I Will Be The New Me
"Potong saja lehernya!"
"Beri pendosa itu ganjaran yang setimpal!"
"Manusia berhati busuk seperti dia tidak pantas hidup!"
"Jangan biarkan dia hidup!"
"Dasar serigala berbulu domba!"
Gerombolan manusia berkumpul di alun-alun setelah mendengar bahwa hari ini akan diadakan hukuman mati yang dapat disaksikan oleh publik.
Hinaan dan caci maki terus berkumandang kala empat orang prajurit istana dipimpin oleh seorang algojo menyeret gadis ringkih berbaju lusuh membelah lautan manusia yang memberi jalan untuknya naik ke panggung tempat guillotine (alat pemenggal kepala) berada.
Dengan sorot mata yang dipenuhi keputusasaan, gadis itu berjalan maju tanpa mau mengangkat wajahnya. Iris redup biru laut itu hanya mampu menatap langkah kakinya yang gontai.
Malu? Sebenarnya tidak juga. Hingga detik ini dia masih dilanda kebingungan karena sampai hari penghakiman tiba, kesalahan besar macam apa yang telah dilakukan sampai dia pantas mendapat hukuman mati, Itu semua belum terjawab.
Suara sorakan terus terdengar memenuhi alun-alun kota Helldelune. Kalau dipersilakan mungkin orang-orang akan menghujaninya dengan batu.
Gadis itu adalah Quinn de Alger Shuvillian. Putri sulung dari Count Savero de Alger Shuvillian. Ia telah menjadi pelaku percobaan pembunuhan terhadap tunangan Raja baru yang merupakan mantan kekasihnya, yaitu Raiden Vill de Sorrentine.
Dia berdiri sejajar dengan seorang gadis berambut pirang yang berpenampilan anggun bak seorang ratu yang amat sempurna.
"Raiden! Apa yang telah aku lakukan padamu sampai kau tega melakukan ini?!"
Pemuda tampan berwajah baby face itu mengerutkan dahi menatap Quinn dengan hina "kau itu sangat licik. Jadi aku yakin kau tidak bodoh untuk mencari jawaban sendiri."
"Licik?"
Gadis baik seperti dirinya yang selalu mengutamakan kebahagiaan orang lain dan tak pernah berburuk sangka terhadap siapapun itu mana mungkin berpikiran licik hanya untuk mendapatkan tahta.
Quinn dituduh telah meracuni Raja terdahulu yang notabenenya adalah ayah Raiden agar dia cepat naik tahta dan menjadikannya seorang Ratu. Namun ternyata, setelah Raiden menyelesaikan acara pemahkotaan, ia memilih sepupu Quinn untuk dijadikan sebagai calon Ratu.
Karena iri dan usahanya gagal untuk menjadi Ratu, ia dengan tega meracuni minuman sepupunya sendiri saat tengah berkunjung ke rumah untuk meminta restu kepada ayah Quinn.
Kurang lebih begitulah tuduhan yang diterima oleh Quinn malang yang tak tahu menahu soal apapun.
Padahal selama Raiden menggelar acara pertunangan, Quinn sama sekali tak keluar dari rumah. Dia sibuk menangisi lelaki bajingan yang memanfaatkan dirinya untuk menutupi kesalahan yang telah diperbuatnya (Raiden lah yang meracuni ayahnya sendiri).
Quinn terus mengurung diri di kamar sampai akhirnya Penelope, sepupunya, datang berkunjung ke rumah dan menggunakan alasan 'ingin menghibur' kepada sang kepala keluarga untuk memaksa Quinn keluar dari kamar.
Di hari itu jugalah Penelope meminta untuk mengobrol sambil mengadakan pesta teh berdua dengannya. Quinn sendiri tak punya tenaga untuk memikirkan kejahatan apa yang bisa dia lakukan demi balas dendam tetapi tiba-tiba Penelope tergeletak di tanah dan beberapa dayang yang lewat mengetahui itu. Melihat wajah Quinn yang datar membuat mereka berkesimpulan bahwa dialah yang telah berusaha membunuh saudari sepupunya.
"Ayah..ayah tolong aku...aku tidak melakukan semua itu," dengan suara yang parau Quinn memohon pada ayahnya yang juga menghadiri penghukuman nya.
Savero menatap tajam putrinya yang sudah sangat tak karuan wujudnya itu, kebencian terpancar dari sorot mata sang Count yang merasa dirugikan oleh tingkah Quinn. Sekarang namanya tercoreng karena tuduhan atas perilaku buruk Quinn.
Sementara adik bungsu Quinn sama sekali tak bergeming. Dia melempar tatapan yang sama persis dengan ayah mereka. Sejak dulu Killian memang memiliki sifat yang sama persis dengan ayahnya, seseorang yang mudah membenci.
"Sangat mengenaskan." Batin Killian
Killian menatap dingin sosok kakaknya yang sudah di baringkan dibawah lempengan pisau pemenggal. Rambutnya sangat kusut dan gimbal, tubuhnya sudah tampak seperti tengkorak yang hanya berkulit saja. Tulang dan garis pipinya menonjol. Bibirnya amat kering.
"Yang Mulia. Anda bisa memulai penghakiman Lady Quinn."
Penelope yang terus menggenggam tangan Raiden memundurkan langkah lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan.
Dia diajak Raiden untuk secara langsung melihat dari dekat pemenggalan itu "Raiden, aku takut."
"Tenanglah sayang. Kita hanya bisa menyaksikan ini sekali seumur hidup jadi kita harus menikmati pemandangan ini." Balas Raiden sambil mengelus punggung tangan calon Ratu nya.
Mata Quinn memang sudah tidak bisa bekerja maksimal. Namun dia dengan jelas melihat seringai tipis terpatri di bibir sepupunya.
"Aku bersumpah negara ini akan hancur di bawah kepemimpinan Raiden! Dan kalian semua akan sadar seburuk apa sikap Raja yang kalian agung-agungkan itu!"
Raiden tersulut emosi, dia menggeram marah "wanita ini tetap saja ingin mencari masalah dengan keluarga kerajaan." Sinisnya.
Quinn tersenyum. Sebuah senyuman yang menyiratkan kebencian mendalam "jangan cemas. Setelah kematian ku ini, jangan harap kalian bisa mendapatkan kebahagiaan."
Sang algojo langsung melepas tali penahan pisau pemotong dan dalam sekejap mata, kepala Quinn sudah terlepas dari tubuhnya.
Darah mengotori tanah alun-alun yang menjadi saksi kematian Quinn, sosok yang di kambinghitamkan oleh Raja dan calon Ratu negara ini.
"Gantung tubuh dan kepalanya di pintu masuk kota agar semua orang tahu siapa saja yang berani mencari masalah dengan keluarga kerajaan akan bernasib sama." Titah Raiden kepada para pengurus jasad Quinn.
akhir yang Ironis bukan?
**Pengenalan Karakter: Part 1
Quinn de Alger Shuvillian (17 tahun**)
2. Savero de Alger Shuvillian (37 tahun)
3. Killian de Alger Shuvillian (15 tahun)
4. Penelope Van Marchetti (18 tahun)
5. Raiden Vill de Sorrentine (18 tahun)
6. Finn Han Blackbird (20 tahun)
7. Bastien Lombardia (70 tahun)
8. Izeqiel de Sylvestria (18 tahun)
9. Iryssa de Sylvestria (15 tahun)
10. Dietrich Carl Veretty (19 tahun)
11. Julien Bianchi (19 tahun)
12. Rupert Khieldinh (20 tahun)
13. Vincent Van Marchetti (40 tahun)
14. Floyd Barclayn (19 tahun)
15. Jean Dvorack (20 tahun)
16. Lin Hwa
17. Christian de Santis (18 tahun)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ezar Faruq
awal yang bagus
2023-12-20
0