Dengan hati hati Risa mengendarai motornya. Sesekali ia melirik kaca spion untuk memastikan tak ada orang yang mengikuti mereka. Tangan gadis itu masih saja memeluk Risa dengan erat. Tak berapa lama mereka pun sampai di kompleks perumahan cukup mewah.
Risa berdiri di depan gerbang tersebut. Menatap bangunan rumah yang tinggi menjulang dan besar pastinya. Dengan taman hijau di kiri dan kanan rumah tersebut. Mata Risa langsung disuguhi pemandangan yang sangat cantik.
"Kak, ayo masuk dulu ke rumah aku. Nanti aku kenalkan sama Mama," ajaknya seraya meraih tangan Risa. Ia pun terkejut, tersadar dari lamunannya.
"Ehh iya, maaf." Katanya seraya mengikuti gadis itu. Setelah mengetuk pintu, tak lama terdengar seseorang membukakan pintu tersebut.
"Assalamu'alaikum." Ucapnya seraya mencium tangan wanita paruh baya yang membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam. Kenapa kamu baru pulang Nak?" Tanyanya dengan khawatir.
"Tadi aku nungguin kakak Mah, tapi tak kunjung datang. Jadi aku jalan kaki untuk mencari taxi. Tapi pas jalanan yang sepi aku dihadang oleh dua orang pria," paparnya lirih. Ibunya terkejut. Ia mengusap lembut kepala anak gadisnya.
"Astagfirullahal'adzim. Tapi kamu gak apa apa kan sayang?" Masih terdengar nada khawatir dari pertanyaanya.
"Alhamdulillah aku baik baik saja Mah. Tadi kakak ini menolong aku. Terimakasih ya kakak cantik," ucapnya seraya memeluk Risa.
"Terimakasih nak, kamu telah menolong anak saya." Ucapnya dengan tulus. "Iya bu sama sama." Jawabnya seraya tersenyum.
"Maaf bu, ini sudah sore. Saya harus segera pulang. Nanti ibu saya khawatir. Saya permisi dulu bu. Assalamu'alaikum." Katanya seraya mencium tangan ibu tersebut.
"Wa'alaikumsalam." Jawabnya bersamaan.
"Ehh kakak tunggu." Gadis itu menghentikan langkah Risa.
"Siapa nama kakak? Bolehkan aku meminta nomor ponsel kakak?" Tanyanya penuh harap.
"Nama saya Risa, nama kamu siapa?" Jawabnya sembari mencubit gemas pipi gadis itu.
"Nama aku Diana Kak, mana nomor ponselnya?"
Lalu Diana meminjam ponsel ibunya untuk mencatat nomor ponsel Risa. Lalu ia pun melanjutkan lagi langkahnya. Mengenderai motornya menuju pulang.
******
Di tempat lain, di Cafe yang biasa, dia duduk sendiri. Melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Rasanya sangat lama waktu berputar.
Sesekali matanya memperhatikan pelayan Cafe yang sudah mencuri hatinya. Tanpa sadar ia tersenyum, saat pelayan itu mondar mandir di depannya.
"Ehh Asty, kayanya tuh pria yang ada di pojok sana suka deh sama kamu," bisik temannya sembari menunjuk Arya.
"Ahh kamu ini, becanda saja. Mana mau dia sama aku. Aku tahu diri, dia siapa dan aku siapa," ucapnya lirih.
"Memangnya kenapa kalau kalian beda status sosial? Cinta itu tak memandang apapun. Keliatannya dia suka banget sama kamu, dan juga sepertinya dia tulus." Ucapnya lagi sambil memperhatikan Arya. Asty hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Semua pekerja telah bersiap siap untuk pulang. Betapa terkejutnya Asty, ia mendapati Arya yang tengah bersandar di mobilnya, seperti menunggu seseorang.
Jantung Asty tak berhenti berdetak kencang. Apalagi saat pandangan mereka bertemu. Arya tersenyum kearah nya. Membuat Asty tersipu malu. Perlahan Asty berjalan mendekati Arya. Sembari sesekali mengatur irama jantungnya.
"Apa Arya nungguin aku ya? Masa iya sih, aduh jadi deg-degan gini deh." Gumam hatinya.
Asty terus saja tersenyum kearah Arya, jika tidak malu ingin sekali rasanya berjingkrak-jingkrak ria karena terlalu bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments