Siang yang sangat ramai. Hiruk pikuk keadaan Rumah Sakit sudah biasa seperti ini. Lalu lalang orang-orang yang akan menjenguk atau pun berobat memenuhi setiap koridor Rumah Sakit.
Rumah sakit dijaman sekarang, tak kalah dari tempat-tempat hiburan. Sangat banyak dikunjungi.
"Maaf Suster, saya butuh data-data pasien. Nanti setelah saya selesai memeriksa mereka, tolong berkasnya simpan diruangan saya," paparnya.
Bruk!
Tanpa sengaja dokter muda itu menabrak seseorang. Dengan sigap ia membantu orang tersebut.
"Maaf, tadi saya sedang tidak fokus berjalan. Sekali lagi saya..." ia tak melanjutkan kata-katanya. Saat matanya melihat seseorang yang selama ini ia cari.
Sungguh, ia tak percaya dengan penglihatannya. Wanita yang selama ini mengganggu pikirannya, kini berada tepat di depannya.
"Ya Alloh Engkau Maha Baik, terimakasih telah mempertemukan hamba dengan makhluk ciptaanMu yang indah ini." Batin dokter itu.
"Anda.. yang waktu itu kan?" Tanyanya dengan gugup.
"Emm.... Anda dokter yang waktu itu kan? " Ucap Zayna, sembari terus mengingat kejadian waktu itu.
Waktu dimana Zayna terluka, bahkan luka itu membekas sampai sekarang. Mempengaruhi kisah asmaranya, hingga sampai saat ini ia belum bisa membuka hatinya kembali.
"Iya, saya dokter yang waktu itu menangani..." katanya ragu. Ia menggantungkan kalimatnya. Dokter tampan itu takut melukai perasaan gadis yang ada di hadapannya.
"Iya-iya, saya ingat dokter," jawabnya canggung.
"Bagaimana mungkin aku melupakan mu Dokter? Kau satu-satunya orang yang menyaksikan aku menangis pilu waktu itu." Gumam batin Zayna.
"Anda mau menjenguk siapa? Atau anda sendiri yang akan berobat?" Ada nada khawatir dalam pertanyaannya.
"Oh, saya mau menjenguk sepupu saya, Dokter. Emm.. boleh tanya ruangan Melati no 37D dimana ya?"
"Oh iya, anda tinggal jalan saja lurus, nanti pas pertigaan di depan, anda belok kanan. Nanti anda naik ke lantai tiga. Nah disitu ruangannya," katanya dengan senyuman yang meriah.
"Terimakasih dokter. Saya permisi dulu," pamitnya seraya tersenyum dan berlalu pergi.
"Iya sama-sama gadis cantik."
Bahkan kata-kata itu hanya bisa ia ucapkan dalam hatinya. Bibirnya hanya menampilkan senyuman tanpa bisa berkata-kata.
Dokter tampan itu sesekali mengatur irama jantungnya. Tak henti-hentinya dia tersenyum. Seakan-akan dia sedang menggenggam lautan biru.
"Ahh sial! Mengapa aku tak menanyakan namanya, rumahnya dimana? No handphonenya. Ahh Zaky, kau bodoh sekali!" Sesalnya kemudian.
"Aduh tadi aku terlihat tampan dan keren gak ya? Jangan-jangan wajah ku berantakan lagi. Aduh bagaimana ini? Aku harus segera menemukan cermin." Gumamnya, raut wajahnya terlihat cemas.
Membuat Suster Maria mengernyitkan dahinya. Pasalnya Suster cantik tersebut sudah lama memperhatikan tingkah Dokter muda itu.
"Maaf dokter, dokter tidak apa-apa?" Tanya suster Maria yang sedari tadi di sampingnya.
"Kenapa aku malah terlihat salah tingkah begini sih! Malu 'kan sama Suster Maria. Dia pasti berpikir yang aneh-aneh tentangku. Huh! Tarik nafas perlahan Zaky." Batinnya mengingatkan.
Dokter muda itu pun, menuruti kata hatinya untuk menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.
"Ehh Sus, saya tidak apa-apa kok," jawabnya kikuk.
"Yasudah kalau begitu, mari kita lanjutkan tugas kita dokter." Pintanya seraya berjalan mendahului dokter yang masih saja asyik dengan pikirannya.
Suster Maria hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Baru kali ini ia melihat dokter Zaky seperti itu.
"Dokter-dokter, seperti ABG saja. Lihat yang bening-bening langsung melamun *begitu. Tapi wajah dokte*r menjadi semakin tampan, bikin gemas juga." Puji batinnya. Ia pun tersenyum geli. Lalu menengok ke belakang. Dokter itu masih pada posisinya.
"Dokter, apa anda akan disitu selamanya?" Suster Maria memanggil dokter Zaky dengan berteriak. Dokter itu pun berlari kecil sembari mengatur debaran jantungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments