalau aku sedang mencarimu?" pertanyaan kakak lelakinya itu langsung dibalas anggukan cepat, "Bukan itu yang ingin aku bahas denganmu. Apa kau tidak merasa dia agak aneh?"
Izeqiel mengerjapkan mata "Aneh bagaimana?"
"Aku merasa auranya sedikit berbeda."
Izeqiel diam tak membalas ucapan sang adik. Rupanya perasaan yang ia miliki tidak sepenuhnya salah, buktinya Iryssa yang sejak dulu tidak menyukai Quinn pun ikut merasakan perbedaan itu.
"Dia tipe gadis picik yang bisa menipu siapa saja. Kak, lebih baik kau menjaga jarak darinya. Sudah kuduga dia bukan gadis baik yang bisa semudah itu dijadikan sebagai teman."
Di mansion Shuvillian, sedari tadi Killian terus mengitari kamarnya sendiri sembari menunggu gerimis reda. Dia tidak biasanya menyempatkan waktu untuk memikirkan Quinn.
"Tck, sialan! apa sebenarnya tujuan Quinn melakukan ini? kenapa dia sampai melibatkan kakek?"
"Tidak, tidak mungkin dia stress karena aku dan ayah. Kami tidak banyak berinteraksi dengannya. Memangnya kami membuat kesalahan? dia selalu saja berlebihan dalam segala hal."
Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan mengganjal yang mulai Killian rasakan sejak mengetahui bahwa kakak kandungnya itu tidak akan tinggal serumah lagi dengannya.
"Killian, kau ada di dalam?"
"Oh, kak Penelope? masuklah kak."
Gadis itu sudah berganti gaun dengan rumbai yang lebih sederhana dan simpel. Dia menjepit sebelah poninya dengan jepit bunga sakura yang manis dipadukan dengan warna rambutnya. "Bagaimana penampilanku? apa ini terlalu mencolok?"
"Kau selalu cantik memakai apapun, kak." Killian menatap iris hijau kakak sepupunya, "Kau tidak marah padaku?"
Itu tidak benar. Penelope masih menyimpan kekesalan terhadap Killian, tetapi jika dia terus mempertahankan itu maka rencananya akan gagal.
"Tidak~" ucapnya dengan nada lembut yang mengalun sopan, "Untuk apa aku terus marah? aku menginap di sini karena aku ingin menghabiskan waktu bersenang-senang dengan saudara sepupuku."
Mereka pun pergi ke pelabuhan begitu gerimis reda. "Sayang sekali kita tidak bisa pergi bersama dengan Quinn menikmati pemandangan ini."
"Jangan merusak suasana dengan membahas orang itu, kak. Kita nikmati saja berdua."
"Killian, kau terlalu keras pada kakakmu sendiri."
Tiupan angin di pelabuhan selalu kencang, pemandangan langit sore hari membuat hati damai. Suara beberapa kapal yang bersiap berlayar ataupun bersandar tak menggangu sama sekali, justru membuat mereka semakin menikmati keindahan lautnya.
"Oh aku lupa bilang, aku sangat ingin naik sampan itu."
"Tiba-tiba?"
"Aku ingin terus berlayar sampai bulan muncul lebih tinggi, Killian. Apa kau mau menemaniku?"
"...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Frando Kanan
sampai skrg lo gk menyadari keslhan lo sendiri?! HA!!
2023-09-16
2